Chereads / Eclipse : Misi Rahasia / Chapter 2 - Bab 2

Chapter 2 - Bab 2

Helikopter Eclipse melayang stabil di atas kota yang kelam. Lampu-lampu kecil dari bangunan di bawah terlihat seperti noktah dalam hamparan hitam. Di dalam kabin, suasana terasa tegang. Anggota tim penyelamat tetap memegang senjata mereka, berjaga-jaga jika ada serangan tak terduga dari darat. Aisha Kazmi duduk di kursi belakang, kedua tangannya memegang tas kulit yang berisi dokumen rahasia. Wajahnya terlihat lelah, tapi matanya memancarkan tekad.

Di sampingnya, Ethan Voss memeriksa luka kecil di bahunya yang ia dapat saat pelarian dari dermaga. Luka itu tidak parah, tetapi cukup untuk membuat jaket hitamnya sobek. Sementara itu, Lara Connors, mantan rekannya di Eclipse, memantau layar tablet kecil yang menampilkan peta digital. Ia melirik Ethan sejenak, mengingat kembali hari-hari lama mereka sebagai partner dalam misi-misi berbahaya.

"Kamu sudah lama keluar dari permainan ini, Ethan," kata Lara sambil menyesuaikan tali senapannya. "Kenapa tiba-tiba kembali? Apa yang begitu penting sampai kamu harus mempertaruhkan nyawamu?"

Ethan menarik napas panjang sebelum menjawab. "Bukan hanya soal aku. Dokumen yang Aisha bawa bisa mengguncang pemerintahan beberapa negara. Jika jaringan ini tidak dihentikan sekarang, akan ada lebih banyak nyawa yang hilang. Itu sudah cukup alasan, bukan?"

Lara mengangguk perlahan, meski matanya tetap fokus pada layar tablet. "Masalahnya, jaringan ini lebih besar dari yang kamu kira. Mereka punya koneksi ke beberapa organisasi paling kuat di dunia. Membawa dokumen itu ke publik bisa berbahaya, bahkan untuk Eclipse."

Aisha, yang mendengar percakapan itu, akhirnya angkat bicara. "Tapi kita tidak punya pilihan lain. Orang-orang harus tahu. Kalau tidak, mereka akan terus melakukan ini tanpa ada yang menghentikan mereka."

Ethan menoleh ke arahnya. Ia mengagumi keberanian Aisha, meskipun ia tahu risiko yang mereka hadapi jauh lebih besar dari apa yang wanita itu bayangkan.

Helikopter mendarat di sebuah lokasi terpencil di luar kota, sebuah bangunan tua yang tampak seperti pabrik terbengkalai. Dari luar, tempat itu tidak mencolok, tapi di bawahnya tersembunyi markas sementara Eclipse. Ketika pintu helikopter terbuka, tim segera membawa Ethan dan Aisha masuk ke dalam.

Di ruang bawah tanah yang dingin dan remang-remang, mereka disambut oleh seorang pria bertubuh besar dengan rambut abu-abu pendek. Pria itu adalah Victor Kane, komandan Eclipse untuk wilayah Eropa. Wajahnya keras, seperti diukir dari batu, tetapi sorot matanya tajam dan penuh perhitungan.

"Ethan," kata Victor sambil mengulurkan tangan. "Sudah lama tidak bertemu. Kudengar kau masih suka membuat masalah."

Ethan menjabat tangan Victor dengan senyum tipis. "Masalah biasanya datang mencari saya."

Victor melirik ke arah Aisha. "Ini dia jurnalis pemberani yang jadi pusat semua kekacauan ini?"

Aisha berdiri tegak, mencoba menyembunyikan rasa gugupnya. "Saya hanya melakukan pekerjaan saya. Dan sepertinya, pekerjaan itu membuat banyak orang marah."

Victor tertawa kecil, meskipun wajahnya tetap serius. "Dokumen itu ada padamu?"

Aisha mengangguk dan menyerahkan tasnya. Victor membukanya, memeriksa isinya dengan cepat. Wajahnya semakin tegang saat membaca beberapa halaman pertama. Ia melirik Ethan dan Aisha dengan tatapan berat.

"Ini lebih buruk dari yang aku kira," katanya. "Ada nama-nama besar di sini. Jika dokumen ini bocor, bukan hanya jaringan kriminal yang akan hancur. Akan ada krisis diplomatik besar."

Di tengah percakapan mereka, salah satu anggota Eclipse, seorang pria muda bernama David, mendekat dengan wajah penuh kekhawatiran. "Pak, kami menerima komunikasi yang mencurigakan di frekuensi militer. Sepertinya Marcus Gray tidak menyerah begitu saja."

Victor mengerutkan kening. "Apa mereka tahu kita ada di sini?"

"Kemungkinan besar," jawab David. "Tapi belum ada tanda-tanda pergerakan mereka ke arah ini."

Ethan menghela napas. "Marcus bukan tipe orang yang mundur. Dia akan terus mengejar Aisha sampai ia mendapatkan dokumen itu, atau membunuhnya."

Aisha menatap Ethan dengan rasa takut yang mulai muncul kembali. "Jadi, kita tidak aman di sini?"

Victor menepuk bahu Aisha dengan lembut. "Kami sudah menghadapi orang-orang seperti Marcus sebelumnya. Markas ini cukup aman untuk sementara waktu. Tapi kita harus bertindak cepat. Dokumen ini perlu dikodekan ulang dan disebarkan dengan cara yang aman. Itu tugas kita."

Namun, percakapan mereka terhenti saat seorang teknisi berlari ke ruangan dengan wajah pucat. "Komandan! Kami menemukan sesuatu yang aneh. Salah satu perangkat komunikasi kami menunjukkan adanya upaya peretasan dari dalam sistem."

Semua orang di ruangan itu terdiam. Lara, yang berdiri di dekat pintu, langsung bersiaga. "Apa maksudmu 'dari dalam'?"

Teknisi itu menjelaskan, "Seseorang mencoba mengirim sinyal lokasi keluar dari markas ini. Kami menghentikannya, tapi kami tidak tahu siapa yang melakukannya."

Mata Victor menyapu ruangan, mencari tanda-tanda pengkhianatan. Ia berbicara dengan suara rendah, tetapi tegas. "Kita punya pengkhianat di antara kita."

Ketegangan di ruangan itu meningkat drastis. Setiap orang mulai saling menatap dengan curiga. Ethan memandang Victor dengan tatapan khawatir. "Jika Marcus tahu di mana kita, kita tidak punya banyak waktu."

Victor mengangguk. "Lara, periksa semua perangkat komunikasi. David, kumpulkan semua orang di ruang kontrol. Kita tidak bisa mengambil risiko."

Sementara itu, Ethan menghampiri Aisha, yang kini terlihat lebih cemas dari sebelumnya. "Kamu baik-baik saja?" tanyanya.

Aisha mengangguk pelan, meskipun suaranya gemetar saat ia berbicara. "Ini semua terasa seperti mimpi buruk. Tidak ada tempat yang benar-benar aman, bukan?"

Ethan tidak bisa berbohong. "Dalam situasi seperti ini, tidak. Tapi kita akan menemukan cara untuk keluar dari sini."

Beberapa menit kemudian, sirene darurat berbunyi di seluruh markas. David masuk ke ruangan dengan tergesa-gesa. "Pak, kami mendeteksi pergerakan besar di luar perimeter. Mereka membawa kendaraan lapis baja."

Victor segera memberi perintah. "Semua orang ke posisi masing-masing! Persiapkan pertahanan."

Ethan, meskipun bukan lagi bagian dari Eclipse, langsung mengambil senjata dari meja. Ia menoleh ke arah Aisha. "Tetap di sini. Jangan keluar sampai aku atau Victor yang datang."

Aisha ingin memprotes, tetapi ia tahu bahwa dirinya hanya akan menjadi beban jika ikut dalam pertempuran.

Di luar markas, Marcus Gray memimpin timnya dengan kejam. Kendaraan lapis baja mereka bergerak perlahan, sementara pasukannya menyebar untuk mengepung area tersebut. Marcus berbicara melalui radio, suaranya dingin dan penuh kepastian. "Kita tidak perlu menyisakan siapa pun. Ambil dokumen itu, dan pastikan Aisha Kazmi tidak keluar dari sini hidup-hidup."

Pertempuran pecah dengan dahsyat. Eclipse, meskipun kalah jumlah, bertempur dengan strategi yang cerdas. Ledakan dan tembakan bergema di seluruh area, mengguncang bangunan tua itu. Di dalam markas, Lara dan beberapa anggota tim mencoba mempertahankan kontrol atas ruangan utama, sementara Ethan dan Victor berjuang di garis depan.

Namun, Marcus Gray punya keunggulan. Ia mengenal metode Eclipse, dan ia menggunakan pengetahuan itu untuk menekan mereka. Sedikit demi sedikit, pasukan Eclipse mulai terdesak.

Di tengah kekacauan itu, Ethan menyadari sesuatu yang aneh. Salah satu anggota tim Eclipse bergerak dengan cara mencurigakan, seperti memberi sinyal kepada pasukan Marcus. Ethan segera mengejarnya, meskipun itu berarti meninggalkan posisinya di garis depan.

Ketika ia berhasil menangkap pria itu, ia menemukan alat komunikasi kecil di tangannya. Ethan menyeringai. "Jadi, kamu tikus kecilnya."

Pria itu mencoba melawan, tetapi Ethan lebih cepat. Dalam beberapa detik, ia melumpuhkannya dan menyeretnya kembali ke ruang kontrol. Di sana, ia menghadapkan pria itu kepada Victor.

"Ini dia pengkhianat kita," kata Ethan dengan nada dingin.

Victor menatap pria itu dengan marah. "Kau baru saja mempercepat kematianmu sendiri."

Meskipun mereka berhasil menangkap pengkhianat itu, serangan Marcus belum berhenti. Di luar, pasukan musuh semakin mendekat, dan jumlah Eclipse semakin menipis. Ethan tahu bahwa mereka tidak bisa bertahan lama.

"Kita butuh rencana baru," katanya kepada Victor. "Jika kita tetap di sini, kita semua akan mati."

Victor mengangguk dengan berat hati. "Kita harus menghancurkan markas ini. Tidak boleh ada yang tersisa untuk mereka."

Aisha, yang mendengar percakapan itu dari kejauhan, merasa perutnya mual. Ia sadar, perjuangan mereka masih jauh dari selesai. Tapi ia juga tahu, tidak ada jalan lain selain maju.

Dan malam itu, di bawah langit gelap yang dihujani peluru, misi mereka berubah menjadi perjuangan terakhir. Pertaruhan hidup dan mati dimulai.