```
"Hehe, tentu saja, Kakak Xiao. Atau bagaimana kalau gini—kamu nggak usah ikut kelas lagi, kita main saja! Apapun yang kamu nggak mengerti, aku bisa ajarin. Pastinya penjelasan aku jauh lebih bagus dari guru-guru, hehe."
"Um..."
"Hehe, aku cuman bercanda kok! Aku masih pengen lihat Kakak Xiao tendang orang-orang di kelas, jadi tentu saja, kamu harus datang."
"..."
Pikiran Xiao Yi seperti kebanjiran keringat. Kenapa cewek ini kayaknya punya kecenderungan kekerasan, begitu terobsesi dengan ide menendang orang?
"Kakak Xiao, kamu dari mana??"
"Desa Daling."
Di tengah-tengah kebingungannya, Xiao Yi akhirnya mendapat pertanyaan dari Zeng Xiaoxiao yang bisa dia jawab dengan normal.
"Dimana itu Desa Daling?"
Kali ini, giliran Zeng Xiaoxiao yang terdiam, menatap Xiao Yi dengan mata terbelalak.
"Itu ada di kaki Gunung Daling."
Xiao Yi menjawab dengan serius.
"Dan dimana itu Gunung Daling?"
Zeng Xiaoxiao merasa seperti mau ambruk.
"Di belakang Desa Daling."
"..."