Chereads / payment of a debt of love / Chapter 5 - Mimpi masa kecil

Chapter 5 - Mimpi masa kecil

Malam itu ketika Ruixin tidur dia bermimpi masa kecilnya, dimimpi itu dia melihat ayah dan ibunya berada di taman dan dia sendiri masih berusia tujuh tahun dengan rambutnya yang diikat keatas disis kanan dan kirinya, gadis kecil itu duduk di pangkuan ibunya sambil tersenyum sambil memakan tang hulu. Gadis kecil itu adalah Li ruixin kecil. Hari itu cerah gadis kecil itu tiba tiba turun dari pangkuan ibunya dan berlari keluar, gadis kecil itu bermain diluar kediaman. Gadis kecil itu bermain agak jauh dari rumahnya dia berlari menuju ke barat kota dan ketika dia tiba di tempat yang kumuh dimana banyak pengemis yang duduk dipinggir jalan tanpa sengaja dia melihat seorang pengemis kecil yang duduk di sudut tingkungan jalan dengan kondisi badannya yang kurus dan kotor tetapi matanya jernih, pengemis kecil itu memegangi perutnya merasa lapar, pengemis kecil itu sudah menahan rasa laparnya seharian penuh hingga membuatnya mengernyitkan alisnya menahan rasa sakit diperutnya. Ketika dia melihat pengemis kecil itu memegangi perutnya dan mengernyit kesakitan dia merasa iba dihatinya sehingga dia berjalan menuju pengemis kecil itu dan bertanya

"Apa kamu baik baik saja?"

Pengemis itu terus mengernyit kesakitan tak mengucapkan sepatah katapun. Akhirnya Ruixin kecil memegang tangan pengemis itu dan mengajaknya kembali kerumahnya. Saat mereka sampai dikediaman penguasa kota Ruixin kecil mengajaknya masuk membawanya ke taman dan mengambil beberapa kue yang terletak diatas meja di taman lalu memberikannya pada pengemis kecil itu.

Tak lama ibu nya datang menghampirinya dan bertanya padanya

"Siapa pengemis kecil ini? Mengapa kamu membawanya kekediaman?"

"Ibu aku merasa kasihan padanya ketika aku melihatnya meringkuk kelaparan di sudut jalan, maka dari itu aku membawanya kerumah dan memberinya makan" Ruixin kecil itu menjelaskan panjang lebar pada ibunya. Lalu berkata lagi "bu ijinkan dia tinggal disini saja bagaimana?"

Melihat permintaan putri kecilnya ibunya menyetujui permintaannya dan membiarkan pengemis kecil itu tinggal di kediaman penguasa kota. Ibunya meminta pengemis kecil itu menemani putri semata wayangnya bermain, sejak hari itu pengemis kecil itu menjadi teman bermain Ruixin kecil.

Ruixin kecil sekali lagi bertanya padanya "dimana ayah dan ibu mu?"

Pengemis itu menjawab "aku suda lama terpisah dari ayah dan ibu ku, ketika aku sedang keluar berjalan jalan dengan orang tua ku aku tidak sengaja terpisah dari mereka"

"Apa kamu ingat dimana kamu tinggal?" Tanya Ruixin kecil

Pengemis kecil itu menggelengkan kepalanya dan menjelaskan "aku bukan berasal dari kota ini ayah dan ibu ku pergi ke kota ini hanya untuk berbisnis, setelah itu kami akan kembali ke kota kami"

"Kalau begitu dikota mana kamu tinggal?" Tanyanya lagi.

Pengemis kecil itu sekali lagi menggelengkan kepalanya dan berkata "aku tidak ingat, kata nenek yang merawatku aku sempat jatuh sakit dan demam tinggi, lalu setelah aku sembuh dari penyakitku dan bangun aku melupakan banyak hal"

"Dan dimana nenek yang merawat mu itu?" Tanyanya

Matanya memancarkan kesedihan yang mendalam ketika bercerita

"Nenek sudah meninggal satu bulan yang lalu karena sakit, kami tidak memiliki uang untuk berobat dan membeli obat" katanya sedih.

"Lalu siapa namamu?" Tanyanya pada pengemis kecil itu.

"Aku tidak punya nama" ujarnya terus terang.

"Bagaimana jika aku memanggilmu Xiao feng, feng dari angin. Aku berharap agar kau bisa seperti angin yang bisa pergi untuk menemukan kedua orang tua mu" katanya

Pengemis kecil itu mengangguk setuju, mulai saat itu dia dipanggil Xiao feng. Xiao feng diperlakukan dengan baik dikediaman itu dia menemaninya kemana pun dia pergi bermain, hubungan mereka sangat dekat. Suatu hari ketika dimusim semi Ruixin kecil mengajaknya bermain layang layang di taman depan rumah, tali layang layang itu putus dan layang layang itu terbang keluar, Xiao feng berlari keluar untuk mencari layang layang itu setelah Xiao feng berjalan menyusuri jalan dia menemukan bahwa layang layang nya tersangkut di dahan pohon yang terletak lima chi dari kediaman penguasa kota, tetapi ketika Xiao feng hendak kembali ke kediaman sambil membawa layang layang Ruixin ada seorang pria paruh baya yang menculiknya, Xiao feng meronta tetapi tenaganya tidak sebanding dengan pria paruh baya itu ketika Xiao feng membuka mulutnya hendak berteriak pria paruh baya itu segera menutup mulutnya dan membius hidung Xiao feng yang menyebabkannya berhenti merontak dan tertidur. Layang layang itu terlepas dari tangan kecil Xiao feng dan terjatuh di dekat pohon.

Setelah Ruixin menunggu lama Xiao feng tidak kunjung kembali akhirnya Ruixin memutuskan untuk keluar mencari Xiao feng, ditengah jalan dia menemukan layangannya tergeletak dibawah pohon yang berjarak lima chi dari rumahnya tetapi dia tidak melihat Xiao feng disekitarnya. Saat dia menunduk dan hendak mengambil layang layangnya di jalan dia melihat kalung dengan liontin giok putih dengan lubang ditengahnya tergeletak persis disebelah layangannya, dia mengenali kalung itu. Kalung itu adalah kalung milik Xiao feng yang dia pakai setiap hari dan tidak pernah melepaskannya dari tubuhnya, kalung itu adalah kalung pemberian dari orang tuanya sebelum dia terpisah dari orang tuanya. Dia mengetahuinya dari nenek yang merawatnya ketika sakit.

Ruixin adalah gadis yang cerdas dia segera mengetahui bahwa ada yang tidak beres dan dia memikirkan kemungkinan Xiao feng diculik ketika dia keluar mencari layang layangnya. Dia bergegas berlari pulang dan mencari ibunya, dia menceritakan semuanya pada ibunya, nyonya Qiao ibu Ruixin menjadi cemas dan khawatir dia segera menyuruh para pelayannya untuk keluar dan mencari Xiao feng, meskipun Xiao feng bukan anaknya dia sudah menganggap Xiao feng sebagai anaknya sendiri. Para pelayan dikediaman segera keluar mencari Xiao feng menyusuri jalanan dan mencarinya disepanjang jalan di kota, mereka mencari dari pagi hingga hari berubah menjadi gelap tetapi mereka tidak menemukan Xiao feng, kebetulan penguasa kota ayah Ruixin tidak berada dikediaman, dia pergi keluar kota untuk menangani urusan yang mendesak yang membuatnya tidak mengetahui apa yang telah terjadi dirumahnya. Nyonya Qiao tidak dapat berbuat apa apa lagi karena token kendali pasukan dibawa oleh suaminya keluar kota. Suaminya tidak pernah meninggalkan token qilin dikediaman dia selalu membawanya kemana pun dia pergi. Ketika Ruixin mengetahui Xiao feng tidak dapat ditemukan dia merasa sangat sedih dan menangis dia menyayangi Xiao feng yang selalu bersamanya kemana pun dia pergi, nyonya Qiao membujuknya untuk tidak menangis lagi dan berkata "mari kita tunggu ayah mu pulang dan kita akan mencarinya lagi diluar kota"

Ruixin menganggukkan kepalanya dan mengusap air matanya, sudah lima hari nyonya Qiao memerintahkan pelayannya untuk mencari Xiao feng, tepat pada hari ke lima penguasa kota Li xian ayah Ruixin kembali ke kediaman, nyonya Qiao menceritakan situasi yang terjadi dirumah selama Li xian tidak dirumah. Li xian segera memerintahkan beberapa pasukannnya untuk mengikutinya ke luar kota guna mencari keberadaan Xiao feng, tetapi mereka tetap tidak dapat menemukan Xiao feng, jadi mereka hanya bisa berdoa dan berharap Xiao feng baik baik saja.

Ketika dia bangun dari mimpi panjangnya, hatinya merasa sedih lagi. Dia perlahan bangun dari tempat tidurnya dan berjalan ke lemari mengambil sebuah kotak kayu, dia membuka kotak itu didalamnya terdapat kalung giok putih dengan lubang ditengahnya. Dia memegang kalung itu dan menghela nafas memikirkan mimpi itu lagi. Tetapi pikirannya terhenti saat ini ketika suara ketukan diluar pintu terdengar.

"Cheng zhu, nubi mengantarkan air hangat untuk mencuci wajah" ujar pelayan dibalik pintu yang tertutup.

"Masuklah" perintah Ruixin.

Pelayan itu melangkah masuk dan meletakkan sebaskom air hangat dan mengambil handuk untuk mengeringkan wajah tuannya.

Setelah selesai berbenah diri Ruixin melangkah keluar kamar dan langsung keluar kediaman melewatkan makan pagi di aula tianxin.