Chereads / Pendekar Naga Harimau (Novel Kultivasi Indonesia) / Chapter 8 - Chapter 8: Tahap Selanjutnya

Chapter 8 - Chapter 8: Tahap Selanjutnya

Malam harinya, Rainer yang masih terluka parah karena pertarungannya dengan Cantika, duduk bersila seperti yang ia lakukan sebelumnya. Itu disebut 'Sila Dewa'.

Tak lama, Rainer berada di tempat dengan banyak awan, seperti sebelumnya pula. Tempat tersebut disebut 'Alam Awan'. Di Alam Awan, Rainer bertemu dengan Bhatara.

"Ada apa Rainer? Bagaimana hasil latihanmu?" tanya Bhatara sambil tersenyum.

"Aku ingin langsung ingin naik kultivasi ke tingkat Gold!" teriak Rainer yang kemudian meringis sambil memegangi dadanya.

"Sebelumnya, kenapa dadamu?" tanya Bhatara.

"Justru karena hal ini, aku ingin langsung ke tingkat Gold! Seseorang bernama One Hit memukulku hingga seperti ini!"

"Baik, aku paham," ucap Bhatara sembari mengelus janggut. "Latih saja tubuhmu, maka sedikit demi sedikit akan-"

"AKU MAU SEKARANG!" Rainer menyergah dengan tatapan seperti ingin membunuh orang.

Bhatara mengelus janggut lagi. "Tapi tidak mudah."

"Aku tidak peduli!" teriak Rainer. "Aku akan melakukan apa saja untuk menjadi kuat!!"

"Baik, tapi sebelum itu, aku obati dulu lukamu. Ayo, ikut aku!" Bhatara mengarahkan tangan kanannya yang memakai cincin ke depan.

Cincin tersebut bersinar dan menciptakan sebuah celah seperti pintu yang terbuka. Bhatara masuk ke dalamnya, diikuti oleh Rainer.

Rupanya itu adalah sebuah goa yang disekitarnya tumbuh banyak sekali tanaman obat. Ada yang berwarna hijau, putih, biru, oranye, hitam, merah, dan lain-lain. Dari pertama belajar kultivasi, Rainer mengenali beberapa tanaman obat yang ada disana.

Bhatara membawa Rainer ke salah satu ruangan di goa itu. Ruang tersebut seperti dekorasi layaknya rumah, namun dengan perabotan yang terbuat dari kayu dan batu, lengkap dengan tempat meracik obat. Bhatara menghampiri tempat meracik obat itu dan mengambil salah satu 'cawan' yang terdapat tanaman obat hitam dan merah yang sudah dihancurkan. Setelah menyuruh Rainer membuka baju dan perbannya, Bhatara mengoleskan tanaman tersebut ke dada Rainer. Secara ajaib, dada Rainer yang memerah kembali normal. Dada serta beberapa bagian tubuh Rainer yang sakit seketika pulih.

Rainer terkejut. "Ini tanaman apa namanya? Kalau yang ini aku belum pernah melihat."

"Ini Racikan Obat Surgawi. Tidak ada di dunia manusia. Luka apa saja bisa disembuhkan dalam waktu singkat dengan obat ini," jawab Bhatara yang kemudian tersenyum.

"Lalu, kapan kita mulai latihannya?" tanya Rainer.

"Hari ini," jawab Bhatara. "Ayo, ikut!"

Bhatara mengajak Rainer ke sebuah hutan yang agak jauh dari goa itu. Kemudian, Bhatara mendekati sosok 'manusia harimau' kekar bertanduk 'naga' bernama 'Saka'. Bhatara bilang kalau Rainer ingin mencapai kultivasi level Gold dalam waktu singkat. Bhatara pun mempersilahkannya. Kemudian, setelah sedikit berbicara dengan Saka dan Rainer, latihan pun dimulai. Rainer harus bisa merobohkan Saka dalam waktu 7 hari, dan tentunya ada waktu istirahat meski sangat singkat, tergantung keputusan Saka. Dan, 7 hari di hutan bernama 'Hutan Naga Harimau' itu sama dengan 7 menit di dunia nyata. Dalam duel ini, Rainer dilarang menggunakan kemampuan 'Mata Dewa' yang baru ia dapatkan.

Rainer yang tangan serta kakinya diberi pemberat 10 kilo terus menyerang Saka dengan gerakan tangan dan kakinya yang membentuk berbagai jurus beladiri yang ia pelajari. Beladiri yang Rainer pelajari sudah tingkat 'ekstreme'. Tapi, ia tetap tak bisa merobohkan Saka. Sampai akhirnya, Saka menyerang balik Rainer. Pukulan Saka di tangan, dada, kepala, serta kaki Rainer, membuat tulang Rainer 'retak', dan ia pun roboh.

"Baiklah, istirahat 5 menit," ucap Saka, lalu ia pergi.

Rainer meringis kesakitan, tak kuasa menahan rasa sakitnya. "5 menit katanya? Baiklah, mula-mula aku harus mencari makanan. Akh!"

Sayangnya, sambil menahan sakit, Rainer mencari makanan tapi ia tidak menemukannya dan ia kembali ke tempat semula.

Tiba-tiba, Saka datang.

"Istirahat selesai! Ayo mulai lagi!" Saka segera meluncur dan meninju perut Rainer hingga Rainer terlempar serta punggungnya menubruk pohon.

Tak mau berhenti begitu saja, Saka maju menyerang Rainer dengan pukulan dan tendangan yang ditepis oleh Rainer tapi Rainer merasa hampir mati. Setelah itu, Saka pergi dan bilang ia akan kembali lagi. Rainer disuruh istirahat.

Cedera yang diderita Rainer semakin parah. Selain berdarah-darah, tulangnya semakin banyak yang retak dan tergeletak di tanah.

"Tcih! Andai saja jurus itu bisa digunakan setiap saat, harimau brengsek itu pasti sudah kubunuh." Rainer mengingat ketika ia melawan Xyborg.

Rainer melawan Xyborg dengan jurus tersebut tapi ia tidak sadar. Begitu sadar, ia sudah terkapar di aspal jalanan.

"Obat yang tadi jauh. Aku harus bagaimana?" Rainer hampir tidak bisa menggerakkan anggota tubuhnya. Saat itu, ia yang melihat 'kelabang' lewat langsung menangkap lalu memakannya. "Setidaknya, aku mendapat sedikit nutrisi."

Keesokan paginya. Rainer kembali berduel dengan Saka dan ia kembali kalah. Hari ketiga, keempat, kelima, Rainer kalah lagi. Cedera serta luka di tubuhnya semakin parah. Dan sekarang, sampai matahari terbit Rainer harus memikirkan bagaimana cara mengalahkan Saka.

Pagi pun tiba. Saka kembali datang. Ia menyeret Rainer agar segera berhadapan dengannya.

Dengan tubuh yang sangat lemah, Rainer memasang kuda-kuda. Saka pun maju. Ia menghantamkan pukulan ke kepala Rainer.

Reflek, Rainer menghindar. Tapi, ia Saka mengayunkan kakinya ke paha Rainer. Rainer yang melihatnya, kembali menghindar. Sayangnya, tangan kiri Saka bermain, tangan kiri tersebut melesat ke dada Rainer. Rainer segera menangkis serangan tersebut dengan punggung tangan kanannya.

Kali ini, meski sangat sakit, Rainer mulai terbiasa. Terbiasa dengan rasa sakit. Ia juga merasa dingin... Tubuhnya juga 'seperti' menyatu dengan alam persis ketika kakinya ia seret di tanah. Rasa dingin itu perlahan menyebar ke seluruh tubuhnya, sampai ia tidak merasakan sakit lagi. Dan...

DUAKH!!

Rainer menghantam Saka dengan punggung kaki kanannya yang membuat Saka oleng ke samping kanan.

Belum cukup sampai di situ, Rainer menendang lagi kepala Saka dengan punggung kaki kirinya. Ketika posisi Saka sejajar dengan dirinya, Rainer memukuli kepala, dada, dan perut Saka berulang kali. Dan kali ini, tenaganya jauh lebih kuat. Sampai pada akhirnya, Rainer melompat dan melakukan tendangan berputar ke kepala Saka hingga Saka terputar di udara dan terkapar di tanah sambil menyemburkan darah.

"Baik, Rainer. Sekarang, kultivasimu naik ... Ke level Gold," ucap lemah Saka yang sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi.

Rainer merasa sangat puas. Dengan tatapan tajam, ia menatap Saka sambil berdiri tegak. "Terimakasih."