Desiran angin malam Vostok, di sebelah utara negeri Vallhala yang mewah dan gemerlap, membelah keheningan dengan kerasnya. Hujan salju yang turun perlahan menutupi kota yang seolah tak pernah tidur.
Fhhuussssh
Hembusan angin menyapu dingin ke sekeliling, membawa aura ketegangan yang semakin menebal.
Di tengah-tengah malam, seorang pria bejubah hitam berjalan tanpa suara. Jubahnya yang tebal tak hanya menahan dinginnya salju, tetapi juga menyembunyikan aura mematikan yang mengalir dalam tubuhnya. Wajahnya yang tersembunyi oleh penutup kepala terlihat sangat tenang, seolah-olah dia tak peduli dengan dunia di sekelilingnya.
"Hanya jubah ini yang membuatku hangat," gumamnya sambil melangkah tanpa gentar.
Tetapi tatapannya yang tajam sesekali melirik ke belakang, merasa ada yang mengikutinya.Â
Ting! Sebuah pisau melesat dengan kecepatan luar biasa, mengarah tepat ke kepalanya. Namun, dengan gerakan refleks yang sangat cepat, pria itu berbalik dan menghindar, tatapannya tetap tajam dan penuh perhitungan.
"Dengar baik-baik,"
Suara seorang pria terdengar dari balik bayang-bayang.
"Kael Thalrune, anak dari pengkhianat, si pemberontak Veilhim. Rasanya aku sudah cukup mendengar tentangmu, tetapi tak pernah menyangka akan melihatmu begitu tenang di sini. Sepertinya malam ini adalah malam terakhirmu."
Kael mengangkat alisnya, tatapannya tetap tak berubah. "Kalau kau ingin kepalaku, datanglah, badjingan." Suaranya begitu dingin, penuh penghinaan.
Stap! Dalam sekejap, pembunuh bayaran itu melompat ke udara, tubuhnya mengeluarkan elemen listrik yang menderu. "Bolt!" teriaknya, menyelipkan petir yang menyambar dengan kecepatan yang hampir tak bisa dilihat.
Namun, Kael hanya tersenyum dingin. Dengan gerakan tak terduga, dia menghilang dari pandangan, melayang di atas musuhnya,
"Kau cukup cepat untuk seukuran tikus got, ya?"
"Solaris Strom!"
Ucapnya dengan suara penuh ancaman, dan seketika itu juga petir hitam membentuk jurus yang sangat mematikan. Kael menghujamkan serangan dengan kecepatan yang sulit diikuti oleh mata manusia.
Starrrredt! Dengan kecepatan super cepat, serangan petir itu menghantam tubuh pembunuh bayaran tersebut. Ledakan energi luar biasa menghancurkan tubuhnya menjadi debu halus, mengubah seluruh area menjadi kawah kehancuran.
"Tidak lebih dari sepuluh orang?"
Kael berbisik pada dirinya sendiri.
"Kalian sudah lihat apa yang terjadi pada teman kalian? Kalian masih ingin melanjutkan?" Suaranya penuh penghinaan, seperti seorang predator yang memburu mangsanya.
Tanpa memberikan kesempatan, Kael langsung melesat menuju sisa pembunuh bayaran yang tersisa. Mereka tak sempat mengeluarkan jurus apa pun, hanya bisa melihat siluet Kael yang bergerak dengan kecepatan tak terduga. Katana miliknya menebas dengan presisi, satu per satu kepala mereka terpisah dari tubuhnya dalam kegelapan malam yang mencekam.
Duaarr! Suara petir menyambar, menyingkap siluet Kael yang mengerikan. Keheningan malam kembali menyelimuti, seolah dunia sedang menahan napas.
Kael berhenti sejenak, matanya terfokus pada sebuah brosur yang tertinggal dari salah satu pembunuh. Dia membaca dengan acuh tak acuh.
"Bounty Kael Thalrune, hidup atau mati... $1,5 juta," bisiknya, memandang brosur itu dengan tatapan tak peduli.
"Cih"
Kael mendengus. Dia melangkah pergi, menghilang di antara bayang-bayang kegelapan, meninggalkan mayat-mayat yang berserakan di belakangnya. Hujan salju turun semakin deras, seakan menyembunyikan jejak langkahnya.
Keesokan Pagi
Di rumah mewah milik Ravish Daneen, sebuah keluarga terkemuka dari clan Daneen, seorang wanita cantik, anggun, dan elegan tengah merias diri di cermin. Shazmeen Daneena, anak kedua dari tiga bersaudara, siap untuk menghadiri rapat pewaris tahta clan Daneen. Hari ini adalah hari terakhir mereka berada di bawah naungan ayah mereka, dan mereka harus hidup mandiri.
Tok-tok Suara pintu diketuk dengan lembut.
"Permisi, non, mobilnya sudah siap!" Ucap Ashina, pelayan keluarga Daneen. "Oh, terimakasih, aku segera turun!" jawab Shazmeen, suara lembutnya mengalir seirama dengan sikapnya yang penuh kewibawaan.
"Apakah semuanya sudah siap, non?" tanya Ashina.
"Sudah, bi. Terimakasih banyak atas bantuanmu," jawab Shazmeen, tersenyum lembut pada pelayannya.
Di tempat yang sangat jauh, di ruang misterius yang tersembunyi, sekelompok orang berpakaian dengan tanda wajik pada setiap pakaian mereka tengah menatap monitor besar yang menampilkan wajah Shazmeen. Mereka terhubung dengan burung-burung yang tersebar di seluruh penjuru kota.
"Dia adalah target utama kita. Jika kalian ingin semua yang kalian impikan, bawa dia padaku segera!"
Perintah seorang pria yang tampaknya memiliki kekuatan luar biasa, yang dikenal dengan nama Unknown 1.
"Dengan senang hati, Tuan. Saya akan membawanya kepada Anda," jawab Unknown 7 dengan rasa hormat yang mendalam.
"Kau itu selalu saja begitu pada tuan, seperti budak Dewa!" sindir Unknown 5.
"Tentu saja, Exile as Unknown 7. Memang sudah seharusnya seperti itu, kan?" balas Unknown 1 dengan sinis.
Rapat Clan Daneen
Rapat penting yang menentukan takdir tiga bersaudara Daneen sedang berlangsung. Para penguasa dan pengawal terkemuka hadir di tempat itu. Ravish Daneen, ayah mereka, mengarahkan pandangannya tajam pada anak-anaknya.
"Ini adalah hari terakhir kalian di bawah naunganku. Pergilah sejauh mungkin dan carilah apa arti hidup kalian yang sebenarnya! Jangan kembali hingga semua orang berterimakasih pada kalian!"
"Athena Daneen, kamu akan pergi ke negeri Estric. Temukan arti dirimu di sana!"
"Shazmeen Daneena, kamu akan pergi ke Pulau Hikani. Temukan makna hidupmu di sana!"
"Dan untuk kamu, Ander Daneen, pergilah dan taklukkan hati orang-orang Avena!"
"Baik, Ayah," jawab ketiga anaknya, masing-masing dengan wajah penuh tekad.
Semua pengawal memastikan mereka berangkat dengan aman menuju kendaraan yang akan membawa mereka ke tujuan masing-masing.
"Ini kesempatanku untuk menghancurkan rencana kalian semua, Shazmeen. Aku datang untukmu," ujar Exile, anggota dari organisasi misterius itu.
Athena dan Ander menaiki pesawat untuk menuju tujuan mereka, sementara Shazmeen menaiki kapal menuju Pulau Hikani. Di pertengahan jalan Awan gelap mulai menyelimuti kapal yang ditempati Shazmeen.Â
Shazmeen sangat merasa cemas akan hal itu,
"cuaca diluar sana benar-benar tidak bersahabat sebaiknya aku tetap di sini."Â
Duaaarrr hantaman benda berukuran sangat besar menghantam sisi kapal yang membuat kondisi kapal terombang ambing berantakan.
"Hei apa itu tadi?" Afard pengawal Shazmeen"Seperti ada benda berukuran. Sangat besar menghantam kapal ini !" Ucap Lesrac nahkoda.
"Sebaiknya berhati-hatilah banyak pegunungan es sekitar sini!" Ucap Afard
Duaaaar hantaman sekali lagi dari atas yang membuat kapal Daneena hancur berkeping keping. Afard sang pengawal langsung mencari Putri Shazmeen. Di tengah terpaan angin dan ombak laut yang sangat tinggi dia melihat sosok berdiri diatas air Dengan tenang dan misteriusÂ
"Hei siapa disana." Ucap Afard sambil berusaha menuju sosok misterius itu.Â
Dalam sepersekian detik muncul tentakel berukuran luar biasa besar menghantam mereka semua disana. Yang membuat Afard tak sadarkan diri.
Badai itu membuat tanda tanya besar siapakah orang itu dan dimana keberadaan Shazmeen?