Chereads / Reborn in 1985: Ace Game Producer / Chapter 16 - Demi Sebuah Impian

Chapter 16 - Demi Sebuah Impian

Three Kingdoms Kill benar-benar meledak! Meskipun Liu Chuan sudah mempersiapkan diri, ia tak menyangka antusiasmenya akan sebesar ini. Baru saja acara tanda tangan Sensei Rukawa selesai, seluruh stok Three Kingdoms Kill di toko FamilyMart di Tokyo ludes terjual. Dari 10.000 set edisi pertama yang dicetak, 5.000 set yang didistribusikan ke Tokyo habis dalam sekejap.

Kepopulerannya terus merambat keluar dari Tokyo dan menyebar ke seluruh Jepang. Menghadapi lonjakan permintaan yang tak terduga ini, Seiyu Commerce segera menghubungi Drakonic dan pabrik produksi untuk mempercepat pencetakan.

10.000 set… 20.000 set… 50.000 set… 80.000 set… 100.000 set… Entah berapa kali mereka sudah melakukan pencetakan ulang. Setiap kali dipajang, stok langsung ludes. Hingga mencapai penjualan sekitar 200.000 set, barulah penjualannya mulai stabil. 

Semua orang benar-benar takjub dengan angka ini. Dua ratus ribu set, dengan harga jual 800 yen per set dan keuntungan bersih per set sekitar 200 yen setelah dikurangi biaya dan pajak. Itu berarti keuntungan bersih mencapai 40 juta yen! 

Tatapan Hiroshi dan Shugo pada Liu Chuan penuh dengan kekaguman. Takahashi Hiroshi terperangah, tak percaya bahwa hanya karena satu ucapan "game ini seru," permainan itu bisa terjual sebanyak ini. Bahkan Cai Guangzu ternganga, kehilangan kata-kata. Empat puluh juta yen… baginya, jumlah itu adalah sesuatu yang tak mungkin dicapainya dalam hidupnya.

Sementara itu, Yamasaki Nozomi langsung mendatangi Liu Chuan dengan tatapan serius.

"Liu Chuan, aku juga mau gaji…" katanya dengan suara pelan.

"Eh? Bukannya kamu sendiri yang bilang nggak mau digaji?" tanya Liu Chuan, sedikit bingung.

"Itu… itu karena aku kasihan padamu yang miskin waktu itu… Pokoknya kamu harus menggajiku! Aku kan presiden direktur perusahaan, kalau nggak mau, aku pecat kamu!" ancam Nozomi, pura-pura galak.

"Baiklah, baiklah, aku menyerah… sama seperti gaji Takahashi bersaudara, 300.000 yen per bulan tanpa perlu absen setiap hari, gimana?"

"Hmph, itu baru adil…" jawab Nozomi dengan puas. Sejak diusir dari keluarganya, keuangannya memang agak ketat. Demi menolong Liu Chuan, ia sering membuat makan malam tambahan, sampai-sampai membatasi pembelian camilan yang biasa ia makan. Kini, akhirnya ia bisa membeli camilan sesukanya lagi.

Drakonic diliputi suasana gembira. Namun, Liu Chuan tetap tenang. Baginya, ini baru awal. Dua ratus ribu set—angkanya serupa dengan penjualan edisi pertama Penguin Club, yang berarti pembeli awal ini sebagian besar adalah penggemar Sensei Rukawa.

Liu Chuan yakin, ledakan sesungguhnya Three Kingdoms Kill masih menunggu. Toh, permainan ini memang sangat seru, dan para pemain pertama pasti akan menyebarkan kesenangannya. 

"Hiroshi, Shugo, jangan kendurkan pengawasan. Pastikan pabrik terus mencetaknya," ujar Liu Chuan dengan tenang.

"Tenang saja, Bos!" balas shugoi penuh semangat. Kali ini, ia benar-benar mengakui Liu Chuan sebagai pemimpin mereka.

Liu Chuan tersenyum, lalu melanjutkan, "Hiroshi, hubungi Yokoyama Sensei dan coba negosiasikan hak lisensi untuk karya Romance of the Three Kingdoms-nya. Kita harus melanjutkan momentum ini dengan merilis Three Kingdoms Kill edisi spesial Yokoyama, edisi terbatas 10.000 set!"

Mendengar itu, mata Hiroshi langsung berbinar. Saat ini, animasi Romance of the Three Kingdoms karya Yokoyama sedang populer. Jika edisi spesial dirilis, popularitas Three Kingdoms Kill pasti makin melonjak. Ia kagum—Bos Liu tidak hanya pandai membuat game, tapi juga jago dalam hal pemasaran!

"Siap, Bos. Ada lagi yang harus dikerjakan?"

"Ya, belakangan ini, coba cari gedung kantor yang cocok untuk disewa. Setelah itu, kita butuh merekrut seorang desainer grafis berpengalaman," kata Liu Chuan sambil tersenyum. 

Sekarang sudah punya dana lebih, tentu ia ingin memperbaiki kondisi kerja. Lagipula, masa iya mereka terus berkantor di ruang tamunya?

Hiroshi dan Shugo sangat bersemangat. Mereka tahu perusahaan akan segera berkembang, dan sebagai anggota inti, keuntungan mereka juga akan meningkat. 

"Oke, Bos. Kami langsung kerjakan sekarang juga!" seru Hiroshi sambil bergegas keluar.

Ruangan menjadi sepi, hanya tersisa Cai Guangzu yang tampak canggung menatap Liu Chuan. Liu Chuan tahu apa yang ingin dikatakan Guangzu, tetapi sengaja berpura-pura tak peduli.

Akhirnya, Cai Guangzu tak tahan dan dengan kikuk bertanya, "Kak Liu, bolehkah aku ikut membantumu?"

"Hehehe, Guangzu, kalau kamu ikut, kira-kira apa yang bisa kamu kerjakan?" tanya Liu Chuan sambil tersenyum.

Cai Guangzu terdiam. Ia tak menyangka akan mendapat pertanyaan seperti itu.

Ya, apa yang bisa ia kerjakan? Selain memotong ikan, ia tak punya keterampilan lain. Lagipula, sebagai imigran ilegal, ia bahkan tak bisa mengerjakan tugas-tugas kecil sekalipun.

Tatapan Cai Guangzu mendadak meredup. Melihat itu, Liu Chuan sadar mungkin gurauannya kelewatan. Ia segera menepuk bahu Guangzu, berkata, "Guangzu, aku cuma bercanda. Mulai besok, bicarakan dengan Tanaka-san dan langsung datang ke sini."

"Tapi… Kak Liu, aku ini… apa yang bisa kulakukan… aku tak bisa apa-apa…" jawab Guangzu dengan murung.

"Tidak bisa, ya bisa belajar dong! Guangzu, masih ingat dengan impianmu?" 

Guangzu mengangguk, mata yang tadinya murung mulai berbinar lagi.

"Bagus. Mulai besok, kamu harus belajar keras, sampai bisa masuk universitas! Capailah impianmu!"

"Itu tidak mungkin, Kak Liu… aku…"

"Jangan buru-buru menolak, Guangzu. Aku memang punya kepentingan pribadi. Kamu adalah sahabat terbaikku. Nantinya, aku akan melakukan banyak hal, dan pasti butuh bantuanmu. Tapi hanya jika kamu punya pengetahuan yang cukup, kamu baru bisa benar-benar membantuku."

"Jadi, Guangzu, kalau kamu mau membantuku, kamu harus berusaha keras agar bisa masuk universitas. Mengenai biaya kuliah, jangan khawatir. Gajimu nanti akan kupotong untuk membayar biaya itu! Hahaha, aku ini sekarang kan seorang kapitalis!" canda Liu Chuan sambil menepuk bahu Guangzu, membuatnya terharu.

"Kak Liu, aku… aku pasti akan masuk universitas, dan aku akan membantumu!" jawab Guangzu, matanya berkaca-kaca.

---

Sebuah Rumah Mewah di Osaka

"Takebe, bagaimana kabar Nozomi belakangan ini?" tanya seseorang di dalam ruangan.

"Ketua, Nona tampaknya baik-baik saja. Perusahaannya baru saja meluncurkan permainan kartu bernama Three Kingdoms Kill."

"Permainan kartu? Nozomi sedang apa? Zaman sudah maju, masih ada yang main permainan kartu? Takebe, tolong beli beberapa untuk bantu penjualan Nozomi."

"…"

"Ada apa, Takebe?" 

"Ketua, permainan Three Kingdoms Kill sudah habis terjual di seluruh Jepang. Stoknya sudah ludes…"

"Apa? Ludes terjual?"

"Ya, jumlahnya sudah mencapai ratusan ribu kopi."

Pria itu terduduk kaget, gelas teh di tangannya kembali hancur.

"Takebe, kau bilang berapa banyak?"

"Ratusan ribu, Ketua. Berdasarkan hitungan kasar, dengan harga 800 yen per kopi, Nona sudah menghasilkan puluhan juta yen…"

"Nani? Puluhan juta yen? Permainan kartu bisa menghasilkan uang sebanyak itu?"

"Ehm… saya tidak tahu…"

"Baiklah. Takebe, cari tahu lebih banyak tentang ini. Jangan sampai Nozomi tahu…"