Pagi itu Li ruixin seperti biasa ditemani oleh selir nya Bai yi yang tampan, mereka menghabiskan waktu dengan menyeduh teh dan memainkan guqin, Bai yi seorang pria yang mahir ilmu pedang, sastra dan musik. Jadi dia meminta Bai yi memainkan guqin untuknya sedangkan dia sendiri duduk dikursi dan menikmati tehnya sambil memandangi wajahnya. Bunyi guqin mengalun dengan merdu di halaman.
Tiba-tiba " Bai yi tentang yang kau bicaran dengan ku tadi malam, aku tidak setuju " ungkap nya langsung.
Musik guqin itu langsung terhenti dengan lagu yang terputus.
" Apa alasanmu menolak permintaan ku? " Tanyanya dangan lugas
" Aku tak bisa melakukannya, itu tidak sesuai untuk hati nurani dan prinsipku, aku berhutang banyak padanya dalam kehidupan ini, Bai yi kau harusnya jelas dengan situasi ku saat ini, aku tak bisa membantu mu" putusnya lagi
" Baiklah, tapi ku mohon jangan menghalangi "
Tapi itu berbeda dengan prinsip Ruixin, Wuxiang telah menolongnya saat dia mengalami musibah, tak mungkin baginya untuk menghianati orang yang pernah menolongnya dan tak mungkin juga ia berpangku tangan tanpa membantu penolongnya jika dia mengetahui penolongnya mendapat masalah. Ruixin adalah orang yang tak suka berhutang budi pada orang lain, itu membuatnya tak bisa acuh tak acuh pada penolongnya itu. Jadi apa yang bisa dikatakan oleh Ruixin lagi pada Baiyi. Dia hanya bisa memendamnya dalam hati.
Disamping halaman itu terdapat dinding dengan pintu berbentuk lengkungan setengah lingkaran di tengah tengahnya. Seseorang mengenakan baju berwarna biru tua dan jubah abu abu dengan liontin giok di ikat pinggangnya membuat pria itu tampak elegan dan tampan, alisnya bagai pedang dan garis hidungnya yang tinggi serta kulitnya yang putih bagai giok tengah memandangnya dalam diam.
" Murong jin, mengapa kau berdiam disana? Kemarilah temani aku minum teh dan mendengarkan musik" panggil Ruixin.
Pria itu berjalan dan duduk disebelahnya dengan santai dan menuangkan teh pada gelasnya sendiri dan berkata
" Ruixin aku mencari mu kemana mana ternyata kau berada di sini dengan Baiyi "
Pria itu merupakan salah satu selirnya juga. Li ruixin memiliki tiga selir tampan yang dia pelihara di kediamannya, di jaman itu sebagai seorang penguasa wanita di kota Mu adalah hal lumrah untuk memiliki beberapa selir pria di halamannya.
" Mengapa kau mencari ku?"
" Ah, aku hanya ingin mengajak mu keluar untuk melihat festival qixi, apakah kau lupa kalau hari ini adalah festival qixi?"
Ya hampir saja Li ruixin melupakannya, karena pikirannya penuh dengan pembicaraannya dengan Baiyi semalam.
" Baiklah, ayo kita pergi keluar untuk merayakan festival qixi " Ruixin menyetujui ajakan Murong jin.
Tentu saja Ruixin akan mengajak ketiga selirnya yang tampan untuk merayakan festival qixi, dia ingin bersenang senang malam ini dengan selir selirnya diluar sambil melihat kembang api dan lentera yang dihanyutkan disungai setelah memutuskannya.
Ketika malam tiba Li ruixin sudah siap untuk keluar dari kediaman dia mengenakan baju brokat berwarna kuning dan jubah sutra berwarna hijau yang membuat kulit nya yang putih bagai giok tampak semakin cerah di tambah dengan hiasan giok dirambutnya menambah kesan cantiknya, roknya penuh dengan lipitan dan beberapa sulaman bunga tampak dibagian bawah roknya, disampingnya berdiri tiga orang pria tampan, Baiyi berdiri disebelah kanannya pria itu mengenakan baju sutra hijau tua dan jubah putih tulang serta liontin giok di pinggangnya tampak tampan dan menambahkan kesan seperti seorang sarjana yang terpelajar, sedangkan pria yang berdiri di sebelah Baiyi adalah Xiao xuerong dia mengenakan setelan berwarna biru dan abu abu dengan rambutnya yang disanggul keatas dengan tusuk rambut giok membuatnya garis wajahnya tampak tegas. Dan pria yang berdiri disebelah kirinya adalah Murong jin pria itu mengenakan pakaian merah dan warna hitam sebagai jubahnya, tidak ada liontin giok di pinggangnya, hanya ada kipas yang dimasukan ke ikat pinggangnya.
Mereka satu persatu masuk ke dalam kereta yang sudah berhenti didepan dengan Li ruixin yang pertama dan dilanjut dengan pria pria itu. Kereta berjalan pelan menyusuri jalanan kota yang ramai oleh penduduk yang merayakan festival qixi, Li ruixin menyibak tirai kereta melihat pemandangan diluar dengan antusias, jarang bagi Li ruixin untuk keluar dari kediaman karena tugasnya sebagai penguasa kota yang menumpuk di meja kerjanya.
Akhirnya kereta berhenti di sudut jalan, mereka turun dari kereta dan berjalan kaki melihat penjual di pinggir jalan yang menawarkan dagangannya dan ketika Ruixin menoleh ke samping tampak seorang pria dengan mengendong anak kecil di bahunya dan seorang wanita berdiri disampingnya dengan wajah gembira.
Anak itu berkata pada ayahnya " ayah aku ingin makan tang hulu itu " sambil menunjukkan jarinya pada penjual tang hulu di seberang jalan.
Dengan tertawa ayah anak itu berkata " baiklah, ayah akan membelikan nya untukmu ".
Kemudian Ruixin mengajak mereka berjalan menyusuri jalan, ketika mereka sampai di atas jembatan kembang api menyala mereka mendongak ke atas melihat kembang api, Ruixin tersenyum senang.
" Ayo menuju ke sungai untuk menghanyutkan lentera " ajak Xiao xuerong.
Mereka pun menuju ke sungai dan Ruixin membeli beberapa lentera teratai untuk mereka, dan menyuruh pria pria itu menulis permohonannya di lentera teratai itu.
Saat itu Ruixin bertanya pada Baiyi " apa yang kau tulis di sana? "
" Aku hanya meminta kedamaian untuk rakyat " ujarnya ringan.
Lalu dia bertanya lagi " Xuerong apa yang kau tulis di lentera? "
Tanpa repot repot Xiao xuerong menunjukkan lentera teratainya pada nya. Di lentera itu tertulis semoga Ruixin dapat bahagia selamanya, hatinya tersentuh ketika membaca tulisan dilentera itu.
" Dan bagaimana dengan mu? " Tanyanya pada Murong jin yang sedang memandangi lentera teratainya.
" Aku hanya berharap kita semua dapat melihat kembang api seperti hari ini" katanya lugas dan terus terang.
Lalu mereka mulai menghanyutkan lentera lentera itu di sungai, kemudian mereka melanjutkan berjalan jalan di jalanan kota malam itu, beberapa kali Ruixin berhenti di kios perhiasan dan membeli tusuk rambut untuk para selirnya, dia suka memberikan tusuk rambut untuk selir selirnya. Dan akhirnya dia mengajak mereka menuju restoran terkenal di kota itu, restoran itu bernama wubi seperti namanya restoran itu memiliki berbagai jenis makanan dari berbagai kota disekitarnya. Restorannya sendiri memiliki tiga lantai yang mana di lantai pertama untuk pertunjukan dan hiburan, dilantai kedua memiliki beberapa ruangan vip khusus untuk orang orang tertentu dan dilantai ketiga tersedia beberapa ruang untuk beristirahat.
Ketika mereka memasuki restoran, restoran itu tampak ramai oleh pengunjung dan Ruixin segera menuju ke lantai dua dan memesan beberapa hidangan dan tiga kendi kecil arak bunga persik.