"Selamat datang ketua!!"
"Ah, apa ini.." Gumam zi dalam hati sambil terbelalak kaget melihat semua orang-orang di halaman rumah itu. Ia memundurkan langkah nya menghampiri kembali kasur kamar itu. "Tidak jika semua ini benar, maka aku adalah kriminal.. Aku harus bicara dengan pria tua itu".
Zi segera berlari keluar, menahan sesak di dadanya. Ketika ia membuka pintu, ia menengok ke arah lantai satu yang tepat berada di bawah kamarnya. Kali ini ada beberapa pria tua dan satu anak muda beserta kakek yang berduduk santai disana. Mereka menatap zi sambil tersenyum seolah melihat cucu mereka sendiri.
"Kakek, bisa kah kami bicara?"
"Bisa nak,turun lah.. "
Zi menuruni anak tangga dengan sangat tergesa-gesa. Ia bahkan tak menyalami para tetua yang lain. Ia langsung menghampiri kakek dan membungkukkan badannya ke arah sisi kiri kakek. "Ada kesalah pahaman disini. Bisakah kita bicara empat mata di ruangan lain..? " Bisik zi sambil menepuk perlahan pundak kakek.
"Hahaha tenang lah.. Tak ada yang salah disini.. Sebelumnya berjabatlah dulu dengan mereka. Mereka adalah orang-orang kepercayaan ku." Sambil zi menyalami Satu-satu dari mereka, dan kakek mengenalkan nama-nama mereka.
"Itu Junjun John yang memimpin di daerah Filipina, panggil saja Tuan Jun. Nah yang itu Hsu Hsi Sang yang memimpin daerah Cina. Panggil saja Tuan Hsi.nah yang sebelahnya Samejima Sang. Panggil ia samejima dia termuda disini setelah kau. Dia menggantikan ku memimpin di Jepang jika aku disini. Kebetulan ia adalah keponakan ku sendiri".
"Ah, perasaan apa ini. Kenapa jantung ku berdegup sangat kencang. Apa jangan-jangan.. Tidak.. Aku tak suka pria sipit, pria kurus dan bertato. Tidak.. " Jeritnya dalam hati yang tidak sadar zi belum juga melepaskan jabatan tangannya dari Samejima. Begitupun Samejima yang masih saja menatap Zi dengan tersenyum.
"Hei.. Halo.. Ahahaha jiwa muda mu itu .. Tahan dulu. Kau tidak menghargai seorang lagi."
Dengan cepat zi melepaskan jabatan tangan dari Samejima. Dan membuang muka merahnya itu yang terlihat seperti udang rebus.
"Terakhir adalah si bodoh dan yang paling kejam. Ia memimpin di Thailand. Dia adalah mr Wen Wen hs.. " Belum selesai mr Zacky dengan ucapannya, Zi kemudian melanjutkan pembicaraan.
"Wen Wen Hsun. Dan biasa di panggil Mr Wen. Ia yang menghilang selama 4 tahun karena terpuruk kehilangan adik laki-laki kesayangan nya. Walaupun ia memimpin di Thailand, tapi ia berasal dari Jepang. Dan di lahirkan di kota Yokohama." Tegas zi sambil menatap tajam pria tua yang sedang tersenyum padanya itu.
Plok..
Plok..
Plok..
Tepuk tangan kakek yang kaget ketika zi tahu secara detail tentang orang yang paling di percayainya itu. Karena setahu kakek, Mr Wen adalah orang yang paling hati-hati. Apalagi tentang latar belakangnya.
"Btw, mr Wen.. Can you speak Indonesia language? Because I have one question for u.. " Ucap zi yang sedikit agak angkuh kali ini.
"Hahaha.. Ketua muda,Semua dari kami mampu menguasai bahasa Dari negara yang kami pasok bar... "
"Stop..!! Aku belum bicara apapun pada gadis ini. Beri aku waktu" Tuan Zack menyela pembicaraan zi dan mr Wen.
"Tapi, dapatkah saya mendapatkan jawaban dari pertanyaan ku? "Paksa zi kali ini dengan tatapan tajamnya. Bahkan kakek pun seolah tak mengenali zi yang sangat manis dan manja di kala mereka pertama bertemu.
" Sekarang aku adalah bawahan mu. Aku mengabdikan nyawaku untukmu ketua muda. Tanyakan apapun yang Anda mau " Jawab mr Wen sambil tersenyum. Namun kali ini ia terlihat membuka mantelnya hingga terlihat tato di tangan kiri dan kanannya. Hampir persis dengan tatto kakek.
Semua pria tua ini termasuk kakek dan samejima beserta seluruh bodyguard nya memiliki tatto yang sangat penuh. Hanya saja yang menjadi ciri khas nya, tato di semua leher kanan mereka yang menggambarkan kalajengking dalam lingkaran.
"Mr Wen, kau berasal dari Yokohama, namun mengapa namamu seperti nama taiwan? "
"Ah, jika itu mungkin karena ibuku yang begitu gemar berlibur di taiwan" Masih dengan senyumannya. Sedangkan zi masih dengan sikap tegap berdiri di samping kakek. Gak sopan emang zi. Orang tua pada duduk. Dia berdiri sendiri.
"Benarkah? Bukankah ibu anda justru mencintai Indonesia. Bahkan ia di makamkan di Indonesia?"
"Hahaha.. Anda tau banyak tetang ku ketua muda . Sedikit berhati-hati lah" Walaupun mr Wen berucap sambil tersenyum, namun kedengaran seperti ancaman.
"Kena kau.. Sedikit lagi.." gumam kemenangan dari zi.
"Orang yang berhati-hati pun akan tumbang jika terus menerus menjadi target,tuan Wen..Apalagi jika target itu adalah seorang adik yang ternyata pewaris dan satu-satunya anak kandung dari orang tuamu"
"Cu.. " Ucap tuan Wen yang belum selesai.
"Cukup zi!!.. Mari ikuti ke ruangan ku.. Kau bilang akan bicara dengan kakek" Potong kakek yang sedikit membentak dan dalam posisi berdiri kali ini.
"Dih apaan sih kakek mengganggu saja. Aku sedang acting apakah aku sudah pantas menjadi ketua KARTEL KENZI atau belum.. Kakek ini menganggu sekali. Malas sudah" Zi merengek kesal sambil membalikan badannya menuju anak tangga dan berniat menuju kamarnya.
"Tunggu.. Kau tidak jadi berbicara dengan kakek?" Teriak tuan zacky yang sedikit terkekeh melihat tingkah zi.
"Aaah sudah malas. Kakek merusak suasana"
Keadaan ruang tamu yang tadi serius menjadi pecah dengan tingkah zi.
"Tunggu..!! "
"Apa sih ka.. Ohh Mr Wen. Ada apa?" Tanya zi yang saat menoleh ternyata Mr Wen yang berbicara.
"Dari mana Anda tau sedetail itu tentang ku. Dan tentang ibuku" Ia agak menekan kalimat terakhir nya kali ini dengan wajahnya yang serius namun tak di sadari oleh para pemimpin yang lain.
Zi sedikit menaikan ujung bibirnya sebentar.
"Astaga kau lupa kau memiliki pabrik tekstil di Indonesia. Dan planingku ketika lulus nanti berniatan untuk melamar kerja di tempat itu. Karena pabrik mu terkenal royal pada karyawan. Dan tentang ibu mu, itu mengarang saja.. Aku sudah bilang kan aku hanya acting.. Sudah? Jika tidak ada lagi yang ingin di bicarakan, aku mau naik nih. Laper tau.. Pen makan di kamar." Manja zi sambi menghentak-hentakkan kedua kakinya.
"Ahahaha iya kau kenapa sangat pikun sekali saudaraku"
Teriak tuan Hsi yang terngakak sambil menahan geli di perutnya.
"Baru kali ini ku lihat nya dengan mudah di bodohi anak kecil ahahaha" Lanjut dengan ejekan Tuan jun.
Namun Mr Wen malah beranjak dari sofa dan menghampiri zi yang masih berdiri di dekat anak tangga. "Kau sedikit tau tentang keluarga ku. Mengapa aku tak tau tentang keluarga mu?" Bisik Mr Wen yang masih mampu di dengar oleh para pemimpin di sofa.
"Hmmm baiklah" Zi berjalan bolak balik dengan pelan sambil menjelaskan latar belakang nya.
"Namaku zivania. Zi panggilan ku. Aku hidup dari keluarga sederhana, broken home, dan aku memiliki seorang adik. Sejak kepergian ayahku yang lebih memilih selingkuhan nya, mamahku jadi sangat membenci ku. Dia pelit padaku bahkan sangat acuh. Mamahku secara terang-terangan pernah berkata ibarat punya telur dua, pecah satu. Dan aku sangat tau akulah telur yang pecah itu. ".seketika ruangan hening kembali.
"Mamahku dari kalangan keluarga yang harmonis. Mereka sebagian besar musisi. Untuk ayahku tak ada yang menarik untuk di cerita kan.ia lebih memilih selingkuhhannya, meninggal 5 tahun lalu dan selingkuhhannya yang masuk penjara kerena polisi menduga wanita itu yang menghabisi ayahku. Menceritakan nya pun membuat hatiku sedikit sakit .." Kali ini langkah zi berhenti, dengan tangan kanan yang memegang dadanya dan matanya yang sedikit berkaca-kaca .
"Permisi".. Ucap zi yang langsung lari menaiki anak tangga dan masuk ke kamarnya.
" Sudahlah saudara ku. Jika kau ingin tahu lebih banyak, dan alasan ku memilih dia, akan aku cerita kan. Sepertinya ia trauma dengan ayahnya. Kita sebaiknya tak membahas apapun tentang itu ". Sela kakek sambil tersenyum melihat Mr. Wen.
***
"Mba Ratna, ini sudah jam 19.00 mana makananku. Bawa dua porsi untuk mu juga. Temani aku makan. Dan jangan membantah"
Kletek..
Zi menutup ganggang telpon kamarnya dan menuju balkon sambil sesekali mengusap air matanya. Ia menarik teleskop besar ke arah balkon dan melihat bintang-bintang untuk menghibur dirinya.
Tok..
Tok..
Tok..
"Masuk jika kau mba Ratna. Jika bukan enyahlah." Jawab zi dengan nada yang masih sesenggukan.
"Nona, bagai mana ketukan ku di pintu tadi. Sudah lebih lembut bukan?" Mba Ratna yang masuk dengan riangnya sambil mendorong troler makanan untuk zi.
"Ah, maafkan saya nona. Saya tidak tau jika suasana hati nona zi sedang tidak baik" Mba Ratna yang terkaget melihat air mata zi yang masih sangat deras terjatuh. Namun zi yang berusaha tak bersuara justru membuat mukannya semakin lesu.
"Kemari dan duduk. Mari kita makan bersama"
"Ada apa nona.. " Mba Ratna bertanya lirih. Takut jika ada salah ucap pada zi.
"Tak ada. Ini air mata bahagia mba. Target telah terkunci. Dan sesuatu akan damai, mba.." Jawab zi sambil melihat bintang-bintang.