Di tempat lain, tepatnya di dalam sebuah 'markas' tersembunyi di bawah tanah, terlihat Xyborg yang baru saja terbangun di sebuah kasur yang memiliki banyak kabel. Xyborg meraba tubuhnya. Bagian tubuhnya yang hancur sudah kembali seperti semula. Ia ingat ketika terbang ia terjatuh persis di atas markas bawah tanah tersebut.
"Jangan khawatir, aku sudah memperbaiki tubuhmu." seorang pria botak plontos berpakaian serba hitam tiba-tiba masuk ke ruangan tempat Xyborg terbaring tersebut.
"Terimakasih, Kumbara," ucap Xyborg.
"Memang siapa yang melakukannya?" tanya Kumbara.
"Aku tidak mengenalnya. Tapi, yang kutahu, dia memiliki kemampuan yang sama dengan pimpinan," jawab Xyborg sambil menekuk jari-jarinya.
Kumbara membelalak. "Apa kau tidak salah??"
"Tidak mungkin aku salah! Wajah dan matanya sama seperti pimpinan ketika mengeluarkan kemampuan itu. Aku yakin sekali!"
"Kemampuan 'Prana Sakti' hanya dimiliki oleh mereka yang memiliki darah Dewa Prana. Cuma pimpinan yang memilikinya."
Xyborg mengangkat bahu. "Itu yang kutahu."
"Sudah dimulai." Seorang wanita berambut keunguan dan berpakaian serba hitam tiba-tiba masuk.
"Apanya, Viara?" tanya Xyborg.
"Pimpinan pernah bilang padaku, kalau yang memiliki Prana Sakti tidak cuma dirinya."
Kata-kata Viara membuat Xyborg dan Kumbara terkejut bukan main.
"Kalau sudah begini, apa yang harus kita lakukan?" Kumbara bertanya sambil menatap tajam.
"Pimpinan pernah bilang padaku, jika bertemu salah satunya maka harus ditangkap," jawab Viara.
"Lalu?" Xyborg mengangkat dagunya.
Viara mengangkat bahunya. "Cuma itu yang pimpinan bilang."
Kumbara menyandarkan tubuhnya ke sofa hitam yang ada disana. "Sepertinya kita punya misi baru."
Sepulang kuliah, Rainer mampir sebentar ke tempat kerjanya di gudang besi untuk sekedar mengambil upahnya, karena hari ini ia libur. Usai mengambil upah, Rainer pulang ke rumahnya. Rumah Rainer terletak di sebuah gang tempat yang tidak terlalu sempit. Rumah Rainer sendiri sangat sederhana dan penuh dengan coretan entah itu di rumah itu sendiri dan jalanan dekat rumahnya. Coret-coretan tersebut bukanlah seni, melainkan tulisan-tulisan yang mengutuk Rainer, contohnya 'Mati saja kau, Rainer pecundang!', 'Aku belum kalah, Rainer terkutuk!, 'Bocah Nolep, tinggal saja sana di Isekai!', dan lain sebagainya. Itu adalah tulisan-tulisan yang dibuat oleh orang yang kalah bertarung dengan Rainer atau orang-orang yang takut menantang Rainer berkelahi. Di tempatnya tinggal, Rainer sudah mengalahkan banyak sekali orang yang memiliki kekuatan besar, terutama para preman disana. Namanya terkenal di seluruh penjuru 'Kampung Senggol Slebew'. Tak cukup sampai disitu, nyaris setiap malam Rainer mendengar suara bising 'petasan' yang sengaja diledakkan di atas genteng Rainer atau di depan rumahnya. Selain itu, nyaris setiap hari ada suara geberan motor, teriakan orang, dan yang masih lebih ringan yaitu cuma suara berbicara orang-orang yang entah apa di depan rumah Rainer, mereka lewat kadang menggunakan motor. Masih belum cukup juga, anak kecil juga ikut-ikutan berteriak-teriak yang bahkan mengutuk Rainer. Bagi kebanyakan orang, hal itu disebut 'bully'. Namun, bagi Rainer, hal itu adalah pengasah dan penguat mental. Rainer tidak pernah menegur mereka. Karena bagi Rainer, jika mereka berani, mereka akan menantang Rainer berkelahi secara langsung di depan mukanya. Hal itu membuat Rainer bosan dan akhirnya ia memutuskan untuk kuliah di Futuran dan mencari orang-orang kuat untuk mengasah kemampuannya.
Setelah melepas sepatunya, Rainer langsung pergi ke 'ruang bawah tanah' yang ada di ruang makan. Di ruang bawah tanah tersebut ada banyak sekali peralatan untuk melatih otot. Meski otot Rainer tidak terlalu besar, tapi terlihat kokoh.
Rainer membuka jaket dan kaosnya, kemudian berdiri tegak sambil membayangkan 'sesuatu'. Tak lama, muncul bayangan transparan seorang 'petinju berambut spike'. Petinju tersebut adalah petinju dunia terkenal bernama 'Grand Tyson' yang satu pukulannya saja mampu menumbangkan musuh berbadan sangat besar. Rainer memasang kuda-kuda, lalu melesat ke arah bayangan tersebut dan beradu pukulan dengannya. Teknik ini disebut 'latihan membayangkan'.
Rainer terkena pukulan bayangan itu di pelipisnya, tapi ia tak lantas roboh. Ia masih bertahan dan melontarkan pukulan ke dada bayangan Grand Tyson yang sayangnya dihindari oleh Grand Tyson yang langsung memukul Rainer beberapa kali dengan kecepatan di luar akal. Namun demikian, Rainer tak jua roboh. Ia hanya mundur beberapa langkah lalu maju dengan kecepatan setara bayangan tersebut, bahkan sedikit lebih cepat dan membuat Grand Tyson mundur beberapa tindak. Pukulan Rainer tak berakhir, ia meninju cepat dagu bayangan itu lalu meninju perutnya bertubi-tubi, sebelum akhirnya bayangan tersebut menghilang.