Chereads / Honkai Stral Rail : Sanguis Corporation / Chapter 6 - Chapter 06 : Dalam Segi Apapun, Tristan Memang Sangat Berguna!!

Chapter 6 - Chapter 06 : Dalam Segi Apapun, Tristan Memang Sangat Berguna!!

"Kafka, duduk lah di sini sebentar. Ada sesuatu hal yang ingin aku bicarakan denganmu." Tidak seperti biasanya, kali ini Arthur menggunakan nada bicara yang sangat serius.

Kafka kecil hanya bisa mengikutinya saja dengan penuh kebingungan. Mata ungunya tampak menatap Arthur dengan penuh tanda tanya, sementara dirinya menunggu apa yang ingin Arthur bicarakan.

"Baiklah, mari kita buat hal ini mudah." Setelah mengatur ulang nafasnya, dia pun kembali berbicara; "Apa kamu ingin ikut berburu Demon denganku?"

Mendengar pertanyaan itu, pada awalnya Kafka kecil sedikit bingung. Tapi tidak perlu waktu lama bagi dirinya untuk menyetujuinya, karena hal itu merupakan salah satu alasan dirinya ingin ikut bersama dengannya.

Arthur yang melihat jawaban itu sedikit tersenyum, sebelum ekspresi wajahnya kembali menjadi serius; "Dengar ini baik-baik, jika kamu memang ingin ikut berburu denganku, maka kamu perlu hilangkan pemikiran balas dendam yang ada di dalam kepalamu itu."

Tubuh Kafka kecil sedikit bergetar, tepat setelah mendengar hal itu.

"Balas dendam mungkin yang jadi alasan kenapa kamu masih bertahan menjadi manusia hingga saat ini. Hanya saja, hal itu tidak baik sama sekali. Sebab, setelah semuanya berakhir, hal yang akan menyambutmu hanyalah sebuah kehampaan saja."

Harusnya Kafka kecil sedikit tidak terima dengan hal tersebut, tapi mendengar nada suara yang digunakan olehnya, di tambah dengan ekspresi wajah milik Arthur yang perlahan menjadi gelap, entah kenapa Kafka kecil merasa ada alasan yang jauh lebih dalam di baliknya.

Memang benar, Kafka kecil jauh lebih dewasa dari pada usianya.

Arthur hanya bisa tersenyum kecut saja pada saat melihat tatapan khawatir dari gadis yang ada di depannya ini, "Hehe, anggap saja kata-kata itu sebagai nasihat dari Senpai dalam hal semacam ini. Dan..."

"... Meskipun kamu memang masih ingin melakukan balas dendam, aku tidak akan menghentikanmu." Arthur kemudian menepuk-nepuk kepalanya sebelum mulai mengacak-acak rambutnya.

Kafka kecil yang melihatnya saja dalam diam, tapi sedikit perubahan terlihat jelas di mata ungu miliknya. Sesuatu hal yang tentu di sadari oleh Arthur, meskipun perlu di ingat, sampai sekarang dia masih tetap menutup kedua matanya.

Kemudian, Arthur memutuskan untuk membicarakan beberapa peraturan yang perlu di ingat oleh Kafka, jika dia memang ingin ikut berburu dengannya.

"Untuk yang pertama, selama menjalankan misi, jangan menjauh terlalu jauh dariku; selalu jaga jarak setidaknya lima meter."

Kafka kecil pun mengangguk.

"Untuk yang kedua, jangan tunjukkan belas kasihan dan kompromi terhadap Demon mana pun. Itu seharusnya tidak menjadi masalah besar bagimu, kan?"

Kafka kecil pun kembali mengangguk.

"Untuk yang ketiga, prioritaskan keselamatanmu di atas segalanya. Jika memang tidak memungkinkan untuk menang, melarikan diri merupakan opsi yang harus dilakukan."

"Ingat; melarikan diri itu bukanlah sesuatu hal yang memalukan, selama kamu belum kalah dan pada akhirnya kamu menang, itu sudah lebih dari cukup."

Jangan tanya mengenai alasan Arthur mengatakan hal yang ketiga. Apalagi, setelah dirinya mengingat kembali hari-harinya bersama dengan gadis ini selam beberapa hari terakhir.

'Dia kehilangan rasa takut miliknya. Artinya, dia bahkan tidak akan takut jika itu artinya dia bakal mati.' Dan, fakta tersebut digabungkan dengan gadis ini yang selalu dengan senang hati mengikuti perintahnya...

Memikirkannya saja, kalau Arthur sampai tidak mengatakan hal yang ketiga. Ada kemungkinan - Tidak, pasti dia akan dengan senang hati mati asalkan misinya bisa terselesaikan.

Setelah menjelaskan semua hal yang perlu dijelaskan, Arthur kemudian meminta Kafka untuk duduk di samping dirinya. Dia menunjukkan kepada gadis itu bagaimana caranya menggunakan senjata api dan cara untuk merawatnya.

Kenapa tidak mengajarinya seni untuk berpanah?

Jawabannya cukup simpel, karena Arthur terlalu malas untuk melakukannya. Plus, di Dunia modern seperti ini, lebih baik menggunakan senjata modern juga ketimbang senjata yang sudah ketinggalan zaman.

Terus, kenapa dirinya masih menggunakan panah milik Tristan?

Satu kata saja untuk menjawab hal tersebut, yaitu... MURAH.

Oh ayolah, siapa yang bisa menolak godaan sebuah senjata keren berbentuk sebuah harpa. Senjata yang tidak perlu perawatan yang merepotkan. Bahkan, dia pun tidak perlu membeli peluru untuk dijadikan sebagai amunisinya. Plus, hal yang paling penting di atas segalanya, senjata ini terlalu OP.

Orang yang bilang tidak menginginkan hal ini pastilah sangat bodoh. Karena, menolak sesuatu hal yang bisa bikin hidup lebih nyaman di Dunia semacam ini.

Tapi tetap saja, Arthur begitu terkesan dengan bakat yang dimiliki oleh Tristan terhadap sesuatu hal yang berhubungan dengan tembak menembak. Karena berkatnya, Arthur jadi bisa mengajari Kafka kecil menggunakan berbagai jenis senapan, meskipun dia sendiri dulu tidak pernah menggunakannya.

Ngomong-ngomong, karena Kafka belum memenuhi syarat untuk mengikuti Ujian Masuk untuk menjadi Pemburu Iblis. Jadi, untuk saat ini, dia hanya bisa bertindak sebagai pendamping juniornya saja.

Ahem! Meski tidak resmi Ahem!

...

Pada misi pertama Arthur bersama dengan Kafka, dirinya memutuskan untuk memilih misi yang relatif mudah saja DAN untuk pertama kalinya, dia tidak memburu Demon secara membabi buta.

Hal ini sampai pada tingkat di mana, pada saat dia ingin mengambil misi tersebut, banyak sekali perhatian tertuju pada dirinya.

Oke, mari kita abaikan saja hal tidak penting semacam itu.

Dari yang di dapat oleh Arthur, sepertinya ada seorang informan rahasia mengklaim bahwa seseorang di Distrik Lionese di sisi Barat Kota berkolusi dengan Demon. Dan, hal ini perlu diselidiki lebih jauh.

Arthur menerima tugas ini dan membawa Kafka bersama dengannya ke lokasi orang yang dicuragai. Lokasi tersebut sepertinya berada di semacam kompleks perumahan, dengan lokasi pastinya berada di salah satu rumah paling megah yang ada di sana.

Tentu saja, di rumah ini ada penjaga yang berpatroli di sekitarnya.

Arthur pada awalnya menjelaskan alasan dari kedatangannya, bahkan sampai menunjukkan lisensi Pemburu Iblis miliknya. Tapi, entah kenapa, mungkin karena penampilannya memang kurang meyakinkan, dia di tolak mentah-mentah olehnya.

"Kafka, satu hal yang perlu kamu ingat setiap kali bertemu dengan orang semacam ini." Arthur kemudian mulai mengkretek lehernya sedikit, sebelum dia kembali berbicara; "Pertama, jangan bunuh manusia, yang artinya..."

Kata-katanya terhenti di sana, bersamaan dengan sosoknya yang menjadi kabur di detik berikutnya. Sebelum ada orang yang menyadarinya, penjaga itu terpental secara tiba-tiba ke arah gerbang yang ada di belakangnya, yang mungkin akibat dari kekuatan di baliknya, pintu itu bahkan sampai berlubang.

"... Kamu bisa menyerang mereka, jika mereka menghalangi. Asalkan dengan satu syarat, mereka tidak berakhir mati."

Kafka yang mendengar hal itu segera mengangguk, sebelum dirinya melirik ke arah di mana penjaga itu sekarang berada. Kondisinya terlihat begitu menyedihkan, tapi dari kelihatannya sih, dia masih hidup.

"Simpelnya itu seperti ini; Jika melawan Demon, seranglah mereka tanpa belas kasihan. Tapi, kalau ada manusia yang menghalangimu seperti ini, kamu bisa menyerang dan melumpuhkan mereka, dengan catatan; mereka tidak mati. Mengerti?"

"Hmm" Kafka kecil mengangguk, di saat dia mengikuti Arthur yang sudah mulai berjalan menuju ke dalam.

"Misi kita resmi dimulai sekarang." Kemudian suaranya jadi semakin serius, "Ingat, tetaplah waspada. Jangan sampai lengah terhadap hal apapun."

✽✽✽✽✽✽✽✽✽✽

Promosi Tak Tahu Malu:

Jika Anda menyukai cerita nya hingga sejauh ini, pertimbangkan untuk mendukung saya!! Bantu saya di https://trakteer.id/aster_souji_pendragon!! Hanya dengan 5k saja, Anda sudah sangat membantu saya!!

Anda juga bisa memfollow akun Instagram saya di @panagakos_void!! Untuk mengetahui novel-novel baru yang mungkin akan saya buat!!

Catatan Penulis:

Yeyy!! Update kembali!!

Entah kenapa Author merasa satu Chapter ini berisi hal-hal yang agak terlalu sedikit...

Tapi setidaknya, semuanya masih tampak bagus... Mungkin? Entahlah.

Tapi yang pasti, di Chapter selanjutnya bakal ada agedan gelud. Semoga aja Author bisa melakukannya dengan baik.

Meskipun adegan geludnya gak banyak, tapi setidaknya ada. Dan, sisanya mungkin bakal jadi slice of life dengan model agak laen.

Ditunggu aja~

Ahem! Bagi kalian yang suka, bisa tinggalkan Stone kalian di sini, komen hal-hal yang perlu di tambahkan dan di perbaiki (Ini sangat diperlukan Author, jadi kalo bisa, tolong lakukanlah), dan share hal ini ke teman-teman kalian, supaya kalian ada obrolan dengan mereka dan tidak lost connetion seperti author kalo lagi ngobrol sama temen" author wkwkwkwk

Itu saja sih yang ingin author sampaikan, kalau begitu, sampai jumpa lagi nanti!

Adios!