Chereads / Kekuatan Kehampaan / Chapter 10 - BAB 10 MUNCUL-NYA PARA PELINTAS! (5) (END) (REVISI)

Chapter 10 - BAB 10 MUNCUL-NYA PARA PELINTAS! (5) (END) (REVISI)

BAGIAN 2: HANCUR-NYA KEPERCAYAAN DIRI (2)

Kai menggenggam tangan Heavenly Dao sembari tersenyum. Heavenly Dao hanya bisa terheran-heran. Seharusnya dia sudah terbunuh, tetapi dia masih berdiri di sana, utuh tanpa luka.

"Kau... kenapa kau tidak membunuhku?" tanyanya dengan raut wajah bingung.

Kai menghela napas panjang sebelum menjawab, "Apa ini ulah para pelintas lain?" Tatapannya tajam, menusuk ke dalam mata Heavenly Dao.

Ekspresi Heavenly Dao berubah. Kebingungan yang awalnya tampak di wajahnya kini bercampur dengan ketakutan.

"Pelintas...? Kau tahu tentang mereka?" suaranya gemetar.

Kai tersenyum tipis, tenang namun penuh kewaspadaan.

"Tentu saja aku tahu. Dunia ini penuh misteri, dan para pelintas adalah bagian dari teka-teki besar yang harus kupecahkan."

Heavenly Dao terdiam, mencoba menenangkan pikirannya. Beberapa saat kemudian, dia berkata, "Para pelintas... mereka adalah entitas dari berbagai dimensi. Masing-masing memiliki kekuatan unik yang bisa memengaruhi atau bahkan menghancurkan dunia ini. Aku diutus untuk menjaga keseimbangan... Tapi aku tidak pernah memperhitungkan keberadaan seseorang sepertimu—seseorang yang menguasai kekuatan Void."

Kai mendengus.

"Jadi, kau hanya menjalankan tugas, ya? Lalu, bagaimana dengan kehancuran yang kau timbulkan? Dunia ini hampir musnah karena ulahmu."

"Itu bukan niatku!" Heavenly Dao membela diri. "Aku hanya ingin mencegah para pelintas menguasai dunia ini. Tapi kau... kau adalah anomali yang bahkan aku sendiri tidak mengerti."

Kai menatapnya dalam diam, mencerna kata-katanya. Kemudian, dengan suara lebih serius, dia bertanya,

"Berapa banyak pelintas yang sudah datang ke dunia ini?"

Heavenly Dao menundukkan kepala.

"Setidaknya lima sejauh ini... Mungkin lebih. Mereka datang dengan tujuan berbeda. Ada yang mencari kekuatan, ada yang ingin menghancurkan dunia ini tanpa alasan yang aku mengerti."

Kai mengangguk perlahan.

"Baiklah. Aku akan menangani mereka. Tapi kau..." Dia menatap Heavenly Dao dengan dingin. "Aku belum selesai denganmu."

Tubuh Heavenly Dao menegang. Ada ketakutan di matanya.

"Kau memiliki kekuatan besar, tapi kau tidak menggunakannya dengan benar. Kau hanya alat bagi entitas yang lebih tinggi. Jika kau ingin bertahan, buktikan bahwa keberadaanmu membawa manfaat bagi dunia ini."

Kai berbalik, menatap cakrawala yang kini tampak tenang setelah pertarungan sengit.

"Mulai sekarang, kau bekerja di bawahku. Aku akan memastikan dunia ini tetap seimbang, dan kau akan membantuku mengawasi para pelintas. Jika kau mencoba berkhianat..." Dia berhenti sejenak, lalu menatap Heavenly Dao dengan dingin. "Aku akan menghapusmu dari keberadaan."

Heavenly Dao terkejut, tetapi dia tahu bahwa dia tidak memiliki pilihan lain. Dengan berat hati, dia mengangguk.

"Baik... Aku akan melayanimu."

Kai tersenyum tipis.

"Bagus. Sekarang, bawa aku ke tempat para pelintas berikutnya. Aku ingin bermain dengan mereka."

Kai dan Heavenly Dao bergerak menuju salah satu titik pusat energi yang terdeteksi. Dalam perjalanan, Kai memikirkan kembali kata-kata sistem sebelumnya tentang pelintas dan hubungannya dengan kehampaan.

"System, apakah para pelintas ini juga memiliki hubungan dengan cincin antar bintang?" tanyanya dalam pikirannya.

[ Ya. Para pelintas adalah entitas yang berhasil memanfaatkan celah dari kekuatan cincin antar bintang. Mereka datang ke dunia ini melalui anomali yang terjadi akibat penggunaannya. ]

"Jadi, keberadaan mereka juga karena cincin itu..." gumam Kai.

"Sepertinya aku harus menggali lebih dalam soal misteri cincin itu."

Sementara itu, di kejauhan, sebuah kota dilanda kekacauan. Seorang pelintas baru saja tiba. Sosok misterius berbalut mantel hitam berdiri di tengah kerumunan dengan aura dingin yang menekan.

"Dunia ini... cocok untuk menjadi milikku," katanya sambil tersenyum kejam.

Kai mempercepat langkahnya, namun ketika dia tiba di kota itu, pemandangan yang menyambutnya adalah lautan api. Mayat-mayat berserakan, bangunan runtuh, dan bau darah memenuhi udara. Seakan perang baru saja terjadi.

Kai mengernyit, menatap pemandangan itu dengan tidak percaya. Kemarahannya mulai membara.

"Ibu..."

Suara lirih itu membuat Kai menoleh. Seorang anak kecil berlutut di samping tubuh ibunya yang terhimpit reruntuhan. Air matanya mengalir deras.

"!"

Ekspresi Kai berubah. Pandangan matanya bergetar saat melihat anak itu menangisi kematian ibunya tepat di depan matanya.

Seketika, emosinya meledak!

Tanah bergetar hebat, awan menghitam, angin bertiup kencang, dan lautan bergolak ganas. Aura Kai meledak liar, menyebabkan tekanan yang begitu besar hingga udara di sekelilingnya terasa berat.

Kai mengangkat tangannya. Dalam sekejap, sebuah tombak terbentuk dari energi Void—kegelapan yang begitu pekat hingga menelan cahaya di sekitarnya.

Tanpa ragu, Kai menciptakan sandal void di kakinya, memungkinkan dirinya melayang di udara. Tanpa membuang waktu, dia melesat ke arah pelintas itu dengan kecepatan yang mencengangkan!

Di tengah perjalanan, Kai melemparkan tombak Void.

BOOM!

Ledakan dahsyat mengguncang langit dan tanah! Area sekelilingnya seperti dihantam gunung yang jatuh dari langit. Pelintas itu terpental jauh, tubuhnya menghantam gunung di kejauhan hingga batu-batu runtuh menimpanya.

"Hentikan waktu tubuhnya."

"Keuk!"

Pelintas itu merintih, tubuhnya tertancap di gunung. Ekspresinya berubah dari terkejut menjadi marah.

"Si... siapa kau...?!" suaranya bergetar, bercampur amarah dan ketakutan.

Kai hanya tersenyum tipis.

Dia mengulurkan tangannya dan langsung mencengkeram leher pelintas itu.

"Sampah sepertimu hanya akan menjadi hama di dunia ini," bisiknya dingin. "Jadi matilah. Matilah dengan cara yang paling menyedihkan!"

Di telapak tangan Kai, sebuah bola energi terbentuk—berkelabat, berdenyut, menggeliat dengan kekuatan destruktif.

"T-tidak! Tujuanku belum tercapai...!!!" Pelintas itu berteriak seperti orang gila, matanya melebar dalam keputusasaan.

Kai menatapnya tanpa emosi.

"Oho~ jadi kau ya? Pecahan Darkness," katanya, kali ini berbicara kepada sistem yang mengambang di udara, berwarna merah darah.

"Ti-Tidak mungkin! Kau bisa berbicara denganku?!" Sistem itu panik, suaranya bergetar.

Kai hanya tersenyum dingin.

"Lalu?"

Dia menggenggam sistem itu dengan kuat, jari-jarinya mencengkram erat. Suara retakan mulai terdengar...

[ SYSTEM ERROR!!! SYSTEM ERROR!!! SYSTEM ERROR!!! ]

Pelintas itu menatap sistemnya yang perlahan hancur dengan paksa di tangan Kai. Wajahnya dipenuhi ketidakpercayaan, dan dalam sekejap, keputusasaan menyelimuti dirinya.

"T-tidak!!! J-jangan! T-tolong, jangan hancurkan sistemku!!!"

Dia menangis sejadi-jadinya, air matanya mengalir deras seperti anak kecil yang kehilangan segalanya.

Di sisi lain, Heavenly Dao hanya bisa menatap tanpa kata.

"Tidak mungkin... Tidak mungkin ada orang yang bisa melihat sistem orang lain, apalagi menghancurkannya secara paksa...!" gumamnya, mata dipenuhi keterkejutan.

Jantungnya berdegup kencang. Ia menatap Kai dengan cemas.

"Jika aku yang berada di posisi itu, dan aku bukan seorang Heavenly Dao, pasti sistemku juga akan dihancurkan...!"

Dia menghela napas lega, bersyukur bahwa Kai tidak menargetkannya.

KRAK!

KRATAK!

KRATAK! KRATAK!

BAM!!!

Sistem itu hancur.

Serpihan-serpihan kecil beterbangan sebelum akhirnya jatuh ke tanah. Tanpa ragu, Kai mengambil semuanya dan memasukkannya ke dalam tasnya.

Pelintas itu diam mematung. Ekspresi di wajahnya kosong—seperti mayat hidup. Air mata menetes dari matanya, berubah menjadi darah.

Kai menatapnya dingin.

"Sekarang ini untukmu. Bawalah dia ke tempatmu," kata Kai santai, melepaskan cengkeramannya. Tubuh pelintas itu masih membeku karena waktu yang ia hentikan.

Heavenly Dao hanya bisa mengangguk, masih belum percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

"Ah, ya!"

Kai menjentikkan jarinya.

JENTIK!

Perlahan, tubuh pelintas itu mulai bisa bergerak kembali.

Tanpa basa-basi, Kai mengangkat tubuhnya dan melemparkannya begitu saja.

LEMPAR!

"Sampai jumpa lagi~ Jangan lupa jaga dunia ini sementara aku tidak ada! Bye~"

Kai berbalik dan pergi. Dia melompat-lompat dengan santai, karena meskipun menggunakan sandal void, efeknya tidak bisa bertahan lama.

Di sepanjang perjalanan menuju kuil, pikirannya terus bekerja.

"Satu adalah Ardenios... Dua adalah Heavenly Demon... Tiga adalah Heavenly Dao... Empat adalah orang itu..."—maksudnya pelintas yang baru saja ia kalahkan.

"Lalu lima... Jangan-jangan itu aku...? Tapi aku tidak datang ke dunia ini sebagai pelintas. Tubuh asliku masih berada di kehampaan... Jadi jelas bukan aku! Tapi kalau bukan aku, siapa lagi?"

Pikirannya semakin dalam memikirkan teka-teki ini.

Di tempat lain, jauh di barat daya...

Di bawah pohon rindang, seorang pria berbaring dengan santai, menikmati angin sepoi-sepoi yang menerpa wajahnya.

"Hidup damai dan tenang adalah impianku~ Akhirnya terwujud juga!" gumamnya sambil tersenyum puas.

Dia menguap malas, meregangkan tubuhnya, lalu menutup matanya dengan damai.

"Semoga saja tidak ada yang namanya sistem, biar aku bisa hidup dengan tenang dan damai selamanya~"

Namun…

[ SELAMAT! ANDA DIPILIH SEBAGAI HOST! SYSTEM INI IALAH SYSTEM KEKAYAAN. ]

"Wtf!?"

Matanya langsung terbuka lebar.

"Tunggu dulu… System Kekayaan...!?"

Meskipun mulutnya mengeluarkan kata-kata keterkejutan, matanya justru berbinar penuh harapan. Ia menelan ludah, mencoba menahan senyum yang hampir muncul di wajahnya.

[ YA! DENGAN SYSTEM INI, ANDA BISA MEMILIKI SEGALA KEKAYAAN DI DUNIA INI! DARI SUMBER KULTIVASI, SENJATA TEMPUR, HINGGA PILL KULTIVASI! ]

"Woah~"

Matanya semakin berbinar.

[ SEKARANG, TUGAS PERTAMA HOST ADALAH MENGHABISKAN SEJUMLAH 10.000 KOIN KRISTAL. ]

Detik berikutnya, pria itu langsung bangkit dari tempatnya.

Dengan semangat membara, dia berlari menuju kota terdekat.

"Hahaha~ Yuhuuu~!" teriaknya penuh kegembiraan.

Tanpa ragu, dia sudah membayangkan hidup bergelimang harta di masa depan.

# maaf gesy! tadi salah 🗿😅