Sebulan telah berlalu dengan cepat dan akhirnya Murong jin tak tahan dan datang menemui Bai yi "Bai yi apakah kau ada didalam?"
"Ya, masuklah, ada apa?" Tanya Bai yi dengan wajah datar.
Murong jin duduk dihadapan Bai yi dan berkata "ehm.. ada yang ingin aku katakan padamu, aku tahu siapa kamu sebenarnya" ucapnya langsung tanpa basa basi.
"Apa maksudmu?" Tanya Bai yi tenang
"Kau adalah Hei longyi, panglima pasukan awan putih" jelasnya.
Ekspresi wajahnya tetap tenang seperti biasa tidak ada tanda tanda terkejut atau khawatir diwajahnya. Dia melanjutkan "lalu apa? Kenapa memangnya jika aku Hei longyi panglima pasukan awan putih?"
Murong jin tak menyangka Bai yi tetap bisa bersikap tenang walaupun rahasiannya diketahui oleh orang lain. Dan dia pun melanjutkan ucapannya "dan aku tahu bahwa kau berusaha melakukan konspirasi untuk merebut kekuasan Ruixin untuk mendapatkan pasukan kota Mu"
"Lalu apakah kau akan mengungkapkan niatku padanya?" Tanyanya sambil menyesap teh nya.
"Tidak, aku tidak berniat mengungkapkan niatmu padanya" jelasnya "apa yang akan kau lakukan? Apa kau yakin bisa berhasil?"
"Jika kau mau membantuku tentu kita akan berhasil. Xuerong juga akan membantu." Terangnya
Mata Murong jin melebar terkejut "apa!Bahkan Xuerong tahu niatmu juga?" Tanya nya, dia terbatuk batuk akibat tersedak tehnya ketika mendengar pernyataan Bai yi
"Ya" jawabnya
"Sudah berapa lama dia mengetahui niatmu itu?" Lanjutnya.
"Sejak dari dua bulan yang lalu" ujarnya terus terang.
"Baiklah aku akan membantu mu" jawabnya.
Murong jin menyetujui untuk membantu Bai yi karena dia tak suka berada di kediaman penguasa kota dan menjadi selirnya. Dia hanya ingin bebas dan kembali ke aktifitasnya yang semula.
Tak lama Murong jin keluar dari kamar Bai yi, melewati ruang kerja Ruixin dan berhenti sebentar, pintunya sedikit terbuka ruangan kerja itu tampak sepi tidak ada orang didalamnya, tetapi Murong jin tidak masuk melainkan tetap berjalan melaluinya begitu saja dan langsung menuju kamarnya.
Tak jauh dari sana Xuerong berdiri di balik pilar kayu di koridor dekat ruang kerja Ruixin dan mengamati tindak tanduk Murong jin. Tak lama Ruixin muncul dan masuk ke ruang kerjanya bersama bawahannya, dia memberikan perintah untuk melakukan pengawalan ke kuil Buddha pada tanggal lima belas bulan ke tujuh dia berencana mengunjungi kuil Buddha bersama para selirnya untuk memuja Buddha. Dia akan memohon berkah untuk kotanya.
Setelah itu Ruixin keluar dari ruang kerjanya, dia berganti pakaian dan menuju kamarnya untuk berganti pakaian dan keluar kediaman dengan pelayan pribadinya. Dia menyuruh keretanya berhenti di kios kecil dan membeli beberapa kue diantaranya kue bunga persik dan kue kacang almond adalah kesukaannya jadi dia menyuruh pelayannya membeli dua bungkus kue kacang almond dan dua bungkus kue bunga persik. Kue bunga persik ini berwarna merah muda serta bentuknya yang cantik menggugah selera, selain itu dia juga berhenti untuk membeli beberapa manisan buah dan beberapa kantung teh bunga krisan. Setelah itu ia berhenti di toko pakaian dan memesan tiga pasang pakaian pria, lalu beranjak pulang ke kediaman.
Setibanya dikediaman Ruixin segera menuju aula tianxin untuk makan siang, dimeja makan sudah terhidang makanan kesukaannya seperti paha ayam yang di masak hingga renyah, acar lobak pedas, tumis daging sapi dan sepanci sup daging katak dengan kurma merah. Tak lama kemudian Xiao xuerong, Bai yi dan Murong jin masuk, duduk bersama Ruixin dan makan bersamanya.
Ditengah tengah waktu makan Ruixin memberi tahu mereka bertiga bahwa besok lusa mereka bertiga akan pergi bersamanya menuju ke kuil Buddha yang berada di luar kota untuk memuja Buddha dan menyuruh mereka bersiap siap. Setelah makan siang itu selesai Ruixin segera kembali ke ruang kerja nya mengambil pakaian yang dibelinya tadi pagi dan segera menuju ke halaman Bai yi
"Bai yi apakah kau ada didalam?" Tanya Ruixin sembari mengetuk pintu kamarnya.
Tapi tak ada jawaban dari dalam kamar, dan akhirnya dia memutuskan untuk langsung masuk kedalam, ketika dia meletakkan pakaiannya di atas tempat tidur dan berbalik untuk keluar dia tanpa sengaja melihat Bai yi berjalan keluar dari balik partisi yang terletak di depan ruangan disebelah kiri kamar tidurnya, Bai yi berjalan dengan pakaian yang belum terikat sehingga menampilkan dadanya yang bidang dan kulit putihnya yang bagai giok yang menggoda.
Ruixin terburu buru membalikkan badan, pipinya merona merah karena tanpa sengaja melihat badan Bai yi yang tidak tertutup oleh pakaian.
"Apa yang kamu lakukan disini?" Tanya Bai yi sambil mengikat tali pakaiannya dengan benar.
Ruixin jberkata " aku hanya mengantarkan pakaian baru untuk mu, aku meletakkannya disana" sembari jari nya menunjuk ke arah tempat tidur. Kau bisa mengenakannya sewaktu kita berangkat ke kuil nanti".
Bai yi hanya mengeluarkan suara samar dan berkata "berapa lama kamu akan berdiri disini terus? Apakah kamu mau melihat ku berganti pakaian?" Tanya nya dengan nada dingin.
"Tidak tidak, aku akan keluar sekarang" jawab Ruixin dengan malu.
Dia bergegas berlari keluar kamar dan kembali ke kamarnya sendiri untuk bersiap siap. Malam itu dia tidak bisa tidur karena teringat kejadian siang tadi saat dia tanpa sengaja melihat dia keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang tidak diikat dengan benar, dan wajahnya kembali merona merah.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan waktu yinshi, tanpa tahu kapan dia tertidur tadi malam dan sebuah suara lembut membangunkannya
"Cheng zhu"
"Cheng zhu" panggil gadis pelayan itu lagi
"Cheng zhu, sudah waktunya untuk bangun, hari ini kita akan pergi ke kuil Buddha untuk memuja Buddha, kita harus berangkat pagi pagi sekali"
Setelah gadis pelayan itu memanggilnya tiga kali dia terbangun dengan mata yang masih mengantuk lalu berdiri mencuci wajahnya dengan air hangat yang disiapkan pelayannya dan menganti pakaiannya dengan warna putih dan jubah berwarna biru dan rok berwarna merah muda, lalu menata rambutnya, ketika dia selesai berdandan dia tampak cantik dan anggun.
Ruixin berjalan keluar dari halamannya dan menuju pintu gerbang kediaman. Di depan pintu kediaman berdiri sesosok pria dengan postur tubuh yang tinggi dan pinggangnya yang ramping berdiri tegak menghadap ke kereta yang berhenti di depan kediaman, pria itu mengenakan pakaian dalamnya berwarna biru tua sedangkan pakaian luarnya berwarna hitam dan dengan gambar burung phoenix di bagian tangannya. Ketika pria itu mendengar suara langkah kaki, ia menoleh kebelakang mata phoenixnya membuatnya semakin mempesona. Pria itu memiliki ketampanan yang sempurna.
"Apa kamu sudah lama menunggu?" Tanya Ruixin memecah kecanggungan yang terjadi diantara mereka.
"Tidak, aku baru saja tiba" ucapnya lugas.
Percakapan terputus lagi dia tidak tahu harus berbicara apa lagi padanya dan suasana canggung itu muncul lagi.
Untungnya Murong jin dan yang lainnya segera datang dan mereka berangkat menuju kuil Buddha yang terletak di luar kota.