Futuran University, Jakarta - Indonesia, Senin 20 Januari 2050, pukul 09:00.
Sebuah kampus mewah yang namanya terkenal di seluruh penjuru Indonesia. Tapi, bukan terkenal karena prestasi, melainkan karena mahasiswanya yang luar biasa berandal dan gemar adu jotos, sementara mahasiswinya lebih pantas menjadi bintang film dewasa dibanding pelajar. Namun, meski mewah dan terkenal, gedung kampus tersebut nampak sangat kotor dimana-mana. Bukan kotor karena noda, tapi karena coret-coretan nama orang, umpatan, bahkan nama geng. Di lantai paling atas, tepatnya di atap, berdirilah seorang pemuda bermata tajam dengan rambut model 'mullet top knot' yang memiliki dua garis di sebelah kiri kepalanya. Ia tampak serius mengamati tulisan-tulisan di tembok atap kampus tersebut. Yang menarik perhatiaannya adalah tulisan 'Penguasa Kampus Futuran One Hit'. Beberapa saat setelah itu, ia mengambil dua buah 'pilox' yang tergeletak di dekat tangga dimana tulisan tersebut terpampang. Ia menaiki tangga itu, lalu menyemprotkan pilox-pilox tersebut di tulisan yang tadi menarik perhatiannya. Dengan pilox-pilox itu, ia mengganti tulisan tersebut menjadi 'Penguasa Kampus Futuran Rainer Dzulfiqar', sebelum akhirnya melompat turun dari tangga, melihat tulisan baru yang ia buat, sebelum akhirnya pergi.
Sementara itu, di gedung pertemuan Futuran University yang sedang mengadakan acara penyambutan mahasiswa baru.
"Disini, di Futuran ini, laki-laki ditentukan oleh pukulannya. Dan wanita ditentukan oleh keseksiannya," ucap pemuda berkepala plontos dan bersweater biru dengan menggunakan mikrofon di atas panggung. "Siapakah yang akan menjadi penguasa baru Kampus ini? Jawabnya adalah ... Aku!"
"Aku keberatan!" ucap seseorang.
"Mulut siapa itu?" kata si plontos garang.
Orang yang keberatan tadi berdiri. Ia ada di barisan tengah dari banyak barisan di gedung tersebut. Orang itu ialah pemuda berambut jabrik dan berjaket hitam.
Si plontos yang melihatnya langsung turun dari panggung, menarik sebuah kursi yang tengah diduduki seseorang yang membuat orang itu jatuh. Dengan cepat ia lemparkan kursi itu ke arah si jabrik. Tapi, si jabrik berhasil menghindarinya, kemudian menerobos barisan dan menendang si plontos tepat di dadanya hingga si plontos terlempar beberapa meter. Saat itu, entah kenapa mahasiswa lainnya malah berkelahi satu sama lain. Sementara yang perempuan berteriak-teriak memberi semangat pada yang berkelahi. Ruangan pun rusuh. Para dosen dan rektor seperti tak berani menghentikan kerusuhan itu.
"Semuanya harap tenang!!" teriak seorang pria paruh baya menggunakan mikrofon yang tadi dipakai si plontos. Tapi, nadanya seperti orang ketakutan.
Tiba-tiba, seorang pria beruban masuk gedung dengan napas tersenggal-senggal. "PERHATIAN SEMUANYA!!! KAMPUS KITA DIDATANGI PREMAN FAUST!!!" teriaknya.
Namun, itu tak merubah keadaan, para mahasiswa masih berkelahi dan disorak-sorai oleh mahasiswi.
Tak lama, seorang pemuda berkemeja merah panjang datang sambil membawa pengeras suara. Dengan itu, ia berusaha menghentikan kerusuhan. "Semuanya harap tenang!! Kampus kita kedatangan Preman Faust yang terkenal sangat kuat dan kejam!! Harap tenang!!"
Beberapa mahasiswa berhenti. "Preman Faust katanya?" ucap salah seorang dari mereka.
Tak lama, semuanya berhenti dan melihat keluar bersama orang yang membawa pengeras suara tadi.
"Dimana One Hit!!" teriak salah satu Preman Faust di luar.
"Akan kuremukkan tulangnya!!" teriak salah satu preman lagi.
Kira-kira ada lima Preman Faust di luar. Yang pertama berambut jabrik merah yang kumis dan alisnya juga dicat merah, yang kedua berambut gondrong, yang ketiga bermata kecil dan berambut klimis, yang keempat berdagu lancip dan berambut mohawk, yang kelima mengenakan topi biru. Pakaian mereka semua sama, yakni rompi hitam bergambar Naga dan celana panjang hitam. Mereka saling bertanya siapa sebenarnya One Hit? Karena sebelum teman para preman tersebut pingsan, dia cuma bilang kalau yang membuatnya seperti itu adalah 'One Hit'. Tapi, yang jelas, siapapun One Hit, para preman itu akan menghabisinya.
Saat ini, hampir seluruh mahasiswa melihat para preman itu, baik di lantai bawah maupun lantai atas.
"Siapa itu One Hit?" bisik salah seorang mahasiswa berambut cepak.
"Monster di kampus ini," balas mahasiswa berponi menyamping.
Preman Faust berambut mohawk berteriak, "Kau sudah membuat ketua kita masuk rumah sakit. Keluar kalau punya nyali, One Hit!"
Tak lama, muncullah Rainer Dzulfiqar, pemuda yang mengganti nama One Hit dengan namanya sendiri di atap kampus belum lama ini. Pemuda itu berjalan dengan santainya ke arah para preman.
"Woy Kau!" teriak preman berambut merah. "Apa kau One Hit?"
Rainer tetap berjalan dengan tenang.
"BERHENTI BRENGSEK!" teriak preman berambut mohawk.
Preman berambut gondrong langsung menghentikan Rainer dengan memegang bahunya. "Kau One Hit ya?"
Rainer hanya menatap orang itu tajam, sebelum akhirnya, kerah bajunya ditarik oleh preman itu.
"Jawab to-"
Gertakan si preman terpotong begitu tangannya dipelintir oleh Rainer.
"Aduh aduh aduh duh!" si preman gondrong mengaduh berkali-kali, sebelum akhirnya tangannya dipatahkan oleh Rainer yang membuatnya berteriak keras.
"WOE!!" teriak preman berambut mohawk dan berambut klimis.
Tentunya aksi Rainer ini tidak dibiarkan begitu saja. Salah satu diantara mereka, si preman mohawk langsung maju ke arah Rainer. Namun, sebelum ia melancarkan serangan, perutnya keburu ditendang oleh Rainer dan jatuh terduduk.
Tiga preman lagi maju. Saat itu, Rainer sudah melepaskan pelintirannya dari si preman gondrong. Kemudian ia berkelit dari pukulan preman klimis dan langsung menendang rusuknya kemudian dengan cepat beralih menendang dada preman berambut merah hingga terpental.
Di saat seperti itu lewatlah seorang gadis berambut panjang dan bermata indah bertanktop hitam dengan sebuah motor. Motor gadis tersebut terus melaju bebas sampai akhirnya menabrak dan kepalanya menabrak tembok. Tapi, tembok tersebut malah remuk. Setelah itu, ia segera turun dari motor dan bingung melihat keadaan.
Gadis itu kemudian menatap Rainer. "Siapa kau? Aku belum pernah melihatmu sebelumnya."
Rainer pun menjawab dengan nada datar. "Hari ini aku kuliah di Futuran."
Suasana langsung hening, dan mereka saling tatap.
"ONE HIT!!!" Tiba-tiba teriakan seseorang memecah keheningan.
Gadis tadi menengok ke samping. Disana ia melihat dua orang polisi lalu lintas lengkap dengan dua motor patrolinya.
"Sudah berapa kali kubilang, jangan melanggar lalu lintas. Jangan beralasan kalau remnya blong!" ujar polisi yang berteriak tadi.
"Memang remnya blong kok," gumam gadis tersebut, sebelum akhirnya berjalan menuju kedua polisi tersebut.
"Kau ... One ... Hit?" tanya Rainer sebelum gadis tersebut jauh.
"Betul," jawab si One Hit.
Sementara di atas, si plontos yang tadi berpidato di panggung terlihat cemas. "Sepertinya kita berada di kampus yang benar-benar gila."
"Bukankah kau ingin menaklukkan kampus ini, kepala cumi?!" kata si jabrik yang berkelahi dengannya sebelum ini, tepat di samping si plontos.
Sementara One Hit akhirnya dibawa oleh motor polisi yang tadi meneriakinya.