Chereads / Layaknya Pelacur Itu (HIATUS) / Chapter 12 - Chapter 12 Special Valentine

Chapter 12 - Chapter 12 Special Valentine

POV: Kencan Valentine

Pagi hari berikutnya, Raina terbangun, ia membuka mata melihat sekitar dan tak ada Ayah nya sama sekali.

"(Dimana Ayah?)" pikirnya yang terdiam di kamar, tapi ia kebetulan mendengar suara bunyi notifikasi dari ponselnya membuat nya mengambil nya dan melihat bahwa ada notifikasi soal kalender hari sekarang membuat Raina memasang wajah senang dan antusias.

Lalu ia langsung berjalan keluar kamar. Rupanya Tuan Cilioen sendiri ada di dapur tengah menyiapkan makanan, dia menggunakan apron hitam nya lalu menoleh ke Raina.

"Selamat pagi Sayang."

". . . Um... Pagi juga," Raina membalas sambil duduk di kursi meja makan.

"Ayah, apa Ayah bangun awal tadi?" tatap Raina.

"Ya, begitulah, jika tidak, Ayah tak mungkin bisa membuat sarapan untuk mu dan juga, menyambut hari ini." Seperti nya Tuan Cilioen memang ingat akan hari ini. Itu membuat Raina senang dan begitu bersemangat.

Setelah sarapan itu, Tuan Cilioen terlihat akan mengambil kunci mobil di rak ruang tengah. Tapi itu di hentikan Raina dengan menahan tangan nya.

Hal itu membuat Tuan Cilioen terdiam bingung.

"Ehem, Ayah, apa yang akan Ayah lakukan?" tatap Raina.

"Mengambil kunci mobil...? Kita akan keluar bukan?"

"Ayah, di depan sana adalah trotoar jalan raya, kenapa kita tidak jalan jalan saja dan menikmati hal yang dilakukan orang di luar sana... Kita akan jalan jalan dan menikmati apa yang akan kita lihat," kata Raina.

"Apa kau yakin, bagaimana jika kau lelah berjalan?"

"Tidak akan, ayo Ayah, langsung saja," Raina menarik tangan Tuan Cilioen.

Mereka berdua turun di trotoar dan Raina memegang lengan Tuan Cilioen seperti pasangan.

Cuaca di luar juga sedang cerah dan terlihat banyak sekian orang berpasangan yang tengah berjalan jalan di sana. Tuan Cilioen yang melihat itu menjadi terdiam. "(Aku mungkin terlalu sibuk dengan apa yang terjadi sampai sampai lupa bahwa dunia punya hal yang seperti ini.)"

"Ayah," tiba tiba Raina memanggil membuat Tuan Cilioen menoleh padanya.

"Lihat Ayah, apa Ayah sudah bisa merasakan cinta di sini, hari ini adalah hari sekali setiap satu tahun, jadi tidak bisa menyia nyiakan untuk hari ini," kata Raina.

Tuan Cilioen yang mendengar itu menjadi ikut tersenyum. "Ya, ajari Ayah untuk melakukan hal itu," ia membalas sambil memegang kepala Raina dengan lembut.

Tak lama kemudian, Raina melihat ada penjual waffle manis di pinggir jalan.

"Oh lihat Ayah, aku ingin membeli waffle nya," kata Raina sambil menarik tangan Tuan Cilioen, tapi bukan nya membawa ke penjual waffle nya, Raina justru membawa Tuan Cilioen duduk di bangku pinggir jalan membuat Tuan Cilioen bingung.

"Lihat Ayah, duduk lah di sini dan tunggu aku membelinya untuk mu.... Ini bagian dari pelajaran, jadi Ayah mau satu?" tatap Raina.

"Tidak perlu, cukup Raina saja," balas Tuan Cilioen.

"Baiklah, aku tahu Ayah juga tidak akan suka makanan manis," kata Raina. Lalu ia berjalan meninggalkan Tuan Cilioen untuk membeli waffle nya sendiri.

Tuan Cilioen terdiam, ia lalu mengeluarkan ponsel nya dan melihat banyak pesan dari kantor yang bergilir mengiriminya pesan.

Di saat Tuan Cilioen menatap ke ponsel nya, ada yang datang. "Halo~" sapa nya dengan lembut.

Mendengar itu, Tuan Cilioen menengadah menatap bahwa itu adalah wanita yang sangat cantik.

"Halo~ aku lihat kau tidak duduk bersama pasangan, ingin aku duduk dengan mu?" tawar wanita itu sepertinya dia mencoba merayu nya dengan tatapan lembut.

Tuan Cilioen terlihat datar, lalu ia menoleh sebentar ke Raina yang masih membeli waffle.

"Pergilah," kata dia dengan nada yang sangat tidak lembut. Hal itu membuat wanita tersebut terdiam.

"Tunggu, apa yang kau maksud kan, kau tidak punya pasangan bukan... Ini hari valentine, biarkan aku menemanimu," tatap wanita itu yang memegang tangan Tuan Cilioen sambil duduk di dekat nya.

"Kenapa kau kemari?" lirik Tuan Cilioen, dia bahkan tak sama sekali memasang wajah biasa, melainkan wajah yang sangat datar dan dingin.

"Um... Mudah saja, kau terlihat seperti pria yang dewasa.... Dengan tubuhmu," balas wanita itu sambil mendekat dan memegang dada atas Tuan Cilioen dengan lembut. Dia terus merayu Tuan Cilioen di sana, hingga Raina yang sudah selesai membeli waffle melihat mereka berdua.

"(Untuk pertama kalinya aku melihat Ayah diam saja di goda wanita, aku hanya sebentar menunggu, pastinya kejadian itu baru saja terjadi dan pasti Ayah akan bertindak sesuatu.... Jujur saja rasanya agak aneh dia bisa di sentuh oleh wanita itu,)" pikir Raina. Ia diam menunggu di belakang mereka.

Di saat itu juga Raina melihat wanita itu menjauh dari Tuan Cilioen dengan rasa takut dan waspada seperti baru saja di katakan apa oleh Tuan Cilioen.

Lalu dia berlari pergi, Raina yang melihat itu menjadi terdiam bingung, ia lalu mendekat ke Ayah nya. "Maaf menunggu lama Ayah," tatap nya.

"Tidak juga, ingin makan di sini?" tatap Tuan Cilioen dengan wajah lembutnya lalu Raina mengangguk dan duduk di samping nya.

"(Aku ingin sekali bertanya soal wanita tadi,)" pikir Raina. Ia sepertinya penasaran dengan kenapa wanita tadi langsung berlari pergi begitu saja.

--

"Yang membeli makanan di sana, dia adalah pasangan ku," kata Tuan Cilioen. Lalu wanita itu melihat ke arah Raina yang membeli waffle.

"Itu? Hmp.... Terlihat seperti gadis tanpa apa apa, apanya yang menarik darinya, semua pria itu pasti suka wanita yang memiliki tubuh sangat seksi seperti ku, kau seharusnya tertarik padaku saja benarkan?" bisik wanita itu dengan bibir yang hampir mendekat ke telinga Tuan Cilioen.

Tapi Tuan Cilioen melirik nya dan lalu menatap ke ponselnya.

"Jika kau berani mengatakan hal itu lagi pada nya, aku tidak akan senggan senggan membunuhmu, aku tahu semua tentang mu jika kau macam macam," kata Tuan Cilioen, seketika Wanita itu terkejut dan langsung melepasnya. Ia lalu berlari pergi meninggalkan nya, di saat itu juga Raina datang.

--

"Cobalah sedikit Ayah," Raina mengulurkan waffle yang telah ia gigit, lalu Tuan Cilioen mendekat dan menggigit, tapi siapa sangka, bukan nya menggigit untuk mencicipi, dia malah memakan sangat banyak sampai waffle itu tinggal sedikit membuat Raina terkejut tak percaya.

". . . Astaga... Ayaaah!!" aku berteriak merengek.

"Haha.... Maafkan Ayah," Tuan Cilioen malah tertawa di tengah Raina yang kesal dan memakan semua Waffle nya sampai habis.

"Ah, dahlah, tadi Ayah bilang tidak mau..." Raina membuang wajah.

"Haha... Maafkan Ayah okey, jangan marah, mari beli makanan yang lebih enak..." tatap Tuan Cilioen mencubit cubit pipi Raina membuat Raina kesal.

"Hmp.... Kalau begitu ayo ke kafe... Kita makan enak di sana," tatap Raina dengan berubah dan dia tampak tak marah lagi.

Terlihat mereka duduk berhadapan di meja kecil yang cantik.

"Ayah, apa ini pertama kalinya Ayah ke kafe?" Raina bertanya.

"Hm tidak juga... Ini biasa saja, tapi sepertinya menjadi luar biasa karena ada Raina," tatap Tuan Cilioen membuat Raina tersenyum senang.

Tapi tak lama kemudian ada sesuatu yang datang mengganggu.

"Halo permisi," seorang wanita tepat nya. Wanita berpenampilan sangat menggoda memanggil Tuan Cilioen dengan memegang bahu nya. Membuat mereka berdua menoleh pada nya.

"Halo Tuan, aku sudah mengawasi mu dari jauh. Yang aku lihat, apa Anda Tuan Cilioen?" Wanita itu menatap pada Tuan Cilioen yang hanya memasang wajah datar.

"(Wajah Ayah sepertinya sama seperti dia memperlihatkan pada wanita tadi.... Datar sekali...)"

"Ada urusan apa?" tatap Tuan Cilioen. Tapi aneh nya, Tuan Cilioen benar benar tak melihat nya, dia malah kembali fokus pada makan nya.

"(Kenapa wanita ini datang begitu saja? Apa dia orang dari kantor Ayah?)" Raina hanya bisa terdiam bingung.

"Tuan Cilioen, sebenar nya kita tak sengaja bertemu di sini. Tapi bisa kita berbicara pribadi?" kata wanita itu. Dari sana Raina sudah bisa mengira bahwa wanita itu ingin membuat pertemuan dengan Ayahnya.

"Em... Kalau begitu, aku akan pergi ke kamar mandi," Raina berdiri dan bermaksud tidak mengganggu mereka. Karena dia mungkin berpikir soal situasi tersebut yang begitu penting untuk mereka berdua.

Tapi. "Tunggu," Tuan Cilioen menghentikan nya dengan berkata itu tadi. Hal itu membuat nya tak jadi berdiri dan kembali duduk.

"Untuk apa kau mau pergi, Sayang?" Tuan Cilioen menatap nya dengan serius. Di mana tatapan ramah itu, kenapa dia malah memasang wajah datar pada Raina, membuat hatinya sempat berdegup kencang dan gemetar.

"Ayah tidak berencana mengobrol dengan nya," tambah Tuan Cilioen. Mendengar itu, Raina dan wanita itu menjadi terkejut. Kenapa Tuan Cilioen menolak nya dengan menyindir seperti itu.

"Tu... Tunggu Tuan Cilioen, tapi aku ingin mengobrol hal penting," wanita tersebut mencoba memohon.

Tapi Tuan Cilioen tiba tiba berdiri membuat nya terkaku. Raina yang masih duduk hanya bisa diam tidak mengerti apapun.

"Ini adalah waktuku dan Putriku menghabiskan waktu bersama, jadi apa aku perlu menjelaskan lebih lanjut?" Tuan Cilioen menatap sangat tajam membuat wanita tersebut terdiam tak bisa berkata kata. Lalu ia menunduk perlahan. "Ma... Maafkan aku... Kalau begitu aku pergi dulu," dia berjalan pergi setelah menunduk pada Tuan Cilioen.

Lalu Tuan Cilioen menoleh pada putrinya yang terdiam. "(Aku sempat berpikir Ayah akan memasang wajah tajam itu lagi, tapi aku salah. Dia memasang wajah ramah padaku.)"

"Kau mau pergi sekarang Sayang, mari kita pergi ke tempat lain yang kau inginkan," tawar nya dengan senyuman ramah itu.

Raina mencoba mengerti pada hal yang barusan, lalu dia bertanya. "Apa hari ini Ayah benar benar tidak sibuk?"

"Haha ini sudah ke sekian kalinya kau bertanya Sayang, Ayah sudah bilang hari ini tak ada acara apapun, bagaimana jika habiskan waktu hari ini sampai malam?" tatap nya dengan baik.

"Tapi, aku masih merasa tidak enak pada wanita tadi," Raina benar benar masih kasihan pada wanita tadi.

"Jangan khawatir, mereka sudah terbiasa melakukan dan mendapatkan perlakuan itu, jadi... Mari kita pergi" Tuan Cilioen berdiri lalu Raina juga berdiri dan berjalan mengikuti nya. Tapi wajah Raina masih khawatir hingga Ayahnya menoleh. "Oh ayolah Sayang, jangan khawatir, okey?" Dia mencoba menenangkan Raina.

Tapi Raina tampak masih tidak nyaman. Dia juga berusaha mengangguk. "Baiklah..." dan tersenyum kecil membuat Tuan Cilioen juga tersenyum kecil membelai kepalanya.