Arthur yang keluar dari toko terlihat mendekati mobil SUV miliknya, sesuatu hal yang entah bagaimana berhasil di dapat olehnya, dengan Kafka yang membawa barang-barangnya mengikuti di belakangnya.
Kafka segera membuka bagasi belakang dan meletakkan segala hal yang di bawanya di sana, sementara Arthur memutuskan untuk masuk duluan ke dalam. Sambil menunggu, Arthur memutuskan untuk menyenandungkan sebuah lagu.
Moon Halo, theme song dari Honkai Impact 3.
Salah satu jajaran teratas dari lagu-lagu yang berasal dari game tersebut. Dan, jika ada yang ingin protes, dia tidak akan segan untuk membunuhnya. Mengingat, fakta itu begitu valid dan tak terbantahkan.
Ahem!
Setelah memasukkan semua barang-barang bawaannya, Kafka kemudian masuk ke mobil dan duduk di kursi depan. Matanya melirik ke arah Arthur yang masih terus menyenandungkan sebuah lagu sambil menutup matanya, di mana senyum kecil pun mulai tumbuh dengan gadis itu sendiri yang juga mulai ikut menutup matanya, menikmati senandung lagu tersebut.
Tentu saja, Arthur yang menyadari kedatangan dari Kafka pun mulai menjalankan mobilnya. Tujuannya adalah tempat di mana gadis itu akan menjalani ujian masuk untuk menjadi seorang Pemburu Iblis Junior.
"Aku harap kamu menganggap hal ini serius, Kafka. Karena, jika saja kamu gagal di sini, maka jangan berharap kamu bisa ikut denganku dalam perburuanku."
Meski memang terdengar kejam. Tapi, mengingat hal-hal yang terjadi dalam perburuan mereka belakangan ini, Arthur hanya tidak ingin gadis ini meremehkan ujian tersebut, hanya karena nanti mungkin lawannya hanyalah para kroco yang kemungkinan besar, jauh lebih lemah dari yang biasanya dia lawan bersama dengannya.
Little Kafka sendiri memahami hal tersebut, itulah kenapa dia mengangguk dengan penuh dan menjawabnya dengan tatapan penuh tekad di matanya; "Ya, aku akan berusaha sebaik mungkin."
Oh ya, sebagai Pemburu Iblis peringkat Gold, tentu Arthur memiliki wewenang untuk menjadi seorang Penguji.
Meskipun, beberapa pihak mungkin mencurigai adanya favoritisme di sini, mengingat dia sendirilah yang akan mengawasi penilaian Kafka. Hanya saja, karena Arthur sendiri pernah mengalaminya di masa lalu, jadi dia hanya tidak ingin gadis ini membuang-buang waktunya pada evaluasi formal atau mencoba menyenangkan para Pemburu Iblis Senior.
...
Duo itu melaju menuju pinggiran kota, menyusuri jalan raya yang luas.
Di dalam mobil, terdengar lagu Pop yang di iringi oleh Arthur yang bersenandung.
Kafka yang ada di sebelahnya tampak menopang dagunya menggunakan tangannya, menatap ke pemandangan yang berlalu dengan cepat di luar jendela. Dengan jendela yang sedikit terbuka, kuncir kudanya yang berwarna ungu menari-nari tertiup oleh angin.
'Suaranya benar-benar terdengar sangat bagus...' pikir Kafka, dirinya pun mulai fokus, berusaha menangkap suara Arthur di tengah hembusan angin yang menerpa.
Dibandingkan tiga tahun yang lalu, dia tidak menjadi orang yang bersemangat. Tapi, Dunia batinnya tidak sepi seperti sebelumnya.
Perubahan ini dapat terjadi karena seseorang yang di kenalnya dan dapat dipercaya berada di sisinya, seperti biasanya.
Lokasi misi mereka saat ini, sekaligus tempat Ujian dari Kafka, adalah sebuah taman hiburan yang sebagiannya sudah terbengkalai, yang telah menjadi benteng bagi sebagian kecil Demon.
Di Pteregus-V, sebagian besar wilayah masih mempertahankan peradaban dan ketertiban. Namun, rumor menyebutkan bahwa Demon pertama yang bersentuhan dengan Stellaron kini tengah menikmati kesenangan di dalam kota yang di kuasai oleh para Demon, benar-benar menyerah pada keinginan.
Arthur melaju lurus menuju pintu taman bermain tanpa mengerem. Ia menerobos gerbang, melaju dengan gegabah hingga mesin yang menderu menarik perhatian para Demon yang ada di dekatnya.
Setelah menabrak beberapa orang dengan akselerasi cepat, ia akhirnya memarkir mobilnya di tempat terbuka.
"Ada sekitar beberapa lusin yang tersisa, mereka harusnya cukup kuat untuk Ujian ini." Arthur mengamati sekitarnya dengan tenang, "Kafka, Ujian Pemburu Iblis Junior mu di mulai sekarang; berhasil mengalahkan semua Demon ini dalam waktu lima belas menit tanpa mengalami kerusakan apapun."
"Dimengerti." Kafka mengangguk mengerti, tanpa membuang waktu saat dia keluar dari kendaraan untuk memulai tugasnya. Tentu, dia pun tidak lupa untuk mengambil barang-barangnya yang sudah dia persiapkan di bagasi mobil dengan cepat.
Arthur pun keluar dari mobil, berjalan ke bagian belakang mobil, dan mengambil sebuah kota berisolasi dari bagasi, lalu mengangkat tutupnya.
Di dalam kotak yang berisikan es batu itu, terlihat ada minuman dingin yang terbalut dengan es batu.
Dia mengambil barang salah satu minuman kaleng yang ada di sana, suara desis terdengar keluar di saat membukanya, di mana dari sana semburan gelembung-gelembung dingin yang menyegarkan terlepaskan.
Di iringi oleh musik yang mengalun dari mobil, Arthur bersandar di pintu, mengamati tindakan Kafka sambil menyeruput soda dingin miliknya.
Bersamaan dengan bunyi soda yang mendesis, suara peluru yang dimasukkan pun bergema.
Kafka, bersenjatakan pistolnya, mendekati para Demon itu.
Sepatu botnya berbunyi klik di tanah pada setiap langkah; tap, tap--tap, tap-tap-tap! Saat dia semakin dekat, Kafka beralih dari berjalan ke berlari, secara bertahap meningkatkan kecepatan miliknya.
Para Demon sendiri tampak sudah berkumpul di sekitar dirinya.
Tepat sebelum memulai, Kafka membuka mulutnya; "Dengarkan aku..."
Gelombang energi spiritual yang kuat menyebar seketika, mirip sutra laba-laba ungu, dengan kuat menarik perhatian semua Demon.
Pada saat kemampuan Kafka meningkat, dia pun menyadari bahwa menggunakan kata-kata panduan yang spesifik dapat meningkatkan efektivitas Teknik Spirit Whisper miliknya.
Di bawah pengaruh dari teknik tersebut, para Demon itu tanpa sadar menjadi terpikat.
Kemudian, suara yang mereka dengar berubah dari acuh tak acuh menjadi sangat dingin dan memerintah. Dalam arti yang sederhana, nada penuh dominasi dapat terdengar di baliknya meski samar-samar; "Kalian semua, berhenti."
Semua Demon tiba-tiba membeku di tempatnya.
Di sisi lain, Kafka terus mempercepat langkahnya. Menyusup di antara para Demon seperti algojo, sosoknya yang lincah membidik dan menembak dengan tepat. Setiap semburan api dari moncong senjatanya membuat Demon lainnya jatuh ke tanah.
Gerakan dari gadis itu cepat dan tegas, tanpa sedikit pun keraguan. Menghadapi lebih dari selusin Demon sendirian, dia menunjukkan dominasi yang luar biasa.
Hanya dalam tiga tahun saja...
Gadis kecil yang dulu gemetar di tengah hujan, mencari perlindungan di bawah mantel seorang Pemburu Iblis, telah tumbuh ke tingkat yang tangguh ini.
Bahkan, belum sampai lima menit berlalu --- dalam hitungan menit saja, semua Demon itu yang jumlahnya beberapa lusin tergeletak di tanah.
Melihat dari jauh sambil menyeruput sodanya, Arthur tak dapat menahan rasa kagumnya; "Kemampuan tipe kontrol sungguh berguna, andai saja aku punya satu."
Meski begitu, pada akhirnya itu hanya keinginan sesaat saja. Mengingat, dari sudut pandang Arthur, senjata miliknya jauh lebih berguna untuk melakukan pembantaian seperti itu.
Kurang dari lima menit kemudian, Kafka memasuki fase penyelesaian.
Dia mengangkat sepatu botnya yang kokoh, menginjak-injak para Demon tanpa ampun. Setiap kali ada bunyi dentuman, jika masih ada tanda-tanda kehidupan yang terdeteksi, dia akan melanjutkannya dengan tembakan tambahan.
Dengan cermat memeriksa satu demi satu, dia memastikan tidak ada Demon yang tersisa berdiri.
Pada saat dia melakukan tindakan tersebut, aura samar niat membunuh tiba-tiba muncul di wajahnya.
Sementara itu, di dekat SUV, sesosok Demon keluar dari toko suvenir. Demon itu tampaknya telah terperangkap di balik pintu yang sebelumnya dan kini, setelah berhasil terbebas ia langsung menyerang ke arah Arthur.
Baru saja menghabiskan soda miliknya, Arthur menghancurkan kaleng itu dan melemparnya dengan kecepatan yang luar biasa. Kaleng itu mengenai kepala Demon tersebut tepat di bagian atas kepalanya, dan tentu langsung membunuhnya.
Setelah pukulan terakhirnya selesai, Kafka mendekati lokasi SUV.
Arthur kemudian mengeluarkan kertas dan pena, menulis laporan misinya sebelum menunjuk ke tanah dengan ujung penanya; "Kaleng Soda."
Kafka terdiam, aura membunuhnya langsung menghilang.
Sikapnya yang tenang namun menawan kembali muncul di saat dia mempercepat langkah kakinya, di ikuti oleh kuncir kudanya yang berwarna ungu yang bergoyang dengan anggun. Dia berjalan cepat ke arah Demon itu, membungkuk, dan mengambil kaleng soda yang ada di sana.
Setelah mengambil kaleng soda tersebut, Kafka segera berdiri tegak. Ia melirik Arthur, mengedipkan mata ungunya yang indah padanya.
"Buang saja di tempat sampah sana." Arthur mencatat pencapaian Kafka di atas kertas,, "26 Demon dikalahkan dalam lima menit, termasuk tiga Lesser Demon...."
Melihat Kafka membuang kaleng itu dan berjalan menuju ke bagasi, Arthur tiba-tiba meninggikan suaranya; "Hanya jus jeruk saja yang boleh!"
"... Oke."
Kafka mengerutkan bibirnya dengan pelan, dia mengalihkan pandangannya dari minuman cola ke jus jeruk di sudut, sebelum pada akhirnya mengambil sebotol.
Kafka mendekat sambil membawa jsu jeruk miliknya.
Arthur yang melihat hal itu segera memindahkan pena miliknya ke tangan kiri, sebelum dia mengangkat tangan kanannya untuk mengacak-acak rambut Kafka dengan lembut. Ekspresi Kafka tampak santai, matanya menyipit karena puas sambil menyeruput jus jeruksnya.
Gerakan-gerakan yang dulunya canggung kini sudah menjadi lebih terlatih.
Arthur kemudian berkeliling taman hiburan, membersihkan sisa-sisa Demon dan menghancurkan benteng mereka.
"Ayo pergi. Pertama, kita akan kembali ke pos Pemburu Iblis, lalu mengunjungi Karen."
Saat menyebutkan Karen, Kafka terlihat menunjukkan reaksi yang nyata, sebelum akhirnya mengangguk dengan pelan.