Chereads / payment of a debt of love / Chapter 2 - Identitas Bai yi

Chapter 2 - Identitas Bai yi

Ketika makanan mereka tiba Ruixin menaruh paha ayam ke dalam piring Baiyi, Murong jin dan Xiao xuerong. Ruixin memakan makanannya dengan lahap karena tak sempat makan siang sebelumnya. Dibawah restoran tampak seorang wanita menggenakan cadar menari dangan lincah menggunakan selendangnya memukul drum yang mengelilingi wanita itu. Ketika wanita itu menari sosok tubuhnya meliuk liuk dengan lentur tampak seperti seseorang yang menguasai ilmu bela diri dan bukan seorang wanita lemah.

Ruixin menikmati pertunjukan itu dan memuji nya " Wanita ini terlihat cantik dan lincah, matanya tampak bersinar cerah "

" Penglihatan cheng zhu cermat " puji Xiao xuerong.

Meskipun ketika tidak ada orang lain disamping mereka, mereka akan memanggil Li ruixin dengan namanya langsung karena permintaan Ruixin sendiri, tetapi ketika mereka berada di tempat umum para selirnya akan memanggil Ruixin dengan sebutan cheng zhu.

Bai yi meminum anggurnya dengan diam tanpa berkomentar. Sedangkan Murong jin menatap lurus penari itu seolah tertarik. Waktu berlalu sangat cepat, ketika akhirnya mereka berempat pulang ke kediaman.

Li ruixin memiliki kamarnya sendiri begitu pula dengan para selirnya, walaupun Li ruixin memiliki tiga selir tetapi dia sama sekali belum pernah menyentuh ketiga selirnya itu karena Ruixin sendiri menolak untuk tidur dengan selir selirnya karena identitas dari para selirnya yang khusus, selain itu dia merasa suatu hubungan harus berdasarkan cintai dan ketulusan dari kedua belah pihak. Sehingga mereka tetap tidur secara terpisah.

Di dalam kamar Li ruixin duduk di kursi nya disamping jendela yang terbuka sambil memandang bulan yang menggantung tinggi di langit, pikirannya melayang kembali ke keadaan ketika dia baru pertama kali bertamu dengan Bai yi, waktu itu seorang pejabat bawahannya membawa seorang pria tampan dengan alis pedang, bibir merah dan mata yang jernih menghadap didepannya bawahan nya berkata bahwa pria yang berlutut di hadapannya adalah buronan yang dicari oleh Wuxiang penguasa kota Shen, kebetulan Wuxiang adalah teman sekaligus penolong Ruixin ketika kotanya sedang dilanda kekeringan parah dua tahun yang lalu. Tetapi Ruixin merasa kasihan ketika melihat pria itu berlutut dihadapannya dengan luka di tubuhnya, sehingga membuat Ruixin enggan menyerahkan pria itu kepada Wuxiang dan sebaliknya dia memerintahkan pelayannya untuk membawanya ke halaman belakang untuk membersihkan diri dan mengobati lukanya, lalu untuk melindunginya dari pencarian Wuxiang, dia mengangkat pria itu menjadi selirnya dan tinggal di kamarnya sendiri. Tetapi pria itu tetap bersikap dingin padanya dan tidak repot berbicara padanya, pria itu merasa dilecehkan karena membuatnya menjadi selir tanpa bertanya kesediaannya terlebih dahulu. Tetapi meskipun begitu Ruixin tetap tulus memperlakukannya dengan baik dan perhatian, dia sendiri yang membantu mengganti obat dan membalut luka di tubuhnya setiap sore hari.

Tanpa di sadari malam makin larut dan angin berhembus pikirannya yang melayang kembali ke saat ini. Ruixin menghela nafas dan naik keatas tempat tidurnya menurunkan tirai tempat tidur dan membungkus tubuhnya dengan selimut dan tertidur.

Keesokan paginya ketika Ruixin bangun tidur dia mendengar suara didepan pintu kamarnya

" Cheng zhu, nubi membawakan air untuk mencuci wajah " ujar xiao yu

Dengan malas Ruixin menyuruhnya masuk dan bergegas berdiri dan mencuci wajahnya lalu berganti pakaian, menyisir rambutnya dan mengikat rambutnya kemudian bergegas keluar menuju aula tianxin untuk makan pagi bersama para selirnya.

Di aula tianxin para selirnya sudah duduk menunggu ruixin, ketika Ruixin masuk dan duduk di salah satu kursi makanan sudah dihidangkan diatas meja dan mereka berempat makan bersama, peraturan di kediaman cheng zhu lebih sederhana karena cheng zhu tidak ingin terlalu berbelit belit dalam aturan, sehingga para selirnya bisa duduk dan tidak perlu memberi salam ketika melihatnya.

" Cheng zhu aku ingin meminta ijin untuk keluar " ujar Murong jin

" Baiklah " kata Ruixin tanpa menanyakan alasan keluarnya.

Meskipun tidak perlu mengucapkan salam tetapi ketika hendak keluar kediaman tetap harus meminta ijin padanya. Di jaman ini pria diwajibkan untuk mempelajari empat seni dan kebajikan pria. Empat seni adalah qin, kaligrafi, menyulam dan puisi dan kebajikan pria berisi etiket dan moral pria pada jaman itu.

Ketika hari beranjak siang Murong jin bergegas keluar berjalan kaki tanpa membawa kereta, dia diam diam berjalan menuju restoran wubi yang berada di sebelah tengah kota, dan segera naik menuju lantai tiga. Dia masuk ke salah satu ruangan itu dan didalam ruangan itu duduk seorang wanita cantik dengan rambut panjang yang terurai, alis nya yang lurus dan mata rubahnya tampak mempesona. Murongjin duduk di hadapannya dan bertanya "bagaimana dengan informasi yang kuminta pada mu untuk mencarinya sebelumnya?"

" Tuan aku sudah mendapatkan informasi yang tuan minta, orang itu mengatakan bahwa komandan pasukan awan putih berada di perbatasan kota sedang berusaha memasuki kota Mu dan mencari panglimanya yang hilang" ucap wanita cantik itu.

"Apakah kamu tahu siapa nama panglima yang dicari komandan awan putih itu?" Tanya nya lagi

"Ku dengar namanya Hei longyi"

"Hei longyi?" Alis Murong jin berkerut memikirkan nama itu dan tak berhasil memikirkan siapa orang itu. "Apakah kamu memiliki gambar orang yang bernama Hei longyi itu?" Tanyanya lagi sembari menyesap teh nya.

"Kebetulan aku bertanya pada orang itu gambar Hei longyi, dan orang itu menggambarnya di kertas ini" sambil mengeluarkan kertas dari lengan bajunya dan menyerahkannya pada Murong jin.

Ketika gulungan kertas dibuka Murongjin terkejut dengan gambar yang ada di atas kertas, gambar itu adalah gambar Bai yi! Dia tidak menyangka bahwa Bai yi adalah Hei longyi panglima pasukan awan putih, dia segera menggulung kembali kertas itu dan menyimpannya di balik bajunya dan melangkah keluar dari kamar dan bergegas kembali ke kediaman, ditengah jalan dia mampir membeli beberapa kue kue kecil di kios dan membawanya pulang.

Ketika sampai di kediaman dia sengaja mengunjungi Li ruixin diruang kerjanya dan memberikan kue kue itu kepadanya.

"Ruixin aku membawakan kue kue ini untuk mu, kue kue ini rasanya sangat enak, cobalah" Murong jin membuka bungkusan kue dan meletakannya di meja.

Ruixin datang menghampiri nya dan mencoba kue kue yang dibawakan oleh Murong jin "hemm, kue ini rasanya enak dan manisnya sesuai" dan dia bertanya lagi "kau keluar hanya untuk membeli kue kue ini untuk ku?"

Murong jin menganggukan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Ruixin. Jawaban Murong jin membuat hati Li ruixin tersentuh, sehingga dia memakan kue kuenya dengan gembira.

Setelahnya Murong jin tidak langsung bergegas ke kamar Bai yi untuk mengungkapkan jati dirinya melainkan kembali ke kamarnya.

Di lain sisi Bai yi sedang memikirkan rencana melakukan konspirasi untuk merebut pasukan kota Mu, dia segera menggambar peta kota Mu dengan akurat, berkat kecerdasannya dia dengan cepat menghafal tata letak kota Mu ketika dia berpergian keluar kediaman sendirian. Dia berjalan berkeliling kota Mu dalam waktu beberapa hari.

Hari beranjak menjadi sore dan pintu ruang kerja Ruixin diketuk dari luar

"Ruixin, apakah aku boleh masuk?" Ujar suara diluar pintu.

Ruixin mengenal suara itu dan berkata "masuklah, ada apa mencari ku?"

"Aku hanya membawakan sup hangat ini untuk mu" jawabnya sambil meletakkan sup di meja bundar didekat jendela.

Diruangan itu terdapat meja dan kursi untuk Ruixin bekerja, dibelakangnya ada rak yang berisi buku buku mulai dari buku seni, militer, kaligrafi, politik dan berbagai macam lainnya. Dan didekat jendela ada sebuah meja bundar dan dua kursi yang letaknya saling berhadapan. Ruang kerja nya terasa sejuk ketika jendela terbuka.

Ruixin datang menghampirinya dan duduk dikursi itu "terima kasih Bai yi, duduklah mari makanlah bersama ku" ajaknya "sup ini terlalu banyak untuk ku sendiri dan aku tak bisa menghabiskannya".

Ruixin mengambil mangkuk dan mengisi sup untuk Bai yi meletakkan nya di depannya. Merek berdua makan bersama dalam diam tak tahu harus mengucapkan apa.