Chereads / INVISIBLE CASE : The Mansion / Chapter 4 - ENCOUNTER

Chapter 4 - ENCOUNTER

Di saat semua benar-benar lengah dengan ancaman di belakang, Haidar memperhatikan jarum merah pada kompasnya yang tiba-tiba menunjuk ke arah belakang, dengan segera dia pun membalikkan badannya. Dia melihat sebuah makhluk besar sedang menerjang ke arah mereka, makhluk itu sangat cepat dan senyap, Yana tanpa disadari sudah dicengkeram oleh tangan kirinya, dan dengan sekejap berada di dekat Feshikha yang tidak menyadarinya.

"FESHIKHA!!" Teriak Haidar

Waktu pun terasa melambat, Feshikha melihat makhluk mengerikan itu, kepala yang seperti menonjol keluar dengan telinga yang merapat menempel pada kulit, lehernya tebal seperti menyatu dengan kepala, kedua lengannya besar dan panjang, kakinya terlihat kuat tapi sedikit tidak seimBang! untuk menopang badannya yang besar berlebih, bagian tubuhnya seperti beberapa kali ditampal dan disambung penuh dengan luka jaitan yang besar. Pada ujung jari-jarinya tumbuh banyak kuku secara acak bahkan tumbuh dibagian sidik jari, dibagian perutnya terdapat sebuah mulut lebar tertutup dengan taring-taring besar berbaris menjijikan dan pada wajahnya nampak bagian mata seperti lubang yang mengerucut ke dalam, tulang hidung yang tidak terbungkus kulit dan gigi taring berjajar padat disepanjang senyumannya yang lebar membuat merinding.

Feshikha hanya bisa berdiri terpatung, wajahnya dingin kaku tidak bergeming, seakan kilatan masa hidup sudah terlintas dengan cepat didepannya, dia tahu harus segera menjauh namun tubuhnya tidak mau merespon, menyadari cengkeraman dari tangan makluk itu tidak dapat dihindari perlahan dia menutup matanya.

"Tap! Tap! Tap!" suara langkah kaki berlari dengan cepat.

Beberapa saat sebelum cengkraman tangan makhluk itu mendapatkan mangsa keduanya, Haidar berlari mendekap Feshikha, kemudian membanting dirinya ke lantai bersama Feshikha, berguling dengan cepat menghindari cengkraman hebat tersebut dan botol garam yang dibawa Feshikha terhempas jatuh dari tangannya. Makhluk itu masih dalam keadaan berlari ketika gagal mendapatkan mangsanya, Haidar dengan segera mengambil posisi membidik mengarahkan revolvernya kepada makhluk itu, dengan tekad yang pasti dan yakin Haidar pun menarik pelatuknya.

"Bang! Bang! Bang!" suara revolver ditembakkan.

Tiga peluru melesat dengan cepat ke arah makhluk itu, dua peluru mendarat dibagian pergelangan kaki kaki kanannya dan satu peluru tertanam di bagian sisi lutut kanan. Makhluk itu terlihat terkejut kesakitan dan terjatuh kehilangan keseimBang!an dengan keras dari larinya, Yana terlepas dari cengkraman tangan kiri makhluk itu dan terlempar mendarat di dekat tangga barat.

"Fesh...kha" Suara menggema tidak jelas terdengar oleh Feshikha

"Feshi..." Suara menggema terdengar kembali oleh Feshikha

"...Shikha" Suara menggema terdengar kembali oleh Feshikha

Feshikha yang masih terkejut berusaha kembali Bangkit kembali ke realita, semuanya tampak sedikit samar dan menggema.

"Oi!! Feshikha!!" Bentak Haidar berusaha memanggil Feshikha

"Hah iya?" Ucap Feshikha tampak linglung

"Kendalikan dirimu!, aku butuh bantuan di sini" Ucap Haidar waspada

"Kau benar, maaf" Ucap Feshikha kembali fokus dan waspada.

Feshikha dan Haidar kembali berdiri, diikuti oleh makhluk itu yang juga menekan lantai dengan kedua tangannya berusaha menopang tubuhnya untuk berdiri, "Hrooaarrr" makhluk itu Bangun mengaum namun beberapa saat terlihat goyah, kehilangan keseimBang!annya disebabkan oleh rasa sakit dari kaki kanannya. Makhluk itu membalikkan badannya mengunci pandangan kepada Haidar dengan raut muka yang kesal dan marah, Yana dengan terkejut berusaha menggusur badannya menjauh dari makhluk tersebut.

"Feshikha, sepertinya makhluk itu sekarang mengincarku" ucap Haidar kepada Feshikha

"Ya, itu cukup mudah terlihat" balas Feshikha

"Aku akan terus membuatnya sibuk, kau lanjutkan membuat lingkaran di lantai dan masuk di dalamnya bersama yang lain" Instruksi Haidar kepada Feshikha

"Baiklah aku mengerti" Jawab Feshikha dengan siap

"Bang!!" suara revolver menggema kembali, sebuah peluru melesat lurus kepada kepala makhluk itu, namun dihalangi oleh tangan kirinya, "Splut!" cairan merah keluar tercecer, sebuah luka terbentuk dari pendaratan peluru pada tangannya yang menjadi benteng itu. Makhluk itu cukup bereaksi kesakitan, dia melihat Haidar dengan tatapan marah dan menerjang langsung dengan cepat. Haidar pun ikut menerjang maju ke arah makhluk itu, sementara Feshikha berlari ke arah yang berbeda, berusaha mengambil kembali botol berisi garam.

"GRROOAAHHH!!" makhluk itu berteriak, membuka mulutnya yang penuh dengan gigi taring tajam berbaris, dia kemudian melancarkan sebuah tinju kanan kepada Haidar yang berlari ke arahnya. "BAMM!" Haidar melompat menghindari tinju makhluk itu yang menghantam lantai dengan keras, Haidar pun berpijak dengan kuat dan bergerak dengan cepat sepanjang lengan makhluk tersebut kepada bagian bahunya. Ketika sampai pada bahu, tangan kiri Haidar dengan cepat meraih kapak silver pada holster belakang.

"Ka-chunk!" dengan suatu mekanisme tertentu kapak tersebut berubah menjadi lebih panjang, Haidar pun melompat ke arah belakang punggung makhluk itu, dia memutar tubuhnya mengarah kepada kemana makhluk itu menghadap. Dengan membuat sebuah momentum Haidar melakukan ancang-ancang, mengangkat kapaknya ke atas melewati kepala, kemudian dengan cepat dan kuat Haidar menghantam mata kapak kepada bagian belakang kepala makhluk tersebut.

"Chop!" Kapak Haidar tertancap pada kepala makhluk itu membuatnya bergelantungan di belakang punggung yang besar. "Arrrgghhh" makhluk itu mengaum kesakitan berusaha menghempaskan Haidar dari belakang tubuhnya, namun Haidar dengan kuat tetap bertahan terayun-ayun, Haidar kemudian membidikkan revolvernya bersiap untuk melakukan serangan kepada makhluk itu.

"Bang!" satu peluru melesat dengan singkat menembus kepala makhluk tersebut, sebuah cairan merah tersembur dari wajah makhluk itu, berbarengan dengan peluru yang keluar mengoyak sebagian kecil daging dari bagian dalam wajahnya. Paras makhluk itu menjadi lebih mengerikan dengan lubang pada muka yang menghapus bagian hidung.

 Haidar kemudian menempelkan ujung revolvernya kepada kulit punggung yang lebar, mengarahkan bidikannya kepada bagian tempat jantung berada, "Bang!" satu peluru langsung menembus ke bagian depan dada tubuh makhluk itu, mengoyak bagian tempat jantung berada, membuat sebuah lubang yang menyemburkan cairan merah dan ceceran kecil dari sebagian daging yang terbawa keluar.

"AAAARRRGGGHH" makhluk itu mengaum kesakitan, berat tambahan dari Haidar yang berpegangan pada kapaknya membuat makhluk itu berjalan mundur perlahan, berusaha tetap berdiri dan meraih Haidar. Setelah beberapa saat keseimBang!annya pun mulai menghilang, Haidar yang menyadari hal tersebut segera memposisikan kedua kakinya untuk berpijak dengan kuat pada punggung makhluk itu. Dengan kuat Haidar mendorong kakinya, memberikan tekanan yang dapat membawa tubuhnya menjauh dari makhluk itu dan kapak pun ikut tercabut dari kepala tempatnya tertancap, seketika cairan merah kembali memercik, Haidar berjungkir ke belakang kemudian melompat mundur sebanyak dua kali, dan memasang posisi bersiaga.

"Braak!" makhluk itu roboh terlentang setelah beberapa saat bergerak tak tentu, "Kling-klang!" selongsong peluru kosong berjatuhan ke lantai, dengan berhentinya pergerakan makhluk itu Haidar mengambil kesempatan untuk mengisi ulang revolver miliknya, dia kemudian berjalan perlahan mendekati tubuh besar yang terlentang tersebut, sambil bersiaga mengawasi dengan mengarahkan revolvernya ke depan.

Sementara itu, Feshikha berusaha membuat lingkaran yang cukup lebar untuk menampung semua orang. Dengan bahan yang terbatas, dia harus mengaturnya seefisien mungkin. "Kyaaa…!!!!" Tiba-tiba pelayan perempuan dengan rambut bob cut berteriak, semua mata langsung tertuju kepadanya, mereka terkejut melihat banyak tangan sedang mengunci Helena. Tangan-tangan tersebut muncul dari lubang gumpalan daging pada lantai di belakang Helena.

"Madam!!" teriak pelayan dengan rambut bob cut.

Pelayan dengan rambut bob cut itu mencoba mendekati Helena dan berusaha menariknya keluar dari cengkeraman, namun salah satu tangan makhluk yang tidak diketahui itu langsung memukul perutnya, "Aaackk" membuat pelayan itu kesakitan dan terhempas menghantam tembok di samping pintu ganda dengan dua guci besar "Bruughh!". Pelayan itu pun langsung tergeletak tidak sadarkan diri.

"Helena!!" teriak Henry tidak bisa berkutik melihat dua tangan makhluk itu mencekik leher istrinya.

Dari lubang di belakang Helena, terasa sebuah aura yang tidak mengenakan. Aura dingin kelam seperti malam sunyi di pemakaman.. Makhluk lain perlahan muncul dari lubang tersebut, perawakannya seperti seorang wanita dewasa tinggi dengan kulit yang pucat, memakai kebaya putih dengan kamen hitam dan tidak memakai alas kaki, rambutnya panjang menjutai kelantai serta kuku kaki tangannya runcing tajam. Makhluk itu kemudian mengembangkan kedua lengannya bergerak mendekat, mendekap Helena dengan kuat, kemudian menyandarkan kepalanya pada bahu di samping pipi kiri Helena. Nampak wajah makhluk itu ditutupi sebuah topeng polos berwarna putih, salah satu tangan yang keluar dari lubang kemudian membungkam mulut Helena, dia berusaha melepaskan diri, tapi cengkeraman dari tangan yang banyak benar-benar mengunci pergerakannya.

"Tap! Tap! Tap!" Haidar berlari ke arah Helena memalingkan pandangan meninggalkan makhluk besar yang terlentang dihadapannya.

Namun belum sampai setengah jalan Haidar terhenti. Makhluk berkebaya putih itu menempelkan kuku jari tengah miliknya kepada leher Helena, dia pun menggores kulit pada leher tersebut mengakibatkan sedikit cairan merah keluar, semua terkejut dan berusaha menjaga jarak agar tidak memprovokasinya.

"Pintar" Gumam Haidar sedikit terkesan

"Grrh-heh-heh!" suara tawa aneh terdengar dari arah makhluk yang terlentang

Haidar segera melihat arah asal suara tawa aneh tersebut, dia melihat bahwa makhluk yang tadinya sedang terlentang sudah berada pada bibir lubang berusaha memasukinya, Haidar pun langsung membidik revolvernya kepada makhluk itu bersiap untuk menembak. Namun tiba-tiba makhluk besar itu kemudian menunjuk ke arah Helena, Haidar merasa makhluk itu sedang memperingatkannya, gesturnya cukup menjelaskan, bahwa siapapun tidak boleh macam-macam karena Helena sudah menjadi tawanan.

"Tch" Haidar tampak jengkel

Makhluk yang besar sudah itu sepenuhnya masuk ke dalam lubang di dinding, makhluk itu sebelum pergi lebih dalam nampak memandang Haidar sebentar, luka pada wajah dan dadanya berangsur tertutup dan sembuh, kemudian terlihat sebuah senyuman menghina yang lebar, makhluk itu merasa berhasil mengungguli dan mengecoh Haidar karena tujuan sebenarnya mungkin adalah Helena. Makhluk itu pun berpaling dan masuk lebih dalam, disusul dengan mulut lubang pada yang mengecil kemudian menutup, serta secara bertahap gumpalan daging mulai menyusut dan menghilang tanpa jejak.

"Pergi?" gumam Haidar keheranan

Haidar pun memalingkan pandangannya berfokus pada makhluk dengan rambut panjang, dia berjalan mendekat kepada makhluk itu dan berhenti dengan jarak yang sama seperti yang lain, dengan wajah yang serius kemudian dia menodongkan revolvernya ke depan.

"Hei kau bisa melukai Helena!" Ucap Henry sambil berusaha meraih revolver Haidar

"Tunggu lepaskan, aku hanya mengincar tangan-tangan yang menguncinya" Ucap Haidar sambil berusaha lepas dari gangguan Henry

"Apa kau tidak lihat tadi, makhluk itu bisa mencelakai Helena jika kau gegabah" Ucap Henry masih berusaha menghalangi Haidar

"Benarkah? menurutku tidak seperti itu" Ucap Haidar dengan ekspresi curiga

"Hah? Apa maksudmu" Tanya Henry

"Melihat korban-korban sebelumnya kenapa makhluk itu tidak langsung menghabisi madam, padahal serangan tangan-tangan itu tidak ada yang menyadarinya bukan" Ucap Haidar

"Itu..." Henry tidak punya kata-kata

"Seolah-olah mereka membutuhkan madam hidup-hidup" Ucap Haidar

Henry berhenti berusaha menghalangi Haidar dan mendengarkannya, sementara makhluk berambut panjang tersebut terlihat diam tidak merespon.

"Belum lagi makhluk yang satunya, kukira dia akan terus menyerang karena mereka memiliki sandera, tapi malah pergi begitu saja" Lanjut Haidar menjelaskan

"Tetap saja terlalu berisiko, keamanan Helena adalah prioritas"  Ucap Henry berusaha kembali menghalangi Haidar

"Tch…Maka dari itu kita harus cepat bergerak" Ucap Haidar sambil mendorong Henry ke samping dan menodongkan revolver miliknya ke depan.

"Bang! Bang! Bang!" tiga peluru langsung melesat dengan cepat, "Splat! Splat! Splat!" seketika ketiga peluru tersebut menembus memotong tiga tangan yang mengunci Helena dan tergeletak ke lantai. Sementara makhluk berambut panjang masih tampak tenang tidak bergeming oleh serangan Haidar, makhluk itu tampak tetap menempel pada Helena.

"Huh? Tidak ada respon" gumam Haidar

Haidar langsung bersiap untuk memberikan serangan berikutnya, "Tap! Tap! Tap!" tiba-tiba perempuan juru masak berlari mendekati Helena dan menghalangi jalur tembak yang membuat Haidar terkejut.

"Hei… BODOH apa yang kau lakukan!!" teriak Haidar memperingatkan perempuan juru masak itu.

Perempuan juru masak kemudian berusaha menarik Helena keluar dari cengkraman tangan-tangan yang menguncinya. Haidar langsung mengoreksi sasarannya agar tidak mengenai juru masak, "Bang!-Bang!" dua tembakan dilepaskan membuat dua tangan pencengkeram tergeletak di lantai, di saat bersamaan perempuan juru masak masih berusaha menarik Helena keluar.

Dia berganti cara dengan berusaha membuka salah satu tangan pencengkeram, namun makhluk berambut panjang tiba-tiba melakukan pergerakan, kepalanya dengan mengerikan patah-patah mengarah pada juru masak, yang kemudian menggunakan tangan kirinya menghempaskan juru masak dan membuatnya terlempar ke lantai.

"Sial!" Ucap Haidar mengutuk

Haidar bersiap melakukan serangan, namun makhluk itu bersama tangan-tangan pencengkeram menggerakkan tubuh Helena kepada arah bidikan Haidar. Menarik niatnya untuk menggunakan revolver Haidar mempersiapkan kapaknya dan langsung menerjang ke arah Helena. "Tap! Tap! Tap!" Haidar berlari namun sebelum sempat masuk ke dalam jangkauan serang dia terhenti, tiba-tiba dari belakang ada seseorang yang mendekap mengunci pergerakan Haidar.

"HAH!" Haidar terkejut

Yang lain ikut terkejut melihat yang menghalangi Haidar adalah Cahya, terlihat wajahnya yang tampak kosong dengan cairan hitam keluar dari mata, lubang hidung, dan mulutnya yang menganga. Belum lagi perutnya yang robek dan bolong menambah kengerian yang dihadapi pada aula mansion tersebut.

"DASAR SETAN BAJINGAN, LEPASKAN HAIDAR!!" Teriak Feshikha sambil dengan cepat menerjang kepada Cahya.

Feshikha berlari dan berputar memberikan tendangan kepada kepala Cahya, dia terpental melepaskan Haidar dan terbanting ke lantai.

"Kerja bagus Feshikha" ucap Haidar sambil bersiap

"Makhluk-makhluk ini bergerak sangat senyap" Ucap Feshikha dengan jengkel

"Krrakk-krrakk" Cahya Bangkit kembali dengan cara yang tak lazim, tubuhnya diangkat melengkung ke belakang, ditopang oleh kepala dan kedua kakinya dan kemudian perlahan dia Bangun mengangkat kepalanya, hingga seluruh tubuhnya kembali berdiri tanpa membuat kakinya bergeser sedikit pun.

Dengan terhuyung-huyung Cahya langsung menerjang kepada Feshikha dan Haidar, Feshikha ikut menerjang balik, dalam jangkauan serang Feshikha memutar tubuhnya berusaha menendang kepala Cahya dengan kaki kanannya. Namun tendangan itu ditahan dengan mudah oleh tangan kiri Cahya, "Bang!" Haidar dengan cepat menembak kepala Cahya yang membuat pertahanannya goyah, memanfaatkan kesempatan tersebut Feshikha mengambil momentum dan menyerang wajah Cahya dengan kaki kiri membuatnya terpukul mundur. "Tap! Tap! Tap!" Haidar berlari ke hadapan Cahya lalu dengan cepat dia mengayunkan kapaknya, "Splat!" Kepala Cahya langsung terpenggal terjatuh ke lantai diikuti tubuhnya yang roboh dan tergeletak.

"HELENA!!" Teriak Henry

Belum sempat Haidar dan Feshikha mengambil napas, makhluk dengan rambut panjang dan tangan-tangan pencengkeram menarik Helena ke dalam lubang tempat mereka muncul, Henry tidak tinggal diam tanpa berpikir panjang langsung berlari mengejar dan ikut melompat masuk.

"Tunggu Pak Henry !! Ah Sial" ucap Haidar sambil berlari mengejar dan memasukan kapaknya ke dalam holster belakang

"Haidar briefcase mu" Ucap Feshikha mengingatkan Haidar

"Kau yang pegang, aku sudah memiliki apa yang kuperlukan, selesaikan lingkaranmu dan gunakan apapun yang kau butuhkan di dalam briefcase" ucap Haidar memberikan arahan

Feshikha mengangguk dan melihat Haidar melompat masuk ke dalam lubang mengikuti Henry dan Helena. Kemudian sama seperti di dinding, lubang daging tersebut menutup dan kemudian menyusut menghilang, lubang yang satunya juga lenyap tak bersisa meninggalkan kesunyian di aula mansion.

Bersambung