Setelah makan malam...
"Rambutmu mulai panjang." Karen mengatakan hal itu sambil mengaggumi rambut ungu indah gadis tersebut.
Rambut Kafka yang dulu sebahu kini hampir mencapai titik yang bisa di anggap panjang.
Sesuatu hal yang juga di sadari oleh Arthur. Tapi, dia sering melupakannya.
"Terima kasih telah mengingatkanku." Arthur mengangguk, "Aku akan memangkasnya lain kali; tidak ingin hal itu mengganggu dalam pertarungan kami."
"Tunggu, kalau hal tersebut memang mengganggu pertarungannya, kenapa tidak mengikatnya saja?" Karen memberi saran, "Lagi pula, kamu juga punya rambut yang jauh lebih panjang, kan?"
Arthur terlihat seperti baru sadar akan hal itu, "Ehh? Bener juga."
"Apa kamu tidak menyadarinya sama sekali?" Karen tampak ragu.
Arthur hanya bisa tertawa canggung saja di saat menjawabnya, "Begitulah."
Karen hanya bisa menghela nafasnya saja. Karena, sepertinya Arthur punya masalah di beberapa bagian pada kesadaran dirinya.
Dia lalu menepuk bahunya dan berkata, "Mengapa kamu tidak membantunya mengikat rambutnya?"
"Aku? Mengikat rambut?" Arthur hanya bisa menunjuk dirinya sendiri dengan penuh kebingungan.
Lagi pula, dia lebih cocok untuk meledakkan kepala Demon dari pada menatap rambut.
Terlepas dari keraguannya itu...
Di depan cermin ruang tamu, di bawah bimbingan dari Karen, Arthur dengan hati-hati mulai belajar cara mengepang rambut seorang gadis.
Kafka kecil duduk di kursi, menghadap ke cermin.
Dengan satu tangan memegang rambut ungu panjang dari gadis muda itu, Arthur menyisirnya dengan lembut menggunakan tangannya yang lain.
Karen berdiri di dekatnya, sesekali memberikan nasihat.
Meskipun Arthur sudah sangat berhati-hati, kesalahan yang di buat olehnya sesekali masih menarik rambut Kafka, menyebabkan sedikit rasa tidak nyaman.
'Urghh! Kalau tau begini, aku harusnya waktu itu menerima permintaan dari Tante buat mengepang rambutnya.' Arthur sedikit menyesali keputusannya di masa lalu.
Hanya saja, Kafka terlihat sama sekali tidak terganggu dengan hal tersebut, sama seperti dia yang tidak mempermasalahkan rambutnya panjang atau pendek.
Perhatiannya yang terpantul lewat cermin tetap terfokus pada dua sosok yang ada di belakangnya.
Di belakangnya, keduanya terlibat dalam percakapan santai, menyentuh topik terkait pekerjaan dan aspek kehidupan sehari-hari.
Nadanya bervariasi dari ceria sampai menggerutu, semuanya berkisar pada hal-hal yang biasanya terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Momen yang tenang dan sangat indah. Sesuatu hal yang mungkin, akan mereka sangat hargai saat ini.
...
..
.
Makan.
Tidur.
Berburu Iblis.
Itu adalah tiga hal yang terjadi di kehidupan dari Arthur. Tapi kali ini, tidak terasa boring seperti sebelumnya.
Meski hal tersebut memang monoton, tapi bagi keduanya, ada perasaan menyenangkan menjalani hidup seperti ini.
Begitulah, tiga tahun kembali berlalu dengan cepat.
Dalam tiga tahun ini, ada banyak sekali hal yang terjadi. Dan, kebanyakan dari hal itu berhubungan dengan Kafka.
Di bawah bimbingan dari Arthur, kekuatan Kafka berangsur-angsur meningkat.
Kafka benar-benar memikiki bakat tinggi terhadap kemampuan Spirit Whisper, dan pada saat yang bersamaan, dia juga mempelajari beberapa teknik dari Arthur untuk melengkapi kekuatannya.
Berkat Kafka juga, efisiensi Arthur dalam berburu Demon jadi meningkat sangat pesat. Terutama pada tahun kedua dan seterusnya, yang benar-benar membuat Arthur jadi sangat bahagia.
Lagi pula, selama dua tahun tersebut Arthur berhasil meningkatkan progresnya lebih dari dua ratus juta. Sesuatu hal yang tidak pernah terpikir akan bisa dilakukan olehnya dalam kurun waktu segitu.
Di sisi lain, berkat kesabaran Arthur dalam membimbing Kafka secara emosional, dibandingkan tiga tahun yang lalu, kondisi mental Kafka sekarang jauh lebih stabil.
Pikirannya tidak lagi tenggelam ke dalam, tapi malah berhasil keluar dan perlahan mulai jadi stabil. Meskipun, sikap acuhnya terhadap orang selain Arthur masih tetap dipertahankan olehnya.
Oh ya, ada dua hal menyenangkan yang belum lama ini terjadi. Dan, mungkin yang satunya baru akan terjadi.
Berkat prestasinya dalam perburuan Demon selama tiga tahun belakangan ini, Arthur berhasil kembali melewati kondisi yang memerlukan koneksi orang dalam dan naik peringkat.
Ya, sekarang dia adalah Pemburu Iblis peringkat Gold.
Sesuatu hal yang begitu disukai olehnya, karena dengan begini dia bisa memantau ujian seleksi yang akan dilakukan oleh Kafka.
Seperti yang mungkin sudah siapa pun pikirkan, berkat bimbingan dari Arthur, hanya butuh tiga tahun saja bagi Kafka untuk mengikuti penilaian untuk menjadi seorang Pemburu Iblis Junior.
...
Di sebuah toko senjata, Kafka sedang memilih amunisi.
Selama tiga tahun ini, Kafka telah tumbuh tinggi melebihi mayoritas orang yang sebaya dengannya. Tubuhnya yang dulu ramping perlahan-lahan mengembangkan lekukan halus, mulai memperlihatkan daya tarik kewanitaannya.
Rambut panjangnya yang semasa kecil sering di biarkan berkibar begitu saja, semenjak kejadian tertentu, hal itu selalu terlihat di ikat olehnya dalam gaya kunci kuda yang tampak selalu bergoyang mengikuti gerakannya.
Ada satu hal lain yang berkembang lebih pesat ketimbang perkembangan tubuhnya dan kekuatannya, meski dari luar masih terlihat kurang kentara, di mana perubahan ini adalah perubahan emosionalnya.
Selama tiga tahun ini, mengingat hubungan yang mereka jalin, sudah bisa di anggap wajar jika Kafka mengembangkan semacam "Kertegantungan" terhadap Arthur. Sesuatu hal yang semakin lama tumbuh dengan semakin mengkhawatirkan, cuman masalahnya itu...
... bagi orang yang hanya fokus pada misinya seperti Arthur, tentu dia tidak akan menyadari beberapa perbuahan halus terhadap sikap dari Kafka yang berakar dari "Ketergantungan" ini, yang dari sudut pandang normal sih, sudah agak terlalu tidak wajar.
Obsesi? Mungkin.
Lagi pula, satu-satunya orang yang tau mengenai seberapa dalamnya hal itu hanyalah Kafka saja. Mengingat, dia sepertinya memiliki kemampuan yang sangat baik dalam menutupi emosi miliknya.
Setelah berjalan mencari sesuatu yang cocok, pada akhirnya Kafka menunjuk salah satu jenis amunisi yang ada di rak; "Bos, saya akan mengambil semua amunisi yang ada di baris ini ke baris itu." Nadanya masih tetap saja dingin dan acuh tak acuh, ciri khas yang tidak pernah hilang bahkan setelah tiga tahun lamanya.
"Semuanya?" Tanya sang penjaga toko.
"Ya." Jawab Kafka, untuk mempertegas perkataannya.
"Baiklah, baiklah. Mohon tunggu sebentar."
Gadis itu mungkin dari penampilan masih terlihat agak terlalu muda, tapi sang pemilik toko tidak berani meremehkannya.
Tatapan mata Kafka, meski tidak lagi sepenuhnya tanpa ekspresi, masih tampak jauh dan tanpa emosi. Hal itu dikombinasikan dengan sikapnya yang dingin, sang pemilik toko merasa beginilah seharusnya Pemburu Iblis itu.
Memancarkan aura misterius dan ketidakpeduliaan.
Tentu saja, hal yang membuat Penjaga Toko menjadi semakin waspada adalah keberadaan dari sosok Arthur, yang dengan santai melihat-lihat bagian dalam dari tokonya.
Dalam beberapa tahun terakhir, Arthur sudah menjadi toko paling terkenal di wilayah ini.
Tanda pangkat emasnya yang berkilau pada seragamnya berbicara banyak hal.
Meskipun tidak memiliki latar belakang yang mumpuni, tapi Arthur berhasil merangsak naik jadi Pemburu Iblis peringkat Gold hanya melalui prestasinya sendiri. Sebuah prestasi yang sangat mengaggumkan sepanjang Pteregus-V, dan secara pribadi, beberapa orang sudah menganggapnya sebagai Idola mereka.
Tentang prestasinya ini sebenarnya cukup wajar. Mengingat, tidak ada satu orang pun di Pteregus-V saat ini yang segila Arthur, dalam hal memburu Demon. Hal ini sampai memperkuat julukkannya sebagai "Berserker" dan memberinya sebuah julukan baru, yaitu...
The Butcher Demon.
"Ada senjata tertentu yang menarik minat Anda? Saya bisa memberi Anda diskon." Sang Penjaga toko mencoba menawarkan dagangannya kepada Arthur dengan bersemangat. Karena, menurutnya kalau sampai kabar dia berhasil menjual senjata kepada Arthur akan menaikkan nama tokonya dan mengundang banyak orang untuk membeli di sana.
Sayang baginya, untuk Arthur yang sekarang, tidak ada satu pun senjata yang bisa menarik minatnya untuk dia beli sampai bahkan digunakan. Mengingat, masih betapa tidak masuk akalnya kekuatan dari Failnaught. Plus, cara bertarung menggunakannya pun benar-benar sangat efisien sekali.
Itulah kenapa, dia hanya menggelengkan kepala saja dan berkata; "Hanya melihat-lihat, tidak ada yang spesifik."
Kemudian, setelah Kafka selesai dengan urusannya di sana, keduanya meninggalkan tempat itu dan pergi ke lokasi pengujian.