Maya berdiri di depan cermin besar di kamar tidurnya, menatap pantulan dirinya dengan perasaan yang tak terungkapkan. Hari-hari terakhir telah membawanya ke titik ini—keputusan besar yang sudah tidak bisa lagi dihindari. Setelah berbulan-bulan menghadapinya, Maya akhirnya sampai pada pemahaman yang mendalam bahwa hidupnya tidak bisa terus terhenti dalam kenangan tentang Johannes. Ia harus maju, meskipun itu berarti meninggalkan sebagian besar dari dirinya yang dulu.
Pada pagi itu, ada kesedihan yang begitu mendalam dalam diri Maya. Ia mengenakan gaun putih sederhana, yang sering ia kenakan ketika ia bersama Johannes, mengenang kembali masa-masa indah yang mereka lewati bersama. Sekarang, gaun itu terasa seperti sebuah pengingat akan kisah cinta yang telah berakhir, sebuah kenangan yang akan tetap ada dalam dirinya, namun harus dilepaskan.
Di ruang tamu, ibunya sedang menyiapkan sarapan seperti biasa, tetapi ada ketegangan yang bisa dirasakan di udara. Selama beberapa waktu terakhir, hubungan Maya dan ibunya menjadi semakin dekat, namun juga semakin penuh dengan keheningan. Ibunya melihat betul bagaimana Maya berjuang untuk melupakan Johannes, dan meskipun ia tidak pernah mengatakannya secara langsung, ia tahu bahwa putrinya sedang berjuang dengan keputusan besar dalam hidupnya.
"Apakah kamu sudah siap untuk hari ini?" tanya ibu Maya lembut, meletakkan secangkir teh di meja makan.
Maya mengangguk pelan. Ia menatap ibunya sejenak, merasakan beratnya kata-kata yang ingin ia ucapkan. Namun, ia tahu bahwa ini adalah keputusan yang tidak hanya melibatkan dirinya sendiri, tetapi juga masa depannya. Ia tidak bisa terus menghindar dari kenyataan, tidak bisa lagi terus hidup dalam bayang-bayang Johannes. Ia harus melepaskan dan menerima kenyataan, meskipun itu akan menyakitkan.
"Ibu," kata Maya, suaranya hampir serak. "Aku sudah memutuskan."
Ibunya mengangkat alis, lalu duduk di samping Maya. "Memutuskan apa, sayang?"
Maya menatap ibunya dengan tatapan yang penuh makna. "Aku memutuskan untuk melanjutkan hidupku, untuk menerima kenyataan bahwa aku harus melepaskan Johannes. Aku tahu aku tidak bisa terus menunggu sesuatu yang tidak pasti."
Ibunya terdiam sejenak, menyadari bahwa kata-kata Maya kali ini sangat serius. Ia meraih tangan Maya dan menggenggamnya erat. "Aku tahu ini tidak mudah, Maya. Tetapi kamu sudah menjadi wanita yang sangat kuat. Aku bangga padamu."
Maya menarik napas dalam-dalam, merasakan adanya beban yang mulai menghilang. Ia tahu bahwa ibunya selalu mendukungnya, namun keputusan ini tetap terasa sangat berat. Menyelesaikan babak kehidupan yang penuh dengan kenangan indah bersama Johannes bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan.
Hari itu, Maya memutuskan untuk melakukan perjalanan ke tempat yang dulu sangat berarti baginya dan Johannes. Tempat itu adalah sebuah pantai kecil di ujung kota, tempat di mana mereka pertama kali bertemu, tempat di mana mereka merasakan kedekatan yang begitu mendalam. Maya merasa bahwa perjalanan ini adalah langkah terakhir untuk benar-benar mengucapkan selamat tinggal pada kenangan itu, untuk memberi kesempatan pada dirinya sendiri untuk sembuh.
Sepanjang perjalanan, pikiran Maya melayang kembali ke masa-masa indah bersama Johannes. Mereka sering berlari di sepanjang pantai ini, saling bercerita tentang impian dan harapan mereka, merasakan kebebasan yang hanya bisa didapatkan di tempat ini. Di sana, tidak ada tekanan sosial, tidak ada aturan yang mengikat. Hanya ada mereka berdua, berlarian bebas dengan mimpi-mimpi mereka yang terbang tinggi.
Namun, kini pantai itu terasa sepi. Ketika Maya tiba, ia berdiri sejenak di tepi pantai, merasakan angin laut yang menyentuh wajahnya. Matahari mulai terbenam, menciptakan cahaya keemasan yang memantul di permukaan laut yang tenang. Maya menatap laut, menyadari bahwa kehidupan ini tidak selalu berjalan sesuai dengan yang kita harapkan. Ada banyak hal yang tidak bisa kita kendalikan, dan terkadang, kita harus melepaskan sesuatu yang sangat kita cintai untuk bisa melanjutkan hidup.
Ia duduk di pasir, menarik napas dalam-dalam, dan mulai berbicara pada dirinya sendiri, pada kenangan yang telah lama tertanam dalam hati. "Johannes, aku mencintaimu. Aku selalu mencintaimu. Tapi aku tahu kita tidak bisa bersama. Aku harus melepaskanmu, meskipun itu sangat sulit. Aku harus melanjutkan hidupku, dan aku berharap kamu juga menemukan kebahagiaanmu di sana. Di mana pun kamu berada."
Air mata mulai mengalir di pipinya, tetapi kali ini, Maya tidak merasa terpuruk. Ia merasa seolah ada beban yang terangkat dari hatinya. Perpisahan ini memang menyakitkan, tetapi ia tahu bahwa ia harus memberi ruang untuk dirinya sendiri untuk tumbuh. Kehidupan ini tidak bisa terus terhenti hanya karena cinta yang tak terbalas. Maya ingin mencari kebahagiaannya sendiri, meskipun itu berarti harus memulai semuanya dari awal.
Setelah beberapa saat duduk termenung, Maya berdiri dan berjalan ke arah tepi laut. Ia melepas selembar daun yang telah jatuh di tangannya, membiarkannya terbawa angin dan mengapung di atas air. Saat daun itu semakin menjauh, Maya merasakan ada kedamaian yang mulai mengisi hatinya. Ia tahu bahwa keputusan untuk melepaskan Johannes bukanlah hal yang mudah, tetapi itu adalah hal yang benar untuk dilakukan.
Kembali ke rumah, Maya merasa ada perubahan dalam dirinya. Ia tidak lagi terbelenggu oleh kenangan masa lalu. Keputusan besar yang telah ia buat kini terasa seperti sebuah awal baru. Maya menyadari bahwa hidup tidak selalu berjalan mulus, dan terkadang kita harus membuat keputusan yang sangat sulit untuk bisa melanjutkan perjalanan.
Ia kembali ke pekerjaannya di museum, dan untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan terakhir, ia merasa bahwa ia benar-benar kembali ke dirinya yang dulu. Maya merasa semangatnya mulai tumbuh kembali. Ia mulai kembali terlibat dalam penelitian dan menemukan kembali kegembiraan dalam pekerjaannya. Di sana, di tengah buku-buku tua dan artefak yang menggambarkan kehidupan masa lalu, Maya menemukan sesuatu yang lebih penting daripada kenangan yang mengikatnya pada masa lalu: tujuan hidupnya sendiri.
Di malam hari, saat Maya duduk di ruang tamu bersama ibunya, ia merasa ada kedamaian yang hadir dalam dirinya. "Ibu, aku merasa lebih baik sekarang. Aku sudah membuat keputusan yang benar," kata Maya dengan senyuman yang tulus. "Aku siap untuk memulai perjalanan baru."
Ibunya tersenyum, bangga melihat putrinya kembali menemukan dirinya. "Aku tahu kamu bisa, Maya. Aku selalu ada untukmu."
Dan dengan itu, Maya tahu bahwa meskipun perpisahan itu menyakitkan, ia telah mengambil langkah besar menuju kehidupan yang lebih baik. Keputusan untuk melepaskan adalah keputusan yang sangat berat, tetapi itu juga membuka pintu menuju masa depan yang penuh dengan harapan dan kebahagiaan baru.