Chereads / Traveler of Universes and Timeline / Chapter 4 - Responsibility

Chapter 4 - Responsibility

Zaki dan para warga keluar dari bunker hanya untuk melihat kehancuran dan kematian di depan mata mereka.

Para warga hanya diam membeku karena melihat saudara-saudara mereka yang telah mati.

"Dengar, aku tahu kalian sedang berduka, tetapi kita tidak bisa membiarkan kematian mereka mengekang kita. Mari kita kubur mereka dan berharap agar mereka tenang di alam sana." Ucap Zaki sambil terlihat menahan air matanya dan berusaha bersikap tegar.

Zaki dan para warga akhirnya mulai membersihkan tubuh-tubuh tak bernyawa tersebut yang bertebaran dimana-mana.

Saat Zaki mengangkat salah satu tubuh tak bernyawa itu, tangannya mulai bergetar, Zaki tak mampu untuk menahan air matanya, hatinya terasa sangat hancur. Zaki menangis dalam diam sambil menutupi tangisannya di balik jubah. Trauma Zaki mulai kembali menghantuinya lagi tetapi Zaki berusaha untuk memendam trauma tersebut dalam-dalam di hatinya.

Setelah selesai mengubur semua mayat, Zaki meninggalkan masyarakat yang sedang berduka agar tidak mengganggu mereka.

Tetapi ditengah-tengah kesedihan itu, seekor kumbang raksasa yang sempat menyerang Zaki kembali muncul tetapi bedanya adalah kumbang yang datang 2 kali lebih besar.

Para warga langsung berteriak ketakutan dan mulai berlarian.

Zaki dengan cepat melompat ke arah kumbang tersebut dan mengeluarkan tebasan energi ke arah kumbang tersebut, tetapi kumbang tersebut berhasil menghindar dan langsung menembakkan bola energi raksasanya ke arah Zaki

"(Sialan, aku tak akan bisa menghindar! Apakah ini akhir hidupku?)" Ucap Zaki seakan pasrah dengan nasibnya.

Sembari bola energi tersebut melesat ke arah Zaki, Zaki menutup matanya dan menerima takdir bahwa dia akan mati saat itu juga.

Tetapi anehnya beberapa detik lewat dan Zaki tidak merasakan rasa sakit sama sekali.

Zaki membuka matanya dan melihat bola energi tersebut berhenti tepat di depannya

Zaki terkejut dan langsung berdiri dengan kedua kakinya dan melompat ke samping.

"Sialan, hampir saja aku mati. Tunggu... Mengapa aku bisa berdiri di udara!?" Ucap Zaki terheran-heran dengan fenomena yang dia alami.

"Bagaimana bisa aku menapak udara? Bagaimana jika aku melompat?"

Zaki meloncat dan dia tiba-tiba menapaki sesuatu dan sekarang posisi Zaki lebih tinggi dari sebelumnya.

"Hah? Bagaimana bisa ada pijakan lagi disini? Bagaimana jika aku memperagakan gerakan naik tangga? Apakah pijakannya mengikuti kemana kakiku bergerak? Ucap Zaki penasaran.

Zaki menggerakkan kakinya seolah-olah dia sedang menaiki tangga dan ternyata teori dia benar, pijakan nya mengikuti gerakan kakinya.

"Wah! Keren! Aku menapakkan kakiku di atas kehampaan! Seolah aku melanggar hukum alam." Ucap Zaki terkagum-kagum dengan kekuatan barunya tersebut.

Belum selesai Zaki mengagumi kekuatan barunya, tiba-tiba waktu berjalan normal dan bola energi yang sebelumnya akan mengenai Zaki langsung melesat dengan cepat, menghantam tanah dan menciptakan ledakan yang dahsyat dan membuat kepulan asap yang tebal. Zaki sangat terkejut karena ledakan tersebut hingga tak menyadari bahwa dia sedang jatuh dari ketinggian yang sangat tinggi.

"SIALAN! INI TERLALU TINGGI!" Ucap Zaki dengan panik.

"Pikirkanlah sesuatu, Zaki. Pikirkan sesuatu!" Ucap Zaki sambil mencari solusi.

Zaki tiba-tiba teringat, semasa pertarungan pertamanya dengan kumbang raksasa, dia merasakan dorongan kebelakang yang sangat kuat hingga membuat dia mundur beberapa langkah.

"Ah! Aku ingat!" Ucap Zaki sambil mengambil ancang-ancang.

Sesaat sebelum menyentuh tanah, Zaki dengan cepat mengeluarkan tebasan energi miliknya yang membuat kecepatan dia menurun drastis dan Zaki berhasil mendarat dengan aman. Bekas dari tebasan energi yang dikeluarkan oleh Zaki terlihat dengan sangat jelas. Bekas tebasan energi yang dikeluarkan Zaki sangat besar seolah-olah akan membelah sebuah gunung.

"Sialan, yang tadi itu hampir saja" Ucap Zaki menghela nafas lega.

"Tetapi aku masih belum membunuh kumbang itu. Sial, benar-benar merepotkan." Ucap Zaki sedikit kesal.

Kumbang tersebut meraung dengan sangat keras hingga membuat tanah bergetar.

"Baiklah kumbang sialan, mari kita lihat siapa yang akan mati terlebih dahulu" Ucap Zaki menatap dengan tajam ke arah kumbang tersebut.

Kulit kumbang raksasa tersebut mulai menyala, menandakan siap bertarung, begitu juga dengan Zaki yang memasang posisi siap siaga.

Tatapan Zaki penuh dengan tekad untuk membunuh kumbang tersebut hingga secara tidak sadar meningkatkan energi kekuatannya hingga membuat pancaran energi kekuatannya menjadi sangat jelas bahkan dapat dilihat dengan penglihatan normal.

Zaki dan kumbang raksasa tersebut telah memasang posisi bertarung, siapakah yang dapat bertahan dari pertempuran penghabisan ini?