Chereads / LOVE IN TWO ERAS / Chapter 29 - Cinta yang Tak Pernah Padam

Chapter 29 - Cinta yang Tak Pernah Padam

Alia berjalan keluar dari kantor arkeologinya dengan langkah-langkah berat, meski udara di luar segar, tak mampu menghapus perasaan yang menyesakkan di dadanya. Langit sore itu tampak begitu gelap, seolah-olah dunia ingin menceritakan kisah kesedihan yang mendalam. Hujan mulai turun perlahan, seperti air mata yang menetes dari langit. Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. Namun, rasa berat itu tak kunjung hilang, seperti beban yang tak bisa dilepaskan.

Hari itu, Alia telah menyelesaikan semua persiapan untuk peluncuran bukunya, buku tentang kisah cinta Maya dan Johannes yang sudah mempengaruhi hidupnya dalam banyak cara. Semua orang yang ia kenal, teman-temannya, kolega, bahkan keluarganya, telah siap untuk menghadiri peluncuran buku itu. Tapi meskipun begitu, hatinya terasa kosong.

Di luar gedung, hujan turun semakin deras. Alia berdiri sejenak di depan pintu keluar, memandangi butir-butir air yang jatuh dari langit, dan rasanya seperti segala sesuatunya berada di luar kendalinya. Semuanya telah berubah, begitu banyak hal yang telah terjadi sejak ia memulai perjalanan ini. Semuanya terasa begitu jauh, meskipun hanya beberapa bulan yang lalu. Ia seolah terjebak dalam putaran waktu yang tak dapat dihentikan.

Ia merasakan dingin di sekelilingnya, namun yang lebih dingin lagi adalah perasaannya sendiri. Kenangan tentang Johannes dan Maya, kisah yang telah ia gali begitu dalam, begitu nyata, terasa semakin sulit untuk ditinggalkan. Cinta yang mereka miliki, meskipun telah terpisah oleh waktu dan perbedaan, terus bergaung di dalam pikirannya. Apakah ini semua berarti? Apakah kisah cinta mereka hanya sebuah kenangan belaka, ataukah ada sesuatu yang lebih besar di baliknya?

"Cinta sejati itu tidak akan pernah padam," kata suara dalam benaknya, mengingatkannya pada kata-kata yang ditulisnya dalam buku itu. Tapi kini, Alia meragukan kata-kata itu. Di hadapan kenyataan hidupnya yang penuh dengan luka dan kehilangan, bagaimana bisa cinta tetap hidup? Apakah cinta benar-benar bisa bertahan, bahkan setelah waktu yang begitu lama? Alia tidak yakin lagi.

Di tengah hujan yang terus turun, Alia memutuskan untuk berjalan. Dia butuh waktu untuk berpikir, untuk merenung, untuk mencari jawabannya. Kakinya melangkah tanpa tujuan yang jelas, hanya mengikuti arus langkah yang tak terarah. Setiap jejak langkah yang ia tinggalkan di tanah basah seolah membawa perasaan yang semakin berat. Hujan menghapus segala yang ada di sekitarnya, hanya meninggalkan kesunyian yang menggema di dalam hatinya.

Ia berhenti di sebuah taman kecil yang jarang dikunjungi orang. Di sana, di bawah pohon besar yang sudah tua, ia duduk di bangku taman yang basah. Tangannya menggenggam erat buku catatannya, buku yang berisi kisah cinta Maya dan Johannes, kisah yang telah ia tulis dan bagi dengan dunia. Namun, saat ini, buku itu seolah menjadi beban berat yang tak bisa ia lepaskan. Seolah setiap kata yang ia tulis semakin membuat hatinya terasa hampa.

Alia menatap halaman pertama buku itu, mengenang kembali saat-saat pertama kali ia menemukan kisah Maya dan Johannes. Dulu, dia merasa begitu terhubung dengan mereka, merasa bahwa kisah cinta itu adalah kisah yang harus dibagikan. Tapi sekarang, setelah semuanya selesai, ia merasa terputus dari segala sesuatu yang telah ia buat. Ada kesepian yang mencekam, sebuah kesepian yang lebih dalam dari yang pernah ia rasakan.

"Apakah cinta sejati itu ada?" Alia bertanya pada dirinya sendiri, bibirnya bergetar sedikit. "Apakah ada yang benar-benar bisa bersama, meski dunia menentang mereka?"

Di dalam benaknya, gambar-gambar Maya dan Johannes muncul—dua jiwa yang terpisah oleh waktu, oleh kenyataan yang tak bisa mereka lawan. Mereka telah berjuang untuk cinta mereka, meskipun tak ada yang bisa mereka lakukan untuk mengubah kenyataan. Mereka tahu, dengan atau tanpa mereka, dunia akan terus berputar, dan cinta mereka akan menjadi kenangan belaka. Tetapi mereka tetap berjuang, mereka tetap mencintai meskipun tak ada jaminan.

Alia merasa ada kedamaian dalam kenyataan itu. Meskipun kisah cinta Maya dan Johannes tak pernah menemukan akhir yang bahagia, cinta mereka tetap ada. Bahkan setelah semua yang terjadi, setelah perpisahan yang begitu menyakitkan, cinta itu tetap bertahan—sebagai kenangan, sebagai warisan, sebagai sesuatu yang mengubah dunia mereka meskipun tak terwujud dalam bentuk yang sempurna.

"Cinta yang tak pernah padam..." Alia mengulangi kata-kata itu, merasakannya lebih dalam dari sebelumnya. Kini, dia memahami makna sejati dari kata-kata itu. Cinta sejati bukan tentang memiliki, bukan tentang kebahagiaan yang sempurna. Cinta sejati adalah tentang memberi, tentang menerima kenyataan bahwa kadang-kadang, kita harus melepaskan, meskipun itu terasa sangat sulit. Cinta sejati adalah tentang menghargai apa yang ada, bahkan jika itu hanya kenangan.

Alia menutup bukunya dengan lembut dan memandang langit yang kini mulai cerah. Hujan perlahan berhenti, meninggalkan jejak-jejak air di jalanan yang berkilauan. Dunia terasa lebih tenang sekarang, seolah-olah alam pun merasakan perubahan dalam dirinya. Dia tahu, bahwa meskipun dunia ini penuh dengan perpisahan dan kehilangan, cinta sejati tetap ada. Mungkin tidak selalu tampak jelas, tetapi cinta itu ada di dalam setiap kenangan yang kita simpan, dalam setiap tindakan yang kita lakukan, dalam setiap keputusan yang kita ambil.

Dia berdiri dan melangkah pergi, meninggalkan bangku taman itu dengan perasaan yang lebih ringan. Kisah Maya dan Johannes mungkin telah berakhir, tetapi warisan cinta mereka tetap ada dalam dirinya. Alia tahu bahwa cinta sejati tak akan pernah padam. Ia akan tetap hidup, dalam dirinya, dalam hatinya, dan dalam setiap langkah yang ia ambil ke depan.

Ketika dia kembali ke rumahnya, Alia duduk di meja kerjanya dan membuka halaman terakhir bukunya. Di sana, dia menulis kata-kata terakhirnya, kata-kata yang telah dia temukan dalam dirinya selama perjalanannya.

"Cinta tidak pernah padam. Cinta tetap hidup, meskipun kita terpisah oleh waktu, oleh jarak, dan oleh kenyataan. Cinta adalah kenangan yang terus hidup, mengingatkan kita akan apa yang pernah kita miliki, dan memberi kita kekuatan untuk terus maju, meskipun tanpa mereka di sisi kita."

Dengan tulisan itu, Alia merasa damai. Buku ini bukan hanya tentang kisah Maya dan Johannes. Ini adalah tentang setiap orang yang pernah merasakan cinta sejati—tentang setiap kenangan yang tidak akan pernah hilang, meskipun waktu terus berjalan. Cinta sejati tak akan pernah padam.