Di ujung pantai.
"Andai saja aku mempunyai skill terbang, pasti sudah terbang aku. Sigh~" Kai menghela napas.
Dia membentangkan tangannya. Energy Void keluar, berbentuk gumpalan yang menjalar ke seluruh tangannya.
Lautan bergetar!
Kai mengangkat tangannya ke atas, diikuti dengan air laut yang perlahan naik ke angkasa.
Seluruh lautan terangkat, menyisakan kekeringan di dasar palung!
Orang-orang di sekitar menatap fenomena itu dengan mata terbelalak.
"Bagaimana bisa!?!"
Kai menahan air laut di langit hanya dengan satu tangan, sementara tangan lainnya merentangkan tali Energy Void. Ikan-ikan yang mengambang terseret ke arahnya.
Satu per satu, belasan, puluhan, hingga ribuan ikan berkumpul dalam genggamannya.
1000 ikan ditarik sekaligus! Dari yang kecil hingga yang layak dikonsumsi.
Orang-orang hanya bisa terdiam dalam kekaguman.
Bahkan seorang manusia modern yang berada di antara mereka menatap Kai dengan mata berbinar. Ia tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.
Tapi satu hal jelas—Kai bukanlah orang biasa.
Sebuah pemikiran muncul di benaknya:
"Apakah dia yang selama ini menaruh alat itu...? Alat tingkatan kultivasi?"
Logikanya sejalan. Hanya Kai yang cocok dengan situasi ini.
Setelah mendapatkan cukup ikan, Kai perlahan menurunkan air laut ke tempatnya semula.
Dunia yang ditinggalkan para dewa kini mulai bersinar!
"Sepertinya sudah cukup."
Kai berbalik dan membagikan 200 ikan kepada orang-orang di sekitarnya.
Sisa ikan ia kumpulkan dengan Energy Void, membentuk jaring raksasa di punggungnya.
Kemudian, tanpa banyak bicara, ia berjalan menyusuri gurun, kembali menuju desa. Sepanjang perjalanan, ia membagikan ikan kepada mereka yang kelaparan.
Tak! Tak! Tak!
Terdengar suara langkah kaki.
Kai menengok ke belakang. Seorang anak laki-laki berlari mengejarnya.
"H-hei! Kau yang di sana... B-bisa b-berhenti sebentar...?" suaranya terdengar terbata-bata.
Meski dunia ini mengalami kebangkitan spiritual, sumber daya kultivasi masih sangat langka. Butuh satu juta tahun untuk mencukupi kebutuhan dasar.
"Panasnya nggak ngotak!" teriak manusia modern itu.
Suhu saat ini 60°C.
Kai menghentikan langkahnya, menatap anak itu dengan dingin.
"Ada apa?" tanyanya dengan suara datar.
"A-apakah memang engkau yang selama ini menaruh alat-alat it—"
Belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, Kai memotongnya dengan nada tajam.
"Itu bukan aku."
Kai ingin mengakhiri pembicaraan ini. Ia tidak ingin terlibat dengan anak ini. Takdirnya terlalu besar.
Lebih baik menghindar sebelum semuanya menjadi rumit.
Anak laki-laki itu terdiam, lalu perlahan berbalik, hendak pergi. Tapi sebelum melangkah lebih jauh, ia menoleh kembali.
"Ingat namaku!" suaranya lantang. "Aku Ardenios!"
"Orang yang akan menjadi tak terkalahkan! Yang akan mengalahkan para dewa! Yang akan membuat mereka memakan apa yang mereka buang!"
Setelah berteriak seperti itu, Ardenios pun pergi.
Kai membeku.
Keringat dingin membasahi pelipisnya.
"A-apa!? Ardenios!? Manusia kuno pertama dalam novel 'Magic Emperor'!?
Bagaimana bisa dia ada di sini!?
T-tunggu... Mungkin hanya nama yang mirip...?
Y-ya! Pasti cuma kebetulan...!"
Kai menarik napas dalam, mencoba menenangkan diri.
Lalu, ia melanjutkan langkahnya kembali menuju desa.
Kai menaruh ikan-ikan di tengah-tengah desa. Hanya tersisa 500 ikan.
Kai berteriak, "Semuanya! Ini makanan! Walaupun tidak ada minuman, tetapi aku membawakan makanan!"
Tak berapa lama kemudian, orang-orang mulai berdatangan, wajah mereka menunjukkan campuran antara kelelahan dan harapan. Pendeta itu juga muncul di antara mereka, lalu tiba-tiba berlutut dan bersujud.
Melihat sang Pendeta, orang-orang desa mengikuti gerakannya, bersujud dengan penuh hormat.
Kai mengerutkan kening, "H-hei! Berdirilah! Kan sudah kubilang, aku ini bukan dewa!" serunya dengan tegas.
Meskipun awalnya ragu, perlahan mereka berdiri kembali. Pendeta itu juga ikut berdiri, lalu mulai menggunakan bahasa tubuhnya untuk berkomunikasi.
Kai menatapnya sebentar, lalu mencoba memahami maksudnya.
Pendeta itu menunjuk ke arah ikan-ikan yang dibawa Kai, kemudian menaruh tangannya di dada, seolah mengucapkan terima kasih yang mendalam.
Kai menghela napas. "Ambil saja dan bagikan kepada semua orang. Pastikan setiap orang mendapatkan bagian yang cukup."
Pendeta itu segera memberi isyarat kepada beberapa warga desa. Mereka dengan hati-hati mengambil ikan-ikan itu, mata mereka berbinar-binar seolah melihat keajaiban.
Beberapa anak kecil berlari mendekati ikan-ikan tersebut, tangan mereka gemetar karena sudah lama tidak melihat makanan sebanyak ini. Mereka menatap Kai dengan kagum, seakan dia adalah penyelamat mereka.
Seorang wanita tua dengan suara gemetar berkata, "Terima kasih... terima kasih, wahai penguasa langit..."
"Bukan! Aku bukan penguasa langit ataupun dewa!" protes Kai, tetapi mereka tetap memandangnya dengan rasa hormat yang sama.
Kai mengusap wajahnya dengan pasrah. "Sudahlah... yang penting mereka bisa makan."
Setelah itu, Kai memutuskan untuk tinggal di desa selama beberapa waktu.
Dia mengajarkan mereka bahasa manusia, mengajari mereka cara berenang, berburu ikan di dasar laut, bahkan berbagi sedikit tentang kultivasi. Selain itu, dia menunjukkan cara mencari air tawar di tengah gurun yang panas.
Tahun demi tahun berlalu...
Hingga tanpa disadari, 10.000 tahun telah berlalu.
Kai berdiri di puncak kuil yang mereka bangun untuknya—meskipun dia sudah berkali-kali menolak disebut sebagai dewa, orang-orang tetap membangun tempat ini sebagai bentuk penghormatan.
Pendeta itu masih hidup. Dengan bantuan energi dari Kai, dia telah memperpanjang usianya jauh di atas batas manusia biasa.
Namun kini, saatnya Kai pergi.
"Aku akan kembali ke tempatku." kata Kai kepada sang Pendeta.
Pendeta itu menatapnya dengan mata penuh harapan. "Apa Anda tidak bisa tetap tinggal di sini?" tanyanya dengan suara bergetar.
Kai menggeleng. "Tidak bisa. Aku harus kembali ke duniaku."
Tanpa banyak bicara lagi, Kai berjalan ke dalam kuil, duduk bersila, lalu mulai bermeditasi.
Pendeta itu hanya bisa menatapnya dengan penuh kesedihan, berharap suatu hari Kai akan kembali.
Di Kehampaan.
Setelah membuka matanya di kehampaan, Kai mengerutkan kening.
"Sepertinya ada sesuatu yang kulupakan..." pikirnya.
Dia berusaha mengingat-ingat apa yang terlewat.
"!
"Sial! Aku lupa memperbarui alat tingkatan kultivasi! Aku bahkan lupa menambahkan batas umurnya! Astaga naga!"
Tanpa berpikir panjang, Kai kembali ke dunia Fal-Zak.
Membuka mata.
Berdiri.
Kai segera berlari melintasi desa, mencari alat-alat kultivasi yang tersebar di seluruh dunia.
Lima menit kemudian…
Setelah menemukan semuanya, dia langsung melakukan perbaikan pada setiap alat tingkatan kultivasi, memperbaruinya dengan informasi tentang batas umur.
Kini, versi terbaru telah siap digunakan.
"Huff... selesai juga."
Setelah memastikan semuanya sudah benar, Kai kembali ke kuil, duduk bersila, lalu mulai bermeditasi sekali lagi.
Pendeta itu, yang melihat semua kejadian tadi, hanya bisa melongo.
Kai bukan mengubah tingkatan kultivasi, tetapi hanya menambahkan daftar batas umur di sampingnya. Dengan begini, orang-orang bisa mengetahui batas usia mereka secara jelas.
Setelah memastikan semuanya telah selesai, Kai kembali berlari ke arah kuil di desa. Ia duduk bersila dan mulai bermeditasi.
Duduk.
Bermeditasi.
Menutup matanya.
Pendeta yang melihat kejadian itu hanya bisa melongo dengan apa yang dilakukan Kai.
Di Kehampaan
"Arghhhhhh!!!!!!!!"
Akhirnya, rasa sakit yang telah ditumpuk selama 100.000 tahun tiba-tiba menyerang Kai.
Walaupun Kai memiliki ketahanan tubuh yang sangat tinggi, rasa sakit yang telah menumpuk selama waktu yang begitu lama benar-benar berada di tingkat yang berbeda.
Mungkin kalian bertanya-tanya, "Bagaimana bisa?"
Yah… itu karena saat memindahkan kesadarannya ke dunia lain, jiwa Kai tetap berada di tubuh aslinya. Akibatnya, tubuh utama Kai seperti mati suri.
Sama seperti seseorang yang sedang dibius dalam operasi, tetapi tiba-tiba terbangun dari biusnya, lalu merasakan rasa sakit yang luar biasa!
Yahh… seperti itulah rasanya.
[ Selamat! Anda telah berada di Kehampaan selama 300.000 tahun! ]
[ Anda telah mendapatkan prestasi yang luar biasa! ]
[ Anda diberikan hadiah berupa 'Telur Acak'. ]
[ Rank: IX ]
Tiba-tiba, sebuah telur muncul di Kehampaan.
Kai menatap telur itu dengan bingung.
"Telur...?"
Ia mengerutkan kening. "Apa ini?"
Karena namanya adalah "Telur Acak", Kai hanya bisa menebak-nebak makhluk apa yang akan keluar dari dalamnya.
"Mungkinkah ini telur Naga? Atau Seraphim? Atau mungkin Malaikat?" pikir Kai dalam hati.
[ Telur akan menetas setelah 1.000.000 tahun. ]
"ANJIR!!!"
Kai tersentak kaget.
"Satu juta tahun?! Gila, lama banget!!"
Namun, mau tak mau, dia harus bersabar. Tidak ada yang bisa dia lakukan selain menunggu.
Tahun ke-500.000
[ Selamat! Anda telah berada di Kehampaan selama 500.000 tahun! ]
[ Anda diberikan apresiasi karena telah menunggu dengan sabar! ]
[ Anda diberikan hadiah berupa: 'Skill Pemberkatan'. ]
[ Rank: L ]
[ Type: Aktif ]
[ Energy Void yang dikonsumsi: 12.000.000 ]
[ Anda bisa memberkati makhluk di planet Fal-Zak. ]
[ Semakin besar kekuatan Anda, semakin banyak makhluk yang bisa Anda berkati! ]
[ Saat ini, Anda bisa memberkati hingga 15 orang. ]
[ Orang yang telah Anda berkati akan menerima sedikit kekuatan dari Anda, lebih tepatnya 1.825/100.000 kekuatan Anda. ]
"Baiklah! Berkati Pendeta itu, System!" perintah Kai tanpa ragu.
[ Permintaan Anda diterima! ]
Di planet Astralis
Di dalam kuil, seberkas cahaya turun dari langit, mengarah langsung ke Pendeta itu.
Pendeta itu tersentak. Tubuhnya bergetar hebat, dan matanya terbelalak saat cahaya itu menyelimuti dirinya.
[ Selamat! Anda telah Bangkit! ]
[ Saat ini, System berada di bawah kendali ???. ]
[ Selamat! Anda telah diberkati oleh ???! ]
[ Mulai sekarang, Anda adalah 'Apostle' dari ???. ]
Pendeta itu hanya terdiam.
Kebingungan, keterkejutan, dan kebahagiaan bercampur menjadi satu di wajahnya.
Ia tidak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi, tetapi dalam hatinya, ia yakin… ini adalah hal yang baik.
# Tamat untuk bab ini.
# BTW DAFTAR UMUR NYA NANTI YAK~ MALAS AKUH~ 🗿😅