"Pesan es krim dan menisan yang biasa." Arthur mengatakan hal itu kepada pelayan, yang mungkin karena sudah lebih dari tiga tahun dia selalu datang ke sana, jadi tentunya sang Pelayan memahami maksud di baliknya.
"Baiklah. Silakan tunggu sebentar, pesanan Anda akan segera dikirimkan." Pelayan itu kemudian pergi dari sana.
Melihat kepergiannya, Arthur mulai terjatuh ke Dunia miliknya sendiri. Lebih tepatnya lagi, dia keasikan memainkan Harpa miliknya, sambil menyenandungkan sebuah lagu yang berasal dari Dunia asalnya.
Lagu itu menarik perhatian semua pengunjung, di tambah dengan lencana perak yang menggantung di bahu kirinya, tentunya membuat orang-orang segera mengenali siapa orang yang sedang memainkan harpa tersebut.
"Apa dia ini [Prince] yang itu?"
"Maksudmu, orang yang juga di kenal sebagai [Berserker]!? Pemburu termuda yang naik peringkat dengan cepat!?"
Tentu saja, meskipun suara-suara itu memenuhi latar belakang. Tidak ada satu pun hal yang menarik perhatian darinya, karena bagi Arthur, menjalin hubungan di Dunia ini tidak mungkin dilakukan.
Terutama, mengingat dia akan langsung pergi dari sini, tepat setelah dirinya berhasil menyelesaikan Misinya di sini.
Setelah pergi dari sana, Arthur kembali memburu Demon seperti biasanya. Sebuah perburuan santai yang bahkan, tidak membuatnya berkeringat sama sekali.
'Failnaught, aku benar-benar mencintaimu. Kamu membantuku mempercepat penyelesaian dari misi ini.'
Hari itu akan kembali berakhir seperti biasanya, kalau saja tidak ada panggilan tugas yang datang dari ponselnya.
["Datanglah segera ke New Babylonia!! Demon peringkat atas baru saja muncul di sana!!"]
Tentu saja, bagi Arthur yang perlu membunuh seratus juta Demon, hal ini merupakan kesempatan yang tidak boleh dirinya lewatkan. Mengingat, biasanya kemunculan Demon kelas atas akan berbarengan dengan munculnya banyak Demon kelas Bawah.
Sambil mengendarai motor miliknya, Arthur bergegas menuju ke lokasi kejadian.
Di sana, dirinya segera di sambut oleh pemandangan mengerikan, yang sejujurnya sudah agak terlalu sering di lihat olehnya. Apalagi, mengingat seberapa gilanya dia farming beberapa tahun belakangan ini.
Hanya saja, kali ini, ada sesuatu hal yang menarik perhatian dirinya. Sesuatu hal ini jarang sekali, bahkan mungkin, baru kali ini di lihat olehnya.
Di antara kerumunan orang yang berlari mencoba untuk menyelamatkan diri dan menjauh dari sana, seorang gadis kecil imut dengan rambut dan mata yang sama-sama berwarna merah anggur. Hanya saja, mata dari gadis ini tampak sangat kosong, seolah...
'Diringa kehilangan tujuan hidup dan keinginannya untuk hidup.'
Salah satu tanda seseorang bakal berubah jadi Demon.
Sementara Arthur terjatuh di dalam pikirannya sendiri, gadis itu tampak mulai melirik ke arahnya dan bahkan, ia mulai berjalan mendekat.
Aneh, kalau boleh jujur sih. Lagi pula, melihat gadis mungil yang imut ini dengan santainya berjalan melalui kerikil tajam dan pecahan kaca, tanpa sama sekali terlihat kesakitan.
Untung saja, Arthur segera menyadaringa dan mengangkat anak itu untuk di gendong, sebelum dia berlari menjauh dari sana untuk mencari perlindungan.
"Apa kamu tidak merasa sakit sama sekali melewati kerikil dan serpihan kaca itu?" Arthur mengatakan hal itu sambil mencoba untuk membersihkan luka yang ada di kaki gadis tersebut.
Kemudian, setelah dirinya selesai, Arthur segera melepas mantelnya dan memakaikannya kepada gadis tersebut, sebelum ia berkata; "Tunggu di sini sebentar, aku akan segera kembali."
Bersama dengan harpa yang di pegang olehnya, Arthur bergegas untuk pergi dari sana. Meninggalkan gadis tersebut yang hanya bisa meliriknya saja dalam diam.
Tidak ada yang tau apa yang sedang gadis itu pikirkan sekarang. Tapi yang pasti, setelah lebih dari lima menit Arthur belum kembali juga, kedua tangan miliknya mulai menggenggam mantel yang sedang dikenakan olehnya dengan erat.
...
Sementara itu, di sisi Arthur sendiri.
Pertarungan yang dari sudut pandang pengamat sih, lebih tampak seperti PEMBANTAIAN...
Ahem!! Intinya, Arthur terlihat berlari melalui reruntuhan dari perumahan tersebut, sambil tentunya melepaskan berbagai peluru vakum ke berbagai Demon yang mencoba untuk menerjangnya.
Bukan cuman itu saja, dia bahkan menciptakan jebakan yang terbuat dari peluru vakum miliknya, di mana setiap Demon yang melewati tempat di mana jebakan itu berada, tubuh mereka akan langsung pecah dan berhamburan ke mana-mana.
'Dimana pemimpinnya?' Untungnya, tidak lama setelah memikirkan hal itu, Arthur segera menemukan Demon yang sedang di cari olehnya.
Berdiri dengan tegap di area yang cukup luas, sang Demon tampak seperti memiliki kemampuan tambahan yang cukup unik, di mana ia terlihat memancarkan petir ungu dari sekujur tubuhnya.
"Cepatlah pergi dari sini, anak muda!! Demon ini tidak mungkin bisa dikalahkan olehmua!!" Orang yang berbicara ini adalah Pemburu Iblis paruh baya.
Arthur hanya meliriknya saja sebentar, sebelum dia kembali fokus dengan Demon yang ada di depannya.
"Jangan bertindak sok begitu!! Dia itu Demon tingkat atas! Bahkan Pemburu peringkat A sepertiku pun tidak bisa mengalahkannya! Apalagi orang sepertimu!! Cepat pergi dari sini dan segera laporkan hal ini ke markas!!"
Hanya saja, seperti yang sebelumnya. Tidak ada jawaban sama sekali. Terasa seperti...
... Pemuda itu benar-benar mengabaikannya.
Melihat pemuda itu yang sedang menghindari berbagai serangan yang Demon tersebut lancarkan, Pemburu Paruh Baya itu hanya bisa mendecak lidahnya saja dengan penuh rasa frustasi, karena...
'Sialan... Kenapa dia enggak pergi aja? Jadi, aku bisa dapet kredit dari menyelamatkan seorang junior.'
Tentu saja, pemikiran itu muncul akibat penampilan Arthur yang tampak masih sangat muda. Dimana, hal tersebut pun diperburuk dengan dirinya yang lupa memasang pangkat perak miliknya.
Kembali ke sisi Arthur.
Dia sebenarnya agak bosan dengan serangan monoton yang dilancarkan oleh Demon ini. Karena, meskipun secara kekuatan memang sangatlah kuat, tapi secara kepintaran benar-benar sangat rendah.
'Terus, siapa yang bisa membuat kelicikan seperti ini?'
Licik? Ya, dari laporan yang di sapat olehnya. Demon yang menyerang bagian kota ini sangatlah licik, mengingat berkat dirinya beberapa personil Bronze yang di kirimkan oleh organisasi mati secara terus menerus.
Selain itu, penyerangan ini pun benar-benar terencana sekali. Mengingat, mereka menyerang di sore hampir malam, di saat para Pemburu sedang istirahat dan ada begitu banyak orang yang berlalu lalang di daerah sini.
'Kemungkinan, ada satu Demon lain yang jadi otak di balik semua hal ini.'
Meski begitu, karena sepertinya Demon itu sudah pergi. Jadi, Arthur memutuskan untuk langsung saja membunuh Demon yang ada di depannya ini dengan cepat.
"Suara kesakitan... alunan kesedihan. Ketahuilah bahwa kesedihanku akan mencabik dagingmu...
Failnaught ...
Selamat tinggal."
Menarik beberapa senar sekaligus, Arthur langsung mengirimkan gelombang peluru vakum berwarna merah, dengan kecepatan yang sangat cepat, membunuh Demon tersebut hanya dalam satu serangan saja.
Tentu saja, kejadian itu menyebabkan Pemburu Iblis Paruh Baya itu terdiam dan tidak bisa berkata-kata. Dimana, pada saar Arthur berjalan melewati dirinya, ia pun akhirnya berbicara.
"Belajarlah lebih baik lagi untuk berbohong. Lagu pula, kebohonganmu itu terdengar sangat jelas sekali."
Begitu saja, meninggalkan orang itu tanpa tau ekspresi apa yang sedang dimiliki olehnya, Arthur berjalan kembali menuju tempat di mana seseorang sedang menunggunya.
...
Melihat kakak laki-laki yang sebelumnya akhirnya kembali, ada sedikit perubahan di mata miliknya, tapi dengan cepat kembali kosong.
"Maaf membuatmu menunggu."
"Hmm?" Gadis kecil itu hanya menatapnya saja dengan penuh kebingungan, menyebankan helaan nafas keluar dari mulut Arthur.
'Apa yang harus aku lakukan sekarang?'
Lagi pula, gadis ini menunjukkan gejala awal sebelum manusia berubah menjadi Demon. Dan, kalau saja ada Pemburu lain yang melihatnya, mereka kemungkinan akan segera membunuhnya.
Apalagi, mengingat betapa di bencinya Demon di Dunia ini. Tidak dipungkiri kalau ada seseorang seperti gadis ini terlihat, beberapa orang mungkin akan menjadikannya sebagai pelampiasan rasa frustasi mereka.
Pada akhirnya, setelah bergelut secara batin, Arthur berakhir memutuskan untuk membawanya saja dulu bersama dengannya. Sekalian...
... Mengakhiri perburuan Demon lebih cepat dari biasanya.
'Aku harus membayar kehilangan ini besok.'
✽✽✽✽✽✽✽✽✽✽
Promosi Tak Tahu Malu:
Jika Anda menyukai cerita nya hingga sejauh ini, pertimbangkan untuk mendukung saya!! Bantu saya di https://trakteer.id/aster_souji_pendragon!! Hanya dengan 5k saja, Anda sudah sangat membantu saya!!
Anda juga bisa memfollow akun Instagram saya di @panagakos_void!! Untuk mengetahui novel-novel baru yang mungkin akan saya buat!!
Catatan Penulis:
Yeyy!! Update kembali!!
Bab kali ini rasanya seperti penurunan, tapi tenang saja, karena masih awal, kedepannya pasti bakal jadi lebih bagus lagi!!
Oh ya, ada yang tau siapa gadis kecil yang ditemuin MC ini?
Dia nanti bakal jadi salah satu karakter krusial yang bikin perkembangan mental MC menuju ke arah yang lucu.
Ahem! Bagi kalian yang suka, bisa tinggalkan Stone kalian di sini, komen hal-hal yang perlu di tambahkan dan di perbaiki (Ini sangat diperlukan Author, jadi kalo bisa, tolong lakukanlah), dan share hal ini ke teman-teman kalian, supaya kalian ada obrolan dengan mereka dan tidak lost connetion seperti author kalo lagi ngobrol sama temen" author wkwkwkwk
Itu saja sih yang ingin author sampaikan, kalau begitu, sampai jumpa lagi nanti!
Adios!