Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

UnbrokenChain

MuchamadDz
--
chs / week
--
NOT RATINGS
425
Views
Synopsis
Ezhan Ferron, pemuda dengan masa lalu kelam, kehilangan keluarganya dalam pembantaian dan dijual sebagai budak sebelum diadopsi oleh keluarga Ferron. Terperangkap antara dua dunia, ia menemukan kekuatan misterius bernama Aura Sparks. Dengan kekuatan ini, Ezhan harus menghadapi takdirnya dan menyelamatkan dunia aslinya yang dilanda kekacauan, sambil belajar mengendalikan kekuatan yang bisa menghancurkannya.
VIEW MORE

Chapter 1 - Rantai Takdir

Di balik tirai jendela kamar yang besar, Ezhan duduk diam, menatap langit kelabu yang menggantung rendah di atas kota Msohawk. Angin pagi berhembus melalui celah-celah kecil di jendela, membawa aroma dingin yang menusuk hingga ke tulang. Di luar, Asheer, falcon jantan yang menjadi teman sejatinya, terbang dengan gesit di atas gedung-gedung tinggi, mengikuti jalur yang tak terlihat oleh mata manusia.

Sejak pertama kali melihat burung itu bertengger di jendela kamarnya, Ezhan tahu bahwa dia tidak akan pernah benar-benar sendirian. Namun, dalam dunia yang penuh dengan rahasia dan kekuatan gelap, Asheer adalah satu-satunya yang tidak menghakimi. Burung itu tak pernah bertanya tentang keluarganya, tak pernah menuntut penjelasan tentang siapa dirinya. Di dunia yang penuh dengan perhitungan dan kepalsuan, hanya Asheer yang memahami keheningan yang ada di dalam dirinya. Burung itu adalah satu-satunya yang tak pernah bertanya atau menghakimi hanya ada kebebasan yang tiada batas.

Namun kebebasan itu tak pernah dirasakannya. Sebagai anak angkat dari Don Ferron dan Nadia Ferron, Ezhan terlahir dalam dunia yang penuh dengan bayang-bayang kekuatan gelap. Keluarganya, pemimpin mafia terbesar di Msohawk, adalah simbol dari ketakutan dan kekuasaan yang tak terbantahkan. Semua orang tahu siapa mereka, dan lebih dari itu semua orang tahu siapa Ezhan. Ia bukan hanya anak angkat, ia adalah pewaris dari kerajaan kekuasaan yang tersembunyi di balik darah dan kehancuran.

Di luar tampilan luar yang sempurna, tampan, kuat, jenius Ezhan tahu bahwa tak ada yang benar-benar melihat dirinya yang sebenarnya. Mereka hanya melihat keluarga Ferron, hanya melihat anak dari mafia. Meskipun ia memiliki otak yang tajam, kemampuan luar biasa dalam segala hal, dan kekuatan yang memadai untuk mengalahkan siapa pun, ia selalu terisolasi. Tak ada yang berani mendekat, tak ada yang bisa melihat lebih dari sekadar bayangan dirinya yang dibentuk oleh nama besar keluarganya.

**********

Hari itu, seperti biasa, sekolah adalah tempat di mana ia merasa tidak ada tempat untuknya. Daneena dan Ayumi, dua gadis yang paling dekat dengan Ezhan, selalu berusaha untuk mengerti, meski mereka tahu betul siapa dirinya. Meskipun begitu, kedekatan mereka dengan Ezhan terbatas tak bisa lebih jauh karena dunia di sekitar mereka penuh dengan ketakutan. Ada juga Glogi, teman pria yang berasal dari keluarga miskin. Glogi yang tak peduli dengan nama besar Ferron, hanya melihat Ezhan sebagai teman-teman yang mungkin bisa merasakan apa yang ia rasakan.

Namun hari ini, sesuatu terasa berbeda. Di tengah keramaian kelas yang membosankan, seorang siswa baru muncul Bessara. Tidak seperti yang lain, Bessara tidak terintimidasi oleh keberadaan Ezhan. Bahkan, dia tidak peduli dengan status sosial atau masa lalu keluarga besar Ferron.

**/

"Aku tahu siapa kamu," kata Bessara, dengan senyum yang lebih seperti sebuah teka-teki daripada sebuah sapaan biasa. "Kamu lebih dari sekadar anak dari keluarga Ferron. Kamu punya takdirmu sendiri, dan itu lebih besar dari yang kamu kira."

Ezhan memandang Bessara dengan tatapan dingin, tidak mengungkapkan apapun. Tapi dalam hatinya, sebuah pertanyaan besar mulai muncul: Bagaimana bisa dia tahu? Siapa dia sebenarnya, dan mengapa dia bisa berbicara tentang takdir Ezhan seperti itu? Siapa Bessara ini, dan mengapa dia bisa bicara tentang takdirnya seolah-olah dia sudah lama mengenalnya?

***/

"Takdir?" ucap Ezhan dalam hati, suara itu bergema dalam pikirannya. "Kenapa orang konyol ini mengatakan hal yang tak ku mengerti?"

Seperti biasanya, ia bersikap begitu dingin, seolah dunia tidak mampu menyentuhnya.

***Jam istirahat pun tiba, dan Ezhan memutuskan untuk pergi ke kantin, Ezhan tidak biasanya pergi kekantin dia lebih sering dibawakan bekal oleh bibi pengasuhnya atau tidak makan sama sekali tetapi hari itu berbeda Ezhan pergi untuk jajan dikantin.

ia menuju ke ibu kantin, yang sedang sibuk melayani pelanggan lain. Begitu ibu kantin melihat Ezhan mendekat, ekspresi wajahnya langsung berubah. Ia tahu siapa Ezhan, dan tak jarang ia mendengar bisikan tentang betapa dinginnya anak muda itu, betapa menyeramkannya nama Ferron di Msohawk.

***/

"Bu, nasi kuningnya satu, sama ayam dada," pesan Ezhan dengan suara datar.

Ibu kantin, yang biasanya melayani dengan senyum ramah, kini tampak terkejut dan ketakutan.

"... B-bbaik, tuan," jawab ibu kantin dengan suara gemetar, keringat dingin mengalir di pelipisnya.

Ezhan melihat ibu itu dan duduk dengan membawa makannya di pojok meja makan kantin, semua mata tertuju padanya. Ntah itu perempuan atau laki-laki.

Ezhan bergumam "cihh...ini alasannya kenapa aku benci dengan keberadaan diriku sendiri."

***Tiba-tiba, suara keras memecah keheningan Braaaaakkkk!!

Ezhan mengangkat kepalanya dengan tenang, hanya sedikit terkejut, tetapi wajahnya tetap seperti batu es, tak terbaca.

Di depannya, berdiri Bessara, yang tersenyum lebar dengan ekspresi konyol, seolah-olah baru saja melakukan lelucon besar. Bessara, dengan tubuh yang sedikit terguncang karena aksinya, hanya tertawa kecil, namun tidak ada ketakutan di wajahnya.

Ezhan hanya menatapnya, tanpa bicara. Kerutan di dahinya sedikit terlihat, tapi tak ada perubahan dalam ekspresinya.

***/

"Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri, zhan," kata Bessara dengan nada yang lebih dalam, tapi masih ada kelakar di matanya. "Kamu tak akan tahu, hidupmu bisa berakhir dengan bagaimana berakhir tragis atau bahagia, tergantung bagaimana kamu memilih untuk menjalani takdirmu."

Ezhan hanya menatapnya tanpa berbicara, namun matanya menyiratkan pertanyaan mendalam dan penuh kebingungan.

"Dengar, keputusanmu saat ini adalah hasil bagaimana masa depan itu terjadi, Ezhan," lanjut Bessara, tanpa gentar. "Kekuatan, kekuasaan dan kemampuan dalam dirimu itu semua bisa jadi beban. Kamu tahu itu. Tapi takdirmu… takdirmu itu bukan hanya soal masa lalu yang gelap. Itu tentang pilihan yang akan kamu buat ke depan."

Ezhan menatap dengan dingin Bessara anak baru yang mencoba sok tahu didepan dirinya. "Kau itu siapa badjingan mencoba menceramahi ku?"

Bessara tertawa terbahak-bahak "kau...hahaaha kau tidak bisa menyembunyikan ketakutanmu terhadap takdirmu sendiri bahwa kenyataan kau merupakan anak angkat dari Keluarga Ferron, Kau benar-benar payah, bego" Bessara mulai berbicara dengan nada yang serius.

"Aku Bessara, aku merupakan kaisar dari kekaisaran tua Byzantium dengar aku datang jauh dari peradaban saat ini aku datang karena aku tahu takdir yang akan menimpa dunia di masa depan"

Ezhan mengerutkan keningnya, bingung dengan apa yang baru saja dikatakan. "Cuih, bicaramu sok sekali, brengsek. Memangnya kau tahu apa soal diriku? Kau baru saja datang ke sini, dan sok paling peduli dengan hidupku. Bahkan aku sendiri tidak peduli dengan keberadaanku!" Kata Ezhan dengan tatapan dingin dan mengerikan, seolah memancarkan aura yang bisa membekukan siapapun yang menghadapinya.

Mereka berdua saling bertatapan dengan tajam

***Disisi lain ada anak perempuan yang sedang dilecehkan oleh kakak kelas 9.

Tiba-tiba, suasana berubah seketika. Dari arah belakang mereka,

Heyy, bocah! Bentuk tubuh mu ini benar-benar mengesankan, ya!" ucap salah satu dari tujuh kakak kelas yang sedang mengelilingi seorang perempuan, yang tampaknya baru saja menjadi sasaran pelecehan.

"Ehhhergh, mau apa kalian, pergi!" teriak perempuan itu dengan tubuh gemetar, jelas merasa terpojok.

Bagaimana kalau pulang sekolah kita perkosa saja dia? Hahahaha!" ucap Hamdan, salah satu dari tujuh kakak kelas tersebut, dengan tawa yang penuh ejekan.

Senyuman di wajah Bessara tiba-tiba menghilang, dan ia segera menoleh ke arah keributan itu. Tetapi Ezhan, yang sudah lama terbiasa dengan kekerasan, bahkan di luar kendali dirinya. Dia melangkah dengan dingin menuju salah satu diantara mereka dan.....

BRAAAK

Suara keras terdengar, menghentikan semua keributan di sekelilingnya. Salah satu dari pelaku pelecehan terjatuh ke lantai, tak sadarkan diri, setelah sebuah tendangan yang sangat cepat dan keras menghantam tengkuk lehernya. Ternyata, itu adalah Ezhan anak dari keluarga Ferron, yang selama ini dikenal hanya melalui cerita-cerita menakutkan.

Hamdan, yang terkejut melihat salah satu anak buahnya jatuh tanpa bisa menghindar, menatap Ezhan dengan kemarahan yang mendalam. "Sialan, ternyata kau anak haram keluarga Ferron!" teriak Hamdan dengan marah.

Namun, tak memberi kesempatan untuk balasan, Ezhan dengan dingin menatap tajam kearah mereka semua. Gerakannya begitu cepat, seperti angin yang tak bisa ditangkap mata. Hamdan melangkah maju dengan niat untuk menghajar Ezhan, namun dalam sekejap, Ezhan mengayunkan tinjunya.

DUAKKK!!

Pukulan itu mendarat tepat di wajah Hamdan, membuat kepala Hamdan terpelanting ke belakang. Hamdan, yang lebih besar dan kuat daripada Ezhan, mencoba mengimbangi serangan balasan, tetapi dengan cepat Ezhan melangkah mundur dan menahan serangan berikutnya.

"Ha!" Hamdan melancarkan serangan berupa pukulan beruntun, tetapi Ezhan dengan mudah menghindari setiap serangan, bergerak dengan kelincahan yang tak terduga. "Kau tahu apa yang akan terjadi kalau kau melawan kami, anak haram?" Hamdan berteriak, serangan berikutnya dilancarkan lebih kuat.

Namun, Ezhan dengan gerakan yang sangat cepat memegang pergelangan tangan Hamdan, meremasnya hingga lengannya tertekuk. Hamdan berteriak kesakitan, tetapi Ezhan tidak menunjukkan sedikit pun belas kasihan.

PRAKK!

Dengan satu gerakan gesit, Ezhan mematahkan lengan kanan Hamdan, membuatnya terjatuh ke tanah, terengah-engah menahan rasa sakit yang luar biasa.

"Badjingan macam apa kau ini!" Ucap Ezhan dengan nada dingin

Di tengah kekacauan ini, Bessara hanya mengamati dengan senyuman tipis di wajahnya. Ia tahu, bahwa ini hanyalah permulaan. Dia harus mulai menerima kenyataan bahwa takdirnya jauh lebih besar dari yang ia kira.

Namun, tiba-tiba, seorang anak buah Hamdan yang terkena tendangan Ezhan sebelumnya mulai menggeliat. Matanya yang terbuka setengah, tubuhnya kaku, seolah kesulitan untuk bernapas. Perlahan, darah mulai mengalir keluar dari telinga dan mulutnya

Di sana, di tengah suasana yang membekukan, pria itu merasakan bagaimana nafasnya semakin berat. Suara jantungnya yang berdetak semakin pelan. Ezhan yang berdiri di dekatnya hanya memandang tanpa ekspresi, tetapi di dalam dirinya, sebuah perasaan yang sulit dipahami muncul sesuatu yang lebih gelap dan penuh beban.

"Dia... dia tidak bisa bertahan, Tuan," ujar salah satu anak buah Hamdan yang berdiri jauh, ketakutan, mata tak berani menatap Ezhan. "Tendangannya... dia....dia tidak akan selamat."

Meskipun pria itu mencoba untuk bertahan hidup, tubuhnya akhirnya menyerah. Tenggorokannya patah akibat tendangan mematikan yang dilakukan Ezhan. Perlahan, hidupnya memudar begitu saja, meninggalkan suasana mencekam yang memenuhi seluruh kantin. Tidak ada yang berani bergerak, tidak ada yang berani berbicara.

Ezhan, yang tetap dalam diam, berbalik dan mulai berjalan menjauh dari mayat yang tergeletak di lantai. Namun, saat langkahnya hampir mencapai pintu keluar kantin, suara terisak terdengar di belakangnya.

Daneena berdiri, matanya penuh dengan kecemasan dan kebingungannya sendiri. Selama ini, ia selalu diam, mengamati Ezhan dari jauh. Meskipun perasaannya terhadap Ezhan sudah lama tumbuh dalam diam, ia tak pernah punya keberanian untuk mengungkapkannya. Kini, melihat Ezhan yang baru saja mengakhiri nyawa seseorang dengan begitu mudah, membuat hatinya teraduk antara ketakutan dan kekaguman.

"zhan..." kata Daneena pelan, suaranya hampir tenggelam dalam keheningan yang mencekam. "Apa yang kau sudah lakukan?"

Ezhan berhenti sejenak, tak berbalik, tetapi jawabannya terdengar begitu dingin dan tajam, "Aku hanya melindungi diriku. Tak ada yang bisa menghalangiku."

Daneena merasa perasaan aneh dalam dirinya. Cinta dan ketakutan, keduanya berkelindan, membuat dadanya sesak. "Kau tidak seharusnya menjadi jadi seperti ini," gumamnya, meskipun ia tahu kata-katanya takkan mampu mengubah apa pun.

Ezhan mendengus pelan, matanya yang tajam menatap Daneena. "Terkadang, takdir tak bisa dihindari," ujarnya dengan suara rendah.