Chereads / payment of a debt of love / Chapter 4 - Kuil Buddha Fa ye

Chapter 4 - Kuil Buddha Fa ye

Perjalanan menuju ke kuil Buddha Fa ye diluar kota membutuhkan waktu shi chen, ketika mereka sampai di kuil Buddha hari sudah di menjelang siang sekitar waktu sishi. Ruixin dan yang lainnya turun dari kereta dan berjalan masuk menuju kuil. Didepan kuil ada seorang biksu yang menyambut mereka dan mengantar mereka ke ruang yang telah disediakan untuk memuja, mereka berempat duduk bersila bersebelahan sambil mendengarkan ajaran Buddha. Tetapi ada seseorang yang tidak terfokus pada lantunan ajaran Buddha yang di ajarkan oleh biksu itu, pikiran Bai yi melayang memikirkan wajah seseorang yang dia kenal di tengah perjalanan menuju kuil. Sewaktu kereta mencapai diluar kota tirai kereta tanpa sengaja tertiup angin dan terbuka sedikit saat itu Bai yi tanpa sengaja melihat ke luar jendela, tanpa diduga dia melihat wajah yang familiar sedang duduk dibawah pohon yang rimbun sambil membawa beberapa hasil perkebunan untuk beristirahat. Didalam ingatan Bai yi orang itu adalah orang kepercayaannya komandan pasukan awan putih yang bertarung bersamanya dimedan perang tiga tahun yang lalu. Pria yang duduk dibawah pohon itu juga membalas menatap Bai yi dengan tajam.

Bai yi saat ini memang membutuhkan pasukan untuk berperang dengan Wuxiang, tetapi jika hanya mengandalkan jumlah pasukan awan putih saja tetaplah kurang meskipun pasukan awan putih adalah prajurit elit yang terlatih. Maka Bai yi tetap diam diam memutuskan untuk merebut pasukan Ruixin.

Ketika akhirnya biksu itu mengakhiri pengajarannya hari sudah beranjak semakin siang dan mereka keluar dari kuil dan pulang . Kereta bergerak perlahan turun menuruni bukit dan Ruixin mengeluarkan kue dan teh yang dia beli sebelumnya, dia menata kue kue itu diatas piring dan menyeduh teh krisan dan menyajikannya di meja kecil yang dia siapkan dikereta.

"Cobalah kue dan tehnya, rasanya sungguh enak" ujarnya dengan menyesap tehnya sendiri dan mengigit kuenya.

Bai yi mengangkat cangkirnya dan mulai meminum tehnya, rasanya yang manis dan segar membasahi tenggorokannya yang kering.

Xiao xuerong berkata "kue kacang almond ini rasanya enak, dimana kamu membelinya?"

"Aku membelinya di kios dipinggir jalan yang terletak ditengah kota" ungkap Ruixin.

"Pelan pelan saja makannya" ucap Murong jin seraya mengambil sapu tangan dan mengusap sudut mulut Ruixin dengan lembut.

Ruixin menatapnya agak terkejut karena ini pertama kalinya seorang pria mengusap sudut mulutnya. Bai yi hanya melirik kedua orang itu dengan tatapan dingin.

Matahari perlahan turun ketika akhirnya kereta berhenti didepan kediaman penguasa kota. Kusirnya bergegas menurunkan tangga di samping kereta, Bai yi yang pertama turun dari kereta disusul oleh Ruixin ketika Ruixin hendak turun melangkahkan kakinya ke tangga pria itu Bai yi berdiri dibawah di samping tangga dan mengulurkan tangannya pada Ruixin. Ruixin meletakkan tangannya diatas tangan Baiyi dan turun perlahan dari tangga dan berjalan menuju kediaman dengan Baiyi berjalan disisinya, Xuerong dan Murong jin menyusul berjalan dibelakangnya. Murong jin berjalan sambil membuka kipasnya dan berjalan santai. Disepanjang jalan menuju aula tianxin Bai yi diam diam melirik Ruixin tanpa sepengetahuannya. Menurutnya penampilannya hari ini tampak cantik dan mempesona baru kali ini dia menyadari pesona gadis itu agak mempengaruhinya.

Aula tianxin tepat berada didepannya dan Bai yi memerintahkan pelayan untuk segera menyiapkan makanan. Tak lama makanan sudah terhidang di atas meja, aromanya yang wangi dan menggugah selera membuat perut Ruixin terasa lapar dia segera mengambil udang panggang dengan saus pedas ke mangkuknya dan memakannya, dia makan dengan lahap tanpa memerhatikan sekitarnya. Tanpa dia sadari ada noda saus disudut bibirnya, Murong jin mengambil sapu tangannya mengusap lembut sudut bibirnya sambil tersenyum dan berkata "makanlah perlahan, ada saus disudut bibirmu".

Sekali lagi Bai yi melirik mereka berdua dengan tatapan dingin dan terus melanjutkan makannya dengan tenang, ada sedikit rasa kesal yang tak dia ketahui asalnya dihatinya ketika melihat interaksi mereka berdua tetapi dia menyembunyikan perasaannya dalam dalam. Dia tidak akan pernah membiarkan orang lain tahu mengetahui perasaannya yang sebenarnya. Dia sangat pandai berpura pura didepan orang lain dan menutupi perasaannya.

Bai yi selesai makan dan dia pergi lebih awal kembali ke halamannya. Dia memasuki kamarnya untuk berganti pakaian. Dia berencana untuk menghubungi Mo bai orang kepercayaannya komandan awan putih saat dia sedang memikirkan rencananya pintu dibuka dari luar dan sebuah suara berkata

"Bai yi, aku membawakan mu beberapa cemilan dan sekendi kecil arak bunga persik, temani aku minum".

Tepat ketika dia selesai dengan ucapannya dia mengangkat kepalanya dan melihat dia sedang melepas pakaian dalamnya, matanya terbuka lebar terkejut, sejenak terpaku ditempatnya tidak bergerak, dia melihat kulit putihnya, dadanya yang bidang serta otot ototnya yang kuat dan pipinya bersemu merah karena malu. Dia tidak menyangka dia sedang berganti pakaian saat ini.

"Apa yang kamu lihat! Aku sedang berganti pakaian, berbaliklah!" Perintahnya.

Setelah dia selesai mengenakan pakaiannya dia duduk di kursi di tengah ruangan itu dan berkata lagi "apa kamu tidak bisa mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk kekamar seorang pria? Tidak baik bagi seorang gadis masuk tiba tiba tanpa mengetuk pintu kamar seorang pria."

Saat ini Ruixin sudah duduk disebelahnya dan meletakkan cemilan dan sekendi arak, dia mengambil dua cangkir dimeja dan menuangkan arak kedalamnya menaruh nya satu didepan Baiyi dan satu dia minum sendiri.

"Bukankah kita suami istri? Kamu adalah selirku jadi mengapa aku harus mengetuk pintu mu sebelum aku masuk?" Ujarnya acuh.

"Bagaimana seorang gadis bisa berkata seperti itu tanpa tahu malu" ungkapnya dengan berwajah masam

Melihat dia wajahnya yang masam dia tiba tiba ingin menggodanya, dia terbatuk kecil dan memiringkan badannya kesamping menempel padanya lalu berkata " Bai yi karena kita sudah menikah selama satu tahun bagaimana kalau malam ini aku menginap dikamar mu dan menyempurnakan pernikahan kita" godanya seraya tersenyum manis.

Telinga Bai yi merona merah tetapi nada suaranya tetap dingin seperti biasa

"Apa yang merasuki pikiranmu setelah perjalanan mu dari kuil! Aku tak menyangka kulit mu sungguh tebal sehingga mampu mengatakan perkataan itu" cibirnya.

Mendengar kata kata Bai yi dia membalasnya "mengapa kamu marah, yang aku katakan adalah kebenarannya, meskipun aku tahu bahwa kamu tidak menyukaiku tapi aku menyukai wajah mu yang tampan"

Bai yi tidak mengatakan apapun lagi dan mulai menyesap arak dicangkirnya perlahan menikmati. Mereka berdua meminum arak dalam diam dan melihat sinar bulan dari jendela kamar yang terbuka, suasana nya sedikit ambigu. Sisi wajahnya yang terkena cahaya bulan tampak tampan, garis hidungnya yang tinggi, alis pedangnya dan bibirnya yang merah tampak semakin tampan dan memiliki kesan maskulin.

Entah berapa lama dia menatap wajahnya tanpa berkedip, ketika pria disebelahnya menoleh padanya dan bertanya

"Apa ada sesuatu diwajah ku?"

Dengan gugup dia menjawab "eh, tidak tidak ada apa apa" lalu dia segera mengatasi kegugupannya dengan cepat dan berkata lagi sambil tersenyum manis "hanya saja wajah mu tampan"

Telinga Bai yi merona merah merasa malu mendengar pujiannya dan ditatap dengan tatapan yang menggoda oleh Ruixin.

"Sudah larut malam kembalilah kekamar mu dan beristirahatlah" ujarnya, lalu buru buru berkata lagi "aku akan mengantarmu"

Mereka berdua berjalan berdampingan dengan suasana yang canggung, Ruixin memikirkan mencoba membuat percakapan dengannya tetapi dia tetap tidak bisa menemukan percakapan untuk dibicarakan dengannya. Didepan sudah tampak halaman Ruixin, Bai yi berhenti di depan halaman dan mengatakan pada nya untuk segera masuk dan dia sendiri segera berbalik kembali ke halamannya sendiri tanpa menunggu dia masuk terlebih dahulu. Ruixin memandangi punggung nya yang berjalan menjauh hingga menghilang dari pandangan dan menghela nafasnya lalu berbalik masuk. Ketika dia memasuki kamarnya hari sudah sangat larut dan dia mulai merasa lelah dan beranjak tidur.