Chereads / Layaknya Pelacur Itu (HIATUS) / Chapter 18 - Chapter 18 Bodyguard Good

Chapter 18 - Chapter 18 Bodyguard Good

POV: PEKERJAAN BAHAYA MAFIA SEMPURNA

Seperti yang di kenal, Tuan Cilioen yang tertarik menghabiskan waktunya dengan Raina juga harus menghabiskan waktunya dengan pekerjaan nya.

Terkadang itu membuat nya tak fokus dan terus saja memikirkan Raina yang membuat nya menghela napas panjang memegang keningnya. "(Raina, ini bukan berarti aku akan menjadikan mu sebagai wanita yang memiliki hal yang sama dengan ku, arti dari Cilioen adalah dari yang tertinggi, tak peduli ini keji atau tidak.)"

Ia menatap bingkai foto kecil di meja kantornya itu. Itu adalah Gadis manis yang masih kecil dan cantik, tak lain adalah Raina. Dia selalu menatap bingkai itu ketika mengurus pekerjaan nya sendiri.

"(Kau sudah sebesar ini ya, Sayang,)" tatap nya memegang bingkai itu dan mengambilnya untuk melihat dari dekat. Raina tampak imut dan manis ketika dia masih kecil.

"(Manis ketika kecil dan cantik ketika besar...)"

Tak lama kemudian, ada yang mengetuk dan membuka pintu. Itu adalah Link, dia berjalan mendekat dan berdiri di hadapan meja Tuan Cilioen agak jauh.

"Jangan buat aku harus memeras banyak saudaramu," kata Tuan Cilioen, tatapan nya hanya terlihat dari matanya dan wajahnya yang gelap tak terlihat.

Link membungkukan badan. "Baik, Tuan Besar, Saya akan melakukan apa yang seharusnya Saya lakukan."

"Buat Raina suka padamu, jangan buat dia tertarik dengan banyak lelaki maupun pria, ajari dia menjadi gadis yang dewasa, waktu ku bersama nya akan tambah sedikit karena pekerjaan ini, jangan sampai Raina membenci ku hanya karena kau menceritakan semuanya. Jika mulutmu sampai mengeluarkan satu kata dari kata yang terlarang di sini, aku tidak akan segan segan membunuhmu sebelum kau menggantikan kematian Raina."

". . . Apa Anda ingin Nona Raina menjadi milik Saya?" tatap Link.

"Tidak sepenuhnya, terserah jadi apa di samping Raina," balas Tuan Cilioen sambil berdiri merapikan bajunya dan berjalan melewati Link yang masih membungkukan badan. Saat melewatinya, Tuan Cilioen menambah perkataan nya. "Aku akan pergi selama satu minggu, jaga dia dan buat dia tidak memikirkan ku, itu akan mengganggu akal sehatnya."

"Saya mengerti," balas Link. Tepat di saat itu, pintu tertutup seperti iblis yang baru saja keluar dari neraka.

"(Aku bukan lelaki dari kasta bawah, aku juga bukan lelaki yang harus menjadi budak... Aku justru memiliki kedudukan marga sama dengan Tuan Besar, tapi keadaan memaksaku untuk melakukan ini. Aku akan melakukan perintahnya, menjadikan Nona Raina suka padaku dan membuatnya menghindari banyak lelaki maupun pria. Jika Tuan Besar mengatakan terserah aku ingin jadi apa di samping Raina. Biarkan aku menjadi orang yang dia suka.)"

--

"Hoam...." aku menguap dan menutup buku ku, pelajaran hari ini benar benar mudah. Aku bisa mengerjakan nya setiap kali aku paham hingga ini membosankan. "Baiklah, sudah waktunya pulang."

"Raina," sebelumnya ada yang memanggilku, seorang lelaki yang sama di kelas ku.

"Kamu ingin bareng aku? Aku akan mengantar mu pulang."

"Eh, aku... Di jemput Ayah ku."

"Oh ayolah Raina... Berhentilah menjadi gadis Ayah mu... Kau sudah dewasa, bukankah waktunya mencari pacar? Tidak kah kau merasa aneh, seharusnya kau menghargai ku yang telah berani menawari mu pdkt," tatapnya dengan nada jantan dan berani.

Itu membuat Raina terdiam. "(Itu memang benar sih.... Apakah ini waktunya mencari pasangan.... Mungkin bergantung pada Ayah akan mengganggu ku....)" pikirku dengan khawatir.

"Raina... Bagaimana?" lelaki itu masih menatap.

"Um aku--" aku belum selesai bicara, ponsel ku berbunyi dari nama tidak di kenal. Aku bingung lalu mengangkat nya sambil membelakangi lelaki itu.

"Nona Raina?" suara itu seperti aku kenal.

"Link?"

"Ah, Nona Raina, yang menjemput Anda adalah Saya, biarkan Saya mengantar Anda dan Saya sudah menunggu di depan gerbang sekolah. Sayang nya Tuan Besar masih sibuk."

Jadi, Ayah sibuk dan tidak menjemput ku. "Ah, baiklah, aku akan ke sana," balas ku. Ini pertama kalinya aku di jemput oleh bawahan Ayah.

"Ah, aku harus pergi, terima kasih tawaran nya, aku akan pergi," aku menatap pada Lelaki yang kecewa itu karena aku tak jadi ikut. Lalu aku berjalan pergi.

Tapi betapa terkejutnya aku ketika melihat Link menaiki apa untuk menjemput ku. Sebelumnya, aku melihat Link berdiri di depan gerbang sambil bermain ponsel nya, aku bertanya tanya sedang apa dia di sana, kenapa tidak di kendaraan, apakah dia mencoba menebar pesona dengan wajah maupun tubuhnya itu, bahkan bisa melihat banyak dari siswi yang berlalu lalang melewatinya harus menatapnya dengan wajah yang begitu kagum.

Link hanya fokus menatap ponsel nya hingga ia kebetulan mengangkat pandangan dan menatap ke arahku yang berjalan padanya. "Nona Raina," dia langsung menyimpan ponsel nya dan membungkukan badan dengan sopan membuat semua teman teman ku yang ada di halaman kampus menatap itu, dan itu membuat ku agak malu.

"Kemana Ayah pergi?" tatap ku dengan ragu.

"Ya, Tuan Besar sudah pergi dan menitipkan salam padaku untuk mu, Beliau ingin Anda fokus pada pelajaran Anda hingga menjelang wisuda nanti, untuk seminggu kedepan, Saya sudah membuat jadwal kehadiran kunjungan di kampus Universitas yang akan Anda tempati, ada penggelaran Open Universitas di sana," kata Link dengan nada datar tapi dia mencoba tetap sopan dan tenang.

"Jadi.... Ayah terbang kemana lagi?" tatap ku.

". . . Eropa..." balas Link.

"Ah, baiklah. (Aku seharusnya bersikap biasa saja... Itu pekerjaan Ayah dan urusan Ayah...)" aku mencoba berpikir tenang saja. Ayah bahkan tidak berpamitan pada aku dan memilih menitipkan pesan pada Link. Itu sungguh aneh.

"Kalau begitu, apakah aku bisa pulang sekarang?" tatapku.

"Baiklah, lewat sini," Link menuntun ku hingga aku bingung, tak ada satupun mobil di sana. Aku bahkan sampai bertanya tanya dimana mobil yang di kendarai Link.

Hingga aku tahu, dia tidak mengendarai mobil, dia malah menunjukan motor speed berwarna hitam dan corak garis merah yang sungguh sangat keren, juga terlihat masih baru. Dia memberikan satu helmet yang sangat lucu padaku, helmet yang menutupi wajah, tapi di sana ada aksesoris kuping kucing dan warna yang lembut.

"Wah, sangat lucu!" aku menyukai nya dan langsung mengambil nya, Link tampak hanya diam dan memakai helmetnya sendiri.

"Nona Raina, tolong pegangan padaku," dia mengatakan itu setelah dia sendiri sudah naik di motor. Tubuh nya yang tinggi sangat pas untuk motor besar itu, lalu aku naik di bangku belakang nya, aku berharap ada orang yang melihat aku memakai helmet selucu ini, emang boleh selucu ini?

Hingga ketika sampai di apartemen besar ku, aku turun dan memberikan helmet nya. "Link! Itu tadi sangat keren sekali! Bagaimana kau bisa sekeren ini! Kamu bahkan memberikan ku helmet yang sesuai dengan ku! Itu sangat imut!!" Aku terus memujinya dengan rasa senang ku.

Link masih terdiam sih, tapi ketika dia melepas helmet miliknya sendiri, aku bisa melihat senyuman kecil yang sangat lembut di sana membuat ku yang jadi terdiam sekarang. Apalagi dia mengatakan sesuatu. "Saya berusaha belajar apa yang Nona Raina sukai agar Anda tidak kecewa dengan pengawalan Saya," tatapnya.

Dari sana aku berpikir, dia mungkin berusaha sangat keras untuk bisa menjadi pengawal ku, apakah ada ujian untuk menjadi pengawal ku hingga aku sadar, dia pernah mengatakan bahwa dia dipilih dari yang terbaik, itu berarti dia memang di beri pesan yang sangat berat, ini membuat ku penasaran bagaimana dia melakukan nya. "Bukankah kamu sebelumnya pengawal Ayah ku? Harusnya pakai mobil? Aku cukup terkejut ketika ini semua berkebalikan."

Tapi Link tampak kembali memasang wajah tenang dan masih saja bersikap formal. "Terima kasih, kalau begitu, bolehkan Saya masuk ke dalam, Saya akan membuatkan makan malam," tatapnya.

"Eh, Link bisa memasak? Apa Ayah ku juga menuntutmu melakukan nya?" aku menatap penasaran.

"Ya, jika Anda mengizinkan Saya, mungkin tidak baik mengizinkan sembarangan lelaki masuk di apartemen yang sama dengan Anda--

"Tak apa, jika itu tugas dari Ayah, aku juga akan baik baik saja, asalkan jangan kelewat batas.... Jadi, mari masuk," aku menatap mengajak lalu Link berjalan mengikuti ku. Rasanya sangat menyenangkan, kesan yang tercipta sungguh sangat hebat, mungkin aku bisa berpikir Link akan belajar banyak jika dia bisa membuat ku tenang.

--

Tak lama kemudian, aku keluar dari kamar ku, aku sudah mandi dan berganti baju, rambut ku masih basah dan tak peduli itu menetes di lantai yang aku lewati ketika berjalan di lorong menuju ke ruangan beranda, ada dapur tempat dimana aku bisa melihat Link selesai memasak dan terlihat banyak sekali makanan malam di meja makan.

Hal pertama yang aku lihat adalah dia memakai apron milik Ayah, terlihat seperti Ayah saja yang selalu membuat makanan ketika sempat.

"Link, aku suka aroma nya," tatap ku mendekat padanya, aroma makanan yang sangat menggoda membuat ku lapar. Link terdiam di tempatnya, dia bahkan tidak duduk, dia berdiri di sisi meja makan yang lain.

"Um.... Apa yang kamu lakukan?" aku bingung, apakah kita harus melakukan semacam ritual karena aku sudah duduk duluan di kursi.

"Nikmati makanan Anda, Nona Raina," tak di sangka dia mengatakan itu yang artinya dia tidak ikut makan.

"Hei, apa yang kamu katakan, sekarang lepas apron nya dan duduk di hadapan ku, kita makan bersama ok?" aku menatap.

Tapi dia menolak dengan formal. "Maafkan Saya, Saya tidak pantas melakukan nya."

"Ck, kamu tidak seru," aku mulai menggerutu, tapi siapa sangka, perkataan ku tadi membuat wajah Link terkejut, dia langsung melepas Apron nya dan duduk di hadapan ku membuat ku bingung.

"(Eh? Kenapa berubah nya cepat sekali?)" aku terdiam berpikir, hingga aku sadar, dia takut aku tak suka padanya. "(Hm... Aku jadi punya ide....)"

--

Malam harinya aku mencoba bersantai dengan menatap televisi di sofa, dengan memeluk bantal sofa dan duduk sendirian, sementara Link sudah ada di luar apartemen ku. Dia tadi bilang sesuatu. "Nona Raina, Saya akan menunggu di luar apartemen, nikmati malam Anda, selamat malam."

"Dia mengatakan itu sangat aneh... Kenapa tidak ikut menonton televisi bersama ku... Atau ikut tidur? Apakah dia tidak butuh tidur?" gumam ku dengan kecewa.

Tapi tiba tiba ponsel ku berbunyi pesan dari meja di depan sofa, aku lalu mengambil nya dan melihat bahwa itu dari Noe.

== Raina, apa kau punya pacar baru?!! Karena aku melihat mu di bonceng Lelaki yang mengendarai Motor gede!! ==

Tak di sangka sangka, Noe benar benar melihat ku yah, entah aku harus tertawa atau malah panik karena dia sudah tahu, tapi kan, Link bukan pacar ku. Aku memutuskan untuk membalas pesan nya.

== Bukan, dia bukan pacar ku, dia hanya semata suruhan Ayah ku, untuk sementara, dia menemani ku karena Ayah ku sedang pergi ke luar Negri ==

Cukup sejenak dia membaca kemudian mengetik dengan cepat. == Owalah, aku pikir pacar mu, tapi yang bener aja, Lelaki itu sangat tampan, bahkan di lirik banyak orang==

"Oh, hahaha.... Seperti nya pesona dari Link meluluhkan banyak mata," aku tertawa kecil tapi aku sadar kalau ini sudah waktunya jam tidur.

"Sepertinya waktunya tidur," aku berdiri dan mematikan televisi, kemudian berjalan ke kamar dan langsung berbaring di sana dengan lampu yang menyala.