Chereads / Streamer Secret / Chapter 40 - Bab 40

Chapter 40 - Bab 40

"Dimana aku harus mengeluarkannya?" tanya Andi dengan nada menggoda, sementara gerakannya masih menghentak tubuh Ervina yang kini sudah basah oleh keringat dan kenikmatan. Tatapan matanya penuh arti, menunggu jawaban dari wanita yang tampak pasrah di bawahnya.

Ervina membuka matanya perlahan, menatap Andi dengan wajah memerah. "Terserah kau saja," jawabnya dengan suara lirih, hampir seperti bisikan. Dia sudah tidak punya kekuatan untuk menolak atau bahkan meminta. Tubuhnya terasa lemah, tapi hasratnya justru semakin memuncak.

Andi tersenyum licik, lalu membungkukkan tubuhnya hingga bibirnya hampir menyentuh telinga Ervina. "Kalau begitu, aku akan memilih tempat favoritku," bisiknya, sebelum mempercepat gerakannya. Tubuh Ervina melengkung, menanggapi setiap hentakan yang semakin dalam.

Setelah beberapa saat, Andi meraih puncaknya, tubuhnya menegang, dan dia mengeluarkan cairan hangat itu dalam jumlah yang melimpah di dalam tubuh Ervina. "Kau benar-benar milikku sekarang," ucap Andi dengan nada puas, sementara dia membiarkan tubuhnya bersandar di atas Ervina yang sudah terkulai lemas.

"Aku sudah memakai KB, jadi kamu bebas melakukannya," ucap Ervina dengan suara terengah-engah, sambil menatap Andi dengan mata yang masih berkabut oleh gairah. Pipinya merona, keringat membasahi wajah dan tubuhnya, menambah kesan sensual dari wanita yang kini sepenuhnya pasrah.

Sementara itu, Andi tetap membiarkan rudal miliknya tertanam di dalam tubuh Ervina. Dia menatap wanita di bawahnya dengan senyum penuh kemenangan, seolah sedang menikmati momen ketika dirinya benar-benar menguasai tubuh dan pikiran wanita itu.

"Benarkah?" tanya Andi dengan nada menggoda, sambil menggerakkan tubuhnya perlahan. Gerakannya yang tiba-tiba itu membuat Ervina mengerang pelan, tubuhnya menegang sejenak sebelum kembali lemas.

"Aku tidak bercanda," jawab Ervina, mencoba terdengar tegas, meski suaranya bergetar karena sensasi yang masih ia rasakan. "Lakukan apa pun yang kau mau... aku tak bisa lagi hidup tanpa ini."

Andi terkekeh, kemudian membungkuk untuk mencium bibir Ervina dengan dalam. "Kalau begitu, aku akan memanfaatkan setiap kesempatan," bisiknya dengan nada nakal sebelum kembali menggerakkan tubuhnya, membuat Ervina kehilangan kendali atas tubuhnya lagi.

Suara bentrokan kulit yang kasar mulai terdengar bergema di dalam ruangan ketika Andi memasukkan rudalnya dengan kencang. Gerakannya yang tak henti-hentinya membuat Ervina menggeliat di bawahnya, tubuhnya yang basah dan terbuai oleh sensasi yang luar biasa. Cairan basah mulai mengalir dari lubang Ervina, bercampur dengan keringat dan air mata yang tak bisa dia tahan.

Andi terus menggila, gerakan-gerakannya semakin cepat dan dalam, seolah-olah dia tak bisa berhenti. "Kamu begitu basah, Ervina," bisiknya dengan suara penuh hasrat, sambil meremas payudaranya yang semakin gemetar. "Tubuhmu sudah mengenaliku."

Ervina hanya bisa merasakan setiap sentuhan dan dorongan Andi, tubuhnya terhanyut dalam gelombang kenikmatan yang semakin dalam. Suara erangan dan gemericik cairan basah semakin memenuhi ruangan, menjadi latar dari hubungan yang tak mungkin terlepaskan.

Ervina pun memeluk Andi dengan sangat erat, menyilangkan kedua kakinya di pinggang Andi, seolah-olah tak ingin melepaskannya. Tubuhnya bergoyang dengan gelombang kenikmatan yang semakin dalam, sementara Andi terus memacu gerakan rudalnya dengan keras dan penuh hasrat. Wajahnya yang basah oleh keringat dan cairan semakin menambah intensitas hubungan mereka.

"Ah... Andi," desah Ervina terengah-engah, "aku ingin kamu tetap di sini, selamanya."

Andi hanya membalas dengan senyum penuh keyakinan, terus mempercepat gerakannya. "Kamu memang milikku," bisiknya, sebelum akhirnya membenamkan dirinya lebih dalam ke dalam lubang Ervina yang basah dan panas.

Andi pun mulai mengisi lubang itu dengan cairan kental miliknya, membiarkan Ervina merasakannya sepenuhnya. Tubuh Ervina terhanyut dalam sensasi panas dan penuh kenikmatan, sementara Andi terus memperdalam gerakan, membiarkan setiap desahan dan erangan wanita itu mengisi ruangan.

"Ahh, Andi… rasanya begitu dalam," desah Ervina, merasakan setiap tetes cairan hangat yang membanjiri lubangnya.

Andi hanya tersenyum, menikmati pemandangan itu sambil terus memberikan setiap sensasi yang Ervina dambakan.

Keduanya terlelap dalam pelukan, tubuh mereka masih terikat oleh kenikmatan yang baru saja terjadi. Andi merasa puas, sementara Ervina tetap terbaring dengan perasaan campur aduk antara kepuasan dan kelelahan. Namun, meski tertidur, pikirannya masih dipenuhi dengan bayangan Andi dan apa yang telah terjadi.

Mimpi-mimpi gelap kembali menyelimuti mereka, seakan tak ada jalan untuk melarikan diri dari hasrat yang telah membelenggu.

Cahaya matahari mulai menembus celah-celah tirai, membangunkan mereka dari lelap yang dalam. Andi memandang Ervina yang masih terbaring di sampingnya, tubuhnya yang terengah-engah setelah semalam penuh hasrat.

"Aku sangat lelah," ucap Ervina dengan suara parau, mengusap wajahnya yang masih lelah. "Kita sudah melakukannya semalam penuh."

Andi tersenyum lembut, lalu mendekatkan wajahnya. "Apakah kamu ingin aku membantumu mandi juga?" tanyanya dengan nada menggoda.

Ervina menatapnya sejenak, lalu mengangguk dengan lembut, mempersilakan Andi untuk membantu.

Andi langsung menggendong Ervina yang masih telanjang ke kamar mandi. Dengan penuh keyakinan, seperti rudal pria yang selalu berdiri tegak di pagi hari, dia tak ragu langsung memasukkan Rudalnya ke dalam tubuh Ervina saat mandi. Suara air yang mengalir di dinding kamar mandi bercampur dengan suara desahan mereka, menciptakan suasana yang semakin memanas.

Ervina menggenggam erat lengan Andi, matanya terpejam seakan tak ingin melepaskan kenikmatan itu. "Andi...," desahnya dengan suara lirih, tubuhnya bergetar di bawah sentuhan pria itu. "Aku sudah tak tahan... lagi."

Andi menatapnya dengan senyum tajam. "Kita sudah melakukannya semalam penuh, dan kau masih ingin lebih?" bisiknya sambil menggigit lembut leher Ervina. "Kamu benar-benar tak bisa berhenti, ya?"

Ervina menggigit bibir bawahnya, menahan desahannya yang semakin dalam. "Aku... aku butuh kamu, Andi," jawabnya dengan suara bergetar. "Hanya kamu yang bisa memberiku kepuasan seperti ini."

Andi menatapnya intens, tangannya mulai bergerak lebih dalam, mempercepat gerakannya. "Kau tahu, Ervina... aku memang selalu bisa memberimu semua yang kau butuhkan," ujarnya sambil mendekatkan wajahnya. "Apakah kau masih ingin aku terus seperti ini?"

Ervina mengangguk, napasnya terengah. "Ya... aku ingin lebih," jawabnya dengan suara yang hampir terisak.

Andi menatap tubuh Ervina yang basah, membelai lembut pipinya sebelum mengecup bibirnya. "Kalau begitu, siapkan dirimu," bisiknya. "Karena aku tak akan berhenti sampai kau benar-benar puas."

Tubuh mereka berdua terhanyut dalam gelombang gairah yang tak berujung, suara air yang mengalir semakin menyamarkan desahan dan jeritan mereka.

Andi terus melakukan hal itu, tidak peduli seberapa lelah tubuh mereka berdua. Ervina seakan-akan sudah kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Tubuhnya lemas dan pasrah, seolah-olah dia hanyalah sebuah boneka yang dikendalikan oleh Andi.

Setiap gerakan Andi yang penuh nafsu dan dominasi membuat Ervina kehilangan rasa kontrol. Dia hanya bisa merasakan kenikmatan yang tak berujung, tak peduli berapa kali dia sudah mencapai puncak. Hanya Andi yang menjadi tuannya, dan tubuhnya yang seolah-olah menjadi boneka untuk memenuhi segala keinginan pria itu.

"Andi... aku... aku sudah tidak bisa...," bisik Ervina dengan napas yang tersengal-sengal, matanya terpejam dengan air mata yang mengalir.

Andi menatapnya dengan senyum tajam. "Kau milikku, Ervina," ujarnya dengan nada dominan. "Tidak ada yang bisa menggantikan tempatku."

Ervina hanya mengangguk pasrah, tubuhnya semakin lemas di pelukan Andi, seolah-olah dia benar-benar menjadi boneka untuk kenikmatan yang diminta oleh pria itu. Tidak ada yang bisa menghentikan permainan mereka yang semakin dalam dan tak terhingga.