Chereads / The skill: Glutonny / Chapter 2 - Bab 2 - Harga Dari Glutonny

Chapter 2 - Bab 2 - Harga Dari Glutonny

Sinar matahari pagi mula menyusup di antara dedaunan hutan lebat. Kael duduk bersandar pada pohon tua, tubuhnya lemah selepas pertempuran malam sebelumnya.

Nafasnya berat, bekas luka cakaran serigala di lengannya terasa membakar, dan cakar hitam di tangannya perlahan berubah, kembali menjadi bentuk normal.

"Razor Claws," gumamnya sambil menatap telapak tangannya. Skill itu sekarang menjadi miliknya, tapi perasaan ganjil menyelimuti tubuhnya. Tenaga yang dia serap dari monster itu meninggalkan bekas, seperti duri yang menusuk jiwa.

Di dalam telinga, suara dingin dari kristal hitam terdengar lagi.

"Kau telah mencicipi kekuatan, tapi ingat, setiap penggunaan Gluttony akan memakan bahagian dari dirimu."

Kael menyeringai tipis. "Bagian mana yang kau maksudkan? Aku sudah kehilangan segalanya."

Suara itu terdiam, seolah-olah membiarkan waktu menjawab pertanyaan Kael. Dia memejamkan mata, biarkan tubuhnya berehat. Namun, ketenangan itu tidak berlangsung lama.

Suara langkah kaki mendekat. Kael langsung tersadar, matanya menajam. Dia bangkit perlahan, tubuhnya bersandar pada pohon untuk menyeimbangkan diri. Dari balik semak, seorang lelaki berbaju zirah sederhana muncul, membawa tombak panjang.

"Kael." Suara lelaki itu dingin, penuh kebencian. "Aku tahu kau di sini."

Kael mengenali lelaki itu. Namanya Darion, salah satu penjaga desa dan sekaligus mentornya di Ordo Cahaya. Wajah Darion dipenuhi amarah, dan tatapannya tertuju pada Kael.

"Aku tahu apa yang kau lakukan," ujar Darion sambil maju beberapa langkah. "Kau telah mengambil kekuatan yang sepatutnya tidak pernah disentuh. Ritual itu... kau adalah hasilnya."

Kael menyeringai pahit. "Hasil dari kebohonganmu, maksudmu? Jangan berbicara seolah-olah kau tak terlibat dalam semua ini, Darion."

Darion mengetatkan genggamannya pada tombaknya. "Aku memang diam, tapi aku tak pernah menyetujui apa yang terjadi. Tapi kau, Kael, sekarang kau lebih berbahaya daripada monster yang sepatutnya kita lawan."

Tanpa peringatan, Darion menerjang, tombaknya meluncur ke arah Kael.

Dengan refleks, Kael menghindar, walaupun tubuhnya masih lemah.

Dia tahu pertempuran ini tidak akan mudah, terutamanya kerana dia baru sahaja menggunakan Gluttony.

"Kau tidak boleh mengaktifkannya," suara kristal berbisik di kepalanya.

"Skill itu ada batas. Kau harus bertahan dengan apa yang kau miliki."

Kael menggeram. "Aku tahu!"

Darion menyerang lagi, serangannya cepat dan terlatih. Kael terdesak, hanya mampu mencegah serangan tanpa sempat membalas.

Luka di lengannya semakin parah, dan darah segar menetes ke tanah.

"Apa ini yang kau inginkan, Kael?

Menjadi monster seperti mereka?" Darion berteriak, tombaknya menghantui pohon di belakang Kael.

Kael melompat mundur, mencari celah. "Raksaksa?" Dia tertawa, walaupun nafasnya berat. "Aku menjadi seperti ini kerana kalian!

Kalian mengorbankan semuanya..

demi apa? Kekuasaan?

Keseimbangan? Jangan bicara tentang monster, Darion. Aku hanya melakukan apa yang perlu untuk bertahan hidup!"

Dalam serangan berikutnya, Kael berhasil merebut pecahan batu dari tanah. Dia melakukan serangan itu kepada Darion, tetapi lelaki itu menangkis dengan mudah. Kael tahu bahawa kekuatan manusia biasa tidak cukup.

Namun, saat cakar hitam yang dia dapat dari Razor Claws mula muncul kembali secara samar, Kael menyedari sesuatu: walaupun dia tidak dapat mengaktifkan Gluttony, dia masih boleh menggunakan kemahiran yang telah dia serap.

Ketika Darion menyerang lagi, Kael bergerak lebih cepat daripada sebelumnya. Dengan satu gerakan, dia menebas tangan Darion menggunakan cakar hitam yang muncul di tangannya. Tombak itu terlepas, jatuh ke tanah.

Darion mundur, memegang tangannya yang terluka. Wajahnya pucat. "Kau benar-benar kehilangan kendali, Kael."

Kael mendekat, tatapannya dingin.

"Aku tidak kehilangan kendali, Darion. Aku hanya kehilangan kepercayaan. Dan sekarang, aku akan mengambil apa yang kamu rampas dariku."

Darion tersungkur ke tanah, tapi sebelum Kael boleh menyerang lebih jauh, ada suara lain kedengaran.

"Kael, cukup!"

Kael membeku. Dia mengenali suara itu. Dari balik bayangan hutan, seorang gadis muncul, rambutnya panjang dan teruai. Mata Kael membelalak.

"Ellena?" suaranya berbunyi berbisik.

Gadis itu adalah salah satu teman lamanya, satu-satunya yang pernah mempercayainya tanpa ragu. Tapi apa yang dia lakukan di sini? Dan lebih penting lagi, adakah dia sekutu atau musuh?

Soalan itu bergantung di udara saat Ellena mendekat, membawa rahasia yang mungkin mengubah segalanya.