Chereads / LOVE IN TWO ERAS / Chapter 25 - Waktu yang Menyembuhkan

Chapter 25 - Waktu yang Menyembuhkan

Alia duduk di meja kerjanya, menatap tumpukan dokumen dan foto-foto lama yang ditemukannya beberapa bulan lalu. Semua ini adalah bagian dari sebuah kisah yang lebih besar, sebuah kisah yang telah mengubah hidupnya dalam cara yang tak terduga. Kisah cinta Maya dan Johannes, yang tersembunyi dalam lorong waktu, telah mengisi ruang pikirannya dan memberi warna pada kehidupannya yang kini terasa lebih dalam dan penuh makna.

Selama berbulan-bulan, Alia menelusuri jejak-jejak masa lalu yang ditinggalkan oleh Maya dan Johannes. Sebuah perjalanan yang penuh dengan misteri dan penemuan, namun juga penuh dengan rasa kehilangan dan kesedihan. Namun, seiring berjalannya waktu, ia mulai merasakan perubahan dalam dirinya. Perubahan yang datang dari dalam, yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Seperti ada bagian dari dirinya yang akhirnya menemukan kedamaian, sebuah ketenangan yang sebelumnya ia rasakan begitu sulit dijangkau.

Hari itu, ia memutuskan untuk berhenti sejenak dari penelusuran sejarah dan memberi ruang bagi dirinya sendiri untuk merenung. Sejak pertama kali menemukan surat-surat Maya dan Johannes, hidupnya telah berubah. Dia yang dulu hanya seorang arkeolog yang tertarik pada benda-benda purbakala, kini merasa seolah-olah dia juga terhubung dengan sejarah itu. Kisah mereka bukan hanya sekadar bagian dari masa lalu yang tak lagi bisa diraih, tetapi juga menjadi cermin bagi perasaan yang ada dalam dirinya. 

Alia menutup matanya sejenak dan membiarkan angin pagi yang berhembus masuk melalui jendela menyejukkan kulitnya. Ia teringat kembali pada perjalanan panjangnya mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Maya setelah Johannes pergi. Setiap langkahnya menuju situs-situs lama, setiap surat yang dibacanya, semuanya seperti membawa dia lebih dekat pada pemahaman tentang kehilangan, tentang perpisahan, dan tentang apa yang bisa terjadi ketika cinta yang begitu besar harus berakhir.

Pikirannya melayang kembali pada kisah Maya, yang tak pernah mendapat jawaban dari Johannes. Betapa dalamnya rasa cinta itu, namun seiring berjalannya waktu, Maya harus menghadapi kenyataan bahwa cinta itu tak bisa selalu bertahan. Maya pernah mengungkapkan bahwa ia merasa seolah-olah hidupnya dipisahkan menjadi dua bagian: yang dulu, ketika dia masih muda dan penuh harapan, dan yang sekarang, di mana ia harus menerima kenyataan bahwa hubungan yang sangat berarti itu berakhir tanpa penutupan yang memadai.

Maya hidup dalam bayang-bayang Johannes, mencintainya dalam diam, namun juga melanjutkan hidupnya. Bahkan setelah perpisahan yang menyakitkan, ia tetap memegang harapan bahwa suatu hari Johannes akan kembali. Namun, harapan itu semakin memudar seiring berjalannya waktu, hingga akhirnya Maya memilih untuk menutup pintu pada kenangan indah mereka.

Meskipun begitu, tidak semua kenangan itu hilang. Maya berusaha menemukan kebahagiaan dalam hidup yang baru, menikah dengan pria yang dipilihkan keluarganya, namun di dalam hatinya, Johannes selalu menjadi bayang-bayang yang tak bisa dihilangkan. Alia merasa terhubung dengan perasaan itu. Ia pun pernah merasa kehilangan cinta, meskipun dalam konteks yang berbeda. Ia sadar bahwa meskipun ia menemukan jawaban tentang Maya dan Johannes, jawabannya tak serta merta menyembuhkan rasa sakit yang ada di dalam dirinya sendiri.

Alia mengenang kembali perjalanannya mencari jawaban. Ia ingat betul saat pertama kali menemukan foto-foto itu, gambar-gambar yang penuh dengan senyuman dan cinta, namun juga penuh dengan kesedihan yang tak terungkap. Surat-surat itu, yang ditulis dengan tinta yang sudah memudar, menceritakan kisah tentang harapan yang tak pernah tercapai dan cinta yang terpisah oleh zaman. Ia merasa seolah-olah Maya dan Johannes berbicara langsung kepadanya, seolah-olah mereka ingin mengajarkan sesuatu yang penting tentang kehidupan dan cinta. 

Dan seiring waktu, Alia mulai melihat pola yang sama dalam hidupnya sendiri. Ia pernah merasakan cinta yang kuat, namun entah mengapa hubungan itu tak bertahan. Mungkin karena keduanya tak siap atau terlalu banyak perbedaan yang menghalangi. Namun, ia sadar bahwa meskipun cinta itu berakhir, bukan berarti hidupnya juga berakhir. Cinta sejati, seperti yang dipelajari dari kisah Maya, bukanlah tentang memiliki seseorang untuk selamanya, tetapi tentang bagaimana cinta itu mengubah kita, membentuk kita menjadi pribadi yang lebih baik. Maya mungkin kehilangan Johannes, tetapi ia menemukan kedamaian dalam menjalani hidupnya, meskipun tak lagi dengan orang yang dulu sangat ia cintai.

Alia menatap ke luar jendela, memperhatikan daun-daun yang berguguran di halaman rumah. Ia merasa seolah-olah setiap daun yang jatuh menggambarkan perjalanan cinta yang pernah ada—penuh dengan keindahan, namun akhirnya harus melepaskan. Namun, di dalam perlepasan itu ada sebuah kebijaksanaan yang hanya bisa ditemukan setelah perjalanan panjang. Dan Alia kini merasakannya. 

Ia merasakan bahwa perjalanan untuk memahami cinta sejati bukanlah tentang menemukan akhir yang sempurna, melainkan tentang menghargai setiap momen yang terjadi, bahkan jika itu berarti harus berpisah dengan seseorang yang kita cintai. Cinta, meskipun bisa meninggalkan luka, juga memberikan pelajaran yang tak ternilai harganya. Dan melalui perjalanan sejarah Maya dan Johannes, Alia menemukan bahwa kadang-kadang, waktu yang menyembuhkan segala luka, bahkan yang paling dalam sekalipun.

Setelah sekian lama, Alia merasa bahwa saatnya untuk menutup babak dari kisah ini. Ia telah belajar banyak dari Maya dan Johannes—tentang kehilangan, tentang harapan, dan tentang cinta yang tak pernah padam. Seiring dengan perjalanan waktu, kisah mereka akan terus hidup dalam hatinya, dan mungkin, kisah itu akan menginspirasi orang lain, seperti yang telah menginspirasi dirinya.

Alia membuka laptopnya dan mulai mengetik, dengan perasaan yang lebih ringan, lebih damai. Buku yang selama ini ia tulis, kisah cinta Maya dan Johannes, kini hampir selesai. Ia tidak hanya menuliskan kisah mereka untuk dunia, tetapi juga untuk dirinya sendiri—sebagai pengingat bahwa meskipun cinta mungkin tak selalu berakhir bahagia, ia tetap memberikan makna dalam setiap langkah kehidupan.

"Terima kasih, Maya. Terima kasih, Johannes," bisiknya pelan. "Kisah kalian tidak hanya mengubah hidup kalian, tapi juga hidupku."

Dengan senyuman kecil, Alia melanjutkan menulis. Kini, ia sudah siap untuk menghadapi masa depan dengan hati yang lebih terbuka dan damai.