Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

INVISIBLE CASE : The Mansion

ThePinceNezScholar
7
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 7 chs / week.
--
NOT RATINGS
297
Views
Synopsis
Haidar seorang penyidik swasta untuk kasus khusus, ditugaskan untuk menginvestigasi serangkaian kematian yang sulit dijelaskan di sebuah mansion mewah, bersama dengan seorang petugas kepolisian, mereka menemukan sejarah kelam yang telah dibangkitkan oleh tragedi. Sebuah kegelapan yang terbangun dan meneror keluarga pemilik mansion dan siapa saja yang masuk kedalam.
VIEW MORE

Chapter 1 - COMMISSION

Di dalam ruang pribadi yang tidak terlalu luas, berisikan dua meja dengan tinggi yang berbeda, satu meja dihimpit dua kursi yang bersebrangan, ditempati berkas serta seperangkat komputer, dan yang satunya sebuah meja dengan satu sofa kulit dengan dua ruang yang bisa di tempati, menghadap kepada jendela. Bukan ruangan yang terlalu Istimewa, hanya ruang kerja pribadi dengan beberapa kabinet buku berpintu kaca menghias sisi dan sudut ruangan. Adapun satu obyek yang menarik perhatian adalah sebuah jam antik tua besar, dengan pendulum yang bergerak sesuai dengan ritme jarum jam. Di temani suara kipas tua dan tiupan angin ringannya, yang membuat riak pada beberapa kertas.

Masuk lah dua individu sambil berbincang, yang satu pria muda tinggi berambut hitam bergelombang, dengan ukuran sedang tidak panjang tidak terlalu pendek, dengan badan yang cukup terlatih, mengenakan pakaian kaos berlengan panjang dan celana jeans. Sementara yang satunya berbadan gembul, mengenakan kemeja lengan pendek dan celana bahan, serta rambutnya tertutup ikat kepala adat, mereka berduapun duduk bersebrangan ikut menghimpit meja yang ditempati computer.

"Untuk masalah itu kan saya sudah sampaikan kemarin di telpon, bahwa saya sudah terikat dengan kontrak dan saya berkewajiban untuk memenuhi kontrak tersebut" ucap Haidar sambil menarik kursi dan duduk.

"Lah masa tidak bisa diatur, kelompok saya berani bayar dua kali lipat dari biaya bulanannya loh, lumayan kan momen langka ini" jawab Pak Gede sambil ikut duduk bersebrangan dengan Haidar.

"Waduh tidak bisa pak, sudah ada yang booking sampe awal tahun" jawab Haidar dengan senyum penolakan yang ramah.

"Justru karena masih lama sampai akhir tahun, dicopot sebentar untuk seminggu nanti dipasang lagi" ucap pak Gede dengan gesture tangan yang spontan dia Gerakan

"Ya tetap saja melanggar kontrak, memang pak Gede mau kelompok dan pak Gede sendiri keseret masalah nantinya" jawab Haidar dengan sedikit serius

"Oh aman pastinya, saya jamin aman, saya bisa atur itu dengan kenalan saya nanti" ucap pak Gede dengan semangat, "Jadi bisa ya, diatur untuk iklannya kandidat saya? Billboard toko ini strategis, orang kalo lewat bisa langsung terfokus kesini" ucap pak Gede dengan gesture penuh ambisi.

 "Tidak bisa pak, nanti malah saya dianggapnya tidak amanah" jawab Haidar dengar senyum penolakan yang ramah.

Ditengah diskusi yang mungkin akan memakan banyak waktu tersebut, dari arah pintu masuklah seorang gadis berambut hitam panjang di kuncir kuda, mengenakan apron toko dan seragam sederhana, membawa nampan dengan dua cangkir kopi diatasnya. Seketika itu aroma khas dari rasa minuman instan memenuhi ruangan dan menuntut untuk segera memenuhi dahaga dari minuman panas tersebut.

"Permisi" kata gadis itu sambil mendekat, meletakkan cangkir kopi didepan Haidar dan pak Gede.

"Waduh, gak usah repot-repot Yati, gak bakal lama soalnya he he" ucap pak Gede menyeringai, di ikuti menyeruput kopi yang dibawakan Yati.

Disaat pak Gede tidak melihat, Haidar sedikit menghela napas, mengisyaratkan dirinya yang sudah merasa jenuh dan tidak nyaman. Yati yang menyadarinya memberi isyarat menyemangati dan terkikik kecil dari belakang pak Gede, dia kemudian berjalan menjauh keluar dari ruangan serta menutup pintu. Tidak lama setelah Yati pergi, "duk - duk…" diawali ketukan tiba-tiba pintu terbuka kembali dan kali ini yang datang masuk adalah seorang wanita muda dua puluh tahunan membawa sebuah tas berkas, berparas cantik dengan rambut merah burgundy pendek sebahu, memiliki tatapan licik dan dingin, mengenakan turtleneck abu dan celana hitam serta Sepatu heels hitam.

"Maaf mengganggu, tapi Haidar sudah ada janji dengan saya" kata wanita itu tersenyum didekat sofa tamu

"Waduh waduh, dicariin kayangan Haidar, ini pacar apa udah ada tanggalnya nih he he he?" kata pak Gede bercanda

"Dia petugas kepolisian pak ada perlu" kata Haidar terkikik kecil

"Hah Polisi… ngapain nyari kamu? Ucap pak Gede kaget

"Saya cari karena ada urusan kepolisian yang perlu segera dibicarakan" ucap wanita itu dengan tenang dan tegas menyilangkan kedua tangannya

"waduh saya pergi duluan kalo gitu" kata pak Gede segera menghabiskan kopi miliknya dan berdiri "nanti kalo berubah pikiran kabari saya ya he he" bisik pak Gede kepada Haidar.

Pak Gede pun pergi sambil memberikan salam pamit dengan sederhana dan menutup pintu. Wanita muda itu pun mendekati Haidar, menarik kursi dan duduk berhadapan dengan Haidar, meletakkan tas berkas dilantai samping kirinya, lalu mengistirahatkan kedua siku di atas meja dengan kedua punggung tangannya menyangga dagu, seperti gesture sedang berpikir dan menatap Haidar dengan senyum tipis.

"Jadi, apa ada kesulitan dalam penyidikan, petugas Feshikha?" tanya Haidar

"Tidak ada Halo, tidak ada apa kabar, langsung kepada intinya, sangat efisien" Ucap Feshikha dengan sedikit senyum sinis sambil memainkan gesture tangan dan tubuh yang mengikuti jawabannya

"Tapi kau tidak suka basa-basi dan setiap kali kau berkunjung, sebagian besar adalah tentang pekerjaan" Ucap Haidar dengan sedikit bercanda yang diekspresikan Bahasa tangannya

Wajah Feshikha berubah sedikit ketus menanggapi ucapan Haidar. "Haaa.." dia menghela napas dan kemudian membuka tas yang ditaruhnya di lantai, dari dalam tas diambil sebuah berkas yang bertuliskan pada covernya "KASUS KHUSUS" dengan tinta merah dan tambahan tulisan "DOKUMEN RAHASIA" dengan label kuning. Feshikha meletakkan berkas itu diatas meja dan mendorongnya perlahan ke sisi yang lebih dekat dengan Haidar, dengan wajah serius dan sedikit senyuman yang dingin, dia memberikan isyarat menggunakan tangan kanannya seperti mempersilahkan untuk membuka berkas tersebut.

Haidar pun menjangkau berkas itu dan membukanya, tidak butuh waktu lama, hanya dari beberapa halaman dia segera terpikat dengan isi berkas, posturnya yang semula santai berubah menjadi serius terpaku pada hal yang dilihatnya. "Hmm.. Masalah yang besar" gumam Haidar, nampak didalam berkas foto sebuah mansion besar, disandingkan dengan data pemiliknya, yakni seorang pengusaha yang cukup terkenal dan terpandang di kota Halimun Mimbar. Pada halaman yang lain diperlihatkan detail kasus yang Feshikha dan kepolisian sedang hadapi. Foto tubuh dikelilingi cairan merah menghitam, dengan kondisi yang tidak memperlihatkan belaskasihan, serta data dari lima identitas yang sudah masuk berangkas pendingin.

Disaat Haidar sedang fokus memeriksa berkas, Feshikha menjauh darinya, berjalan melihat sekeliling mencari sesuatu, kemudian mendekati sebuah Kabinet diujung ruangan dekat jam besar, kemudian mengambil salah satu buku tua tebal dengan lambang trisula pada covernya. Dia membuka buku tersebut dan memilih salah satu halaman yang sudah familiar baginya.

"Lima orang tercabik dan kehilangan organnya , aku terkejut beritanya tidak terlalu ramai" Ucap Haidar dengan maksud menanyakan situasi

"Semua yang bersangkutan sepakat untuk tidak berbicara terlebih dahulu kepada media, pemilik mansion sendir ingin kasus ini selesai tanpa menimbulkan keributan" Balas Feshikha

Haidar pun mengambil posisi yang lebih relaks, menyilangkan kedua tangannya dan terlihat memilikirkan sesuatu. Dia sadar bahwa akan menghadapi sesuatu yang cukup berbahaya, kewaspadaannya bukan karena dia kurang berpengalaman, hanya saja dia menimbang beberapa aspek yang mungkin dia harus lakukan.

"Baiklah, aku akan ambil kasus ini, kapan kita ke lokasi?" tanya Haidar

"Oke Bagus, Besok aku akan menjemput mu" jawab Feshikha dengan senang

 "duk-duk…" Ditengah pembicaraan tersebut suara pintu diketuk dan kemudian terbuka, Yati datang dan masuk kembali, kali ini dia membawa minuman ringan dingin berkarbonasi diatas nampannya. Dia memberikan minuman itu langsung kepada Feshikha yang sudah mengulurkan kedua tangannya bersiap untuk menerima minuman tersebut.

"Silahkan kak Feshikha" ucap Yati sambil memberikan minuman

"Terimakasih Yati….Gluk-gluk" jawab Feshikha yang langsung melepas dahaganya

"Dari wajahmu sepertinya kau mendapatkan salah satu klien unik paman?" tanya Yati

"Ouh kau bisa melihatnya, kalo begitu langsung saja. Yati tolong carikan informasi tentang Mantrakūṭa Mansion, alamatnya berada di wilayah komplek Taman Aruna Cipta" ucap Haidar kepada Yati.

"Wow komplek mewah itu, oke apa yang harus kucari?" tanya Yati

"Semuanya" jawab Haidar

"Woy, yang benar saja, bisa lebih spesifik" ucap Yati dengan wajah jengkel

"Ha ha… aku yakin tidak akan sebanyak itu yang bisa didapat, tapi yang utama mungkin adalah tentang ritual" ucap Haidar dengan tawa kecil.

"Oke, aku akan langsung mencarinya, sampai nanti kak Feshikha" kata Yati sambil bergegas keluar dari ruangan

 "Duk…", suara pintu ruangan terutup, Haidar pun beranjak dari kursinya, melakukan sedikit perenggangan kepada tubuhnya yang terasa kaku. Saat sedang membalikan badannya dan menghadapat ketembok, Haidar merasa ada tatapan yang sedang memperhatikannya, hal itu membuatnya menoleh kebelakang. Dia melihat Feshikha sedang menatap kearahnya, seperti hendak menyampaikan sesuatu.

"Ada apa, kau seperti ingin menyampaikan sesuatu?" Tanya Haidar sambil membalikan badannya dan melanjutkan perenggangan

Feshikha menutup buku yang dibacanya, menaruhnya Kembali kedalam cabinet tempat dia mengambil buku tersebut dan berfokus pada Haidar.

"Aku tahu dia sudah banyak membantu dan menunjukkan kemampuannya, tapi apakah tidak apa, membiarkannya berinteraksi dengan hal seperti ini?" tanya Feshikha

Haidar berhenti melakukan perenggengan, menundukkan kepalanya sejenak menymbunyikan wajahnya dan kemudian Kembali duduk di kursinya, dia meletakan kedua sikunya di atas meja, lalu mengistirahatkan dagunya pada punggung tangan yang saling menimpa, posturnya seperti orang yang sedang berpikir. Matanya saling bertemu dengan mata Feshikha.

"Feshikha, kau tentu masih ingat apa yang dia hadapi" kata Haidar dengan serius

"Ya tentu, maksudku kita bertiga memiliki pengalaman yang sama, dengan cerita yang berbeda" Ucap Feshikha sambil memalingkan pandangannya

"Maka seharusnya kau paham bukan, dia memiliki alasannya sendiri, ditambah aku mengizinkannya membantu mencari informasi untuk mengawasinya, serta menjauhkannya dari bertindak sendirian dengan ceroboh" jelas Haidar

Feshikha pun memang menyadari bahwa Haidar memang memiliki caranya sendiri untuk menangani Yati, serta dia tidak sembarangan dalam mengambil keputusannya, meskipun terkadang dia terlihat seperti tidak tertarik dan acuh, tapi saat waktunya tiba Haidar dapat diandalkan.

"Dan sebenarnya menurutku sendiri, ketimbang menutupi dan menjauhkannya, lebih baik mempersiapkan dia untuk menghadapi kemungkinan di masa depan. Maksudku tidak selamanya aku dan kakakku akan selalu ada untuknya" ucap Haidar dengan tenang dan percaya diri.

"Haaah… Baiklah aku paham, dalam beberapa hal kau menyebalkan, tapi setidaknya kau dapat dipercaya" ucap Feshikha dengan wajah ketus

"wow jahat sekali ha ha" balas Haidar dengan bercanda

Feshikha tersenyum kepada tanggapan dari Haidar, dia berjalan kekursi yang dia duduki sebelumnya, mengambil tas berkas miliknya dan kemudian bersiap untuk pergi.

"Baiklah kalua begitu sampai jumpa besok" ucap Feshikha

"Yo oke sampai jumpa besok" balas Haidar

Feshikha pun berjalan ke arah pintu ruangan, membukanya dan menutupnya Kembali dari luar. Sekarang diruangan hanya tersisa Haidar sendiri, "Tick - Tick" kesunyian didalam membuat suara detik jarum pada jam besar terdengar, Haidar mengetukkan jari telunjuknya sesuai dengan ritme detik jarum. Beberapa saat kemudian dia membuka laci meja disebelah kanannya, dari dalam laci diambilnya sebuah benda berbentuk lingkaran berwarna emas, dengan lambang trisula pada bagian yang seperti tutup, bend aitu lumayan tebal tapi cukup untuk digenggam satu tangan.

Dia memperhatikan benda itu sebentar, memutar-mutarnya dengan ekspresi yang menunjukkan sebuah cerita pada benda tersebut. Dia kemudian membukanya, terlihat bagian dalam benda itu sekilas seperti sebuah Kompas atau jam, tapi tanpa indikator waktu dan memiliki dua buah jarum sama panjang, yang satu memiliki ujung berwarna biru serta yang satunya memiliki ujung berwarna merah, tapi tidak satupun dari keduanya menunjuk arah angin, atau bergerak seperti rotasi jam. Yang ada kedua jarum itu bergerak saling berlawanan arah.

"Dong-dong….." suara jam besar memenuhi ruangan, mengalihkan Haidar dan mengingatkan untuk keperluan lain, dia menutup benda yang digenggamnya, menaruhnya kembali kedalam laci meja, kemudian beranjak dari tempat duduk dan pergi keluar dari ruangan.

 

Bersambung