Im Getting Stronger?,it is real?

Myrel56
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 2.9k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Prolog

Di sebuah desa kecil bernama Leundo, hiduplah seorang anak yatim piatu bernama Flare Grate. Sejak bayi, ia ditelantarkan oleh kedua orang tuanya dan dipaksa untuk hidup sendiri. Tidak ada yang peduli padanya, dan desa itu seolah menutup mata terhadap penderitaannya.

Setiap hari, Flare muda berjalan di jalanan desa, hanya mengenakan popok bayi yang sudah usang. Dengan perut kosong dan tubuh yang ringkih, ia selalu merencanakan satu hal: mencuri makanan untuk bertahan hidup. Pencurian menjadi rutinitas harian baginya, sesuatu yang tak dapat ia hindari.

Akan tetapi, meskipun Flare berhasil mencuri, hidup tidak pernah berpihak padanya. Penduduk desa yang menyadari perbuatannya selalu mengejek, memaki, dan memukulinya setiap kali melihatnya. Mereka menganggapnya tidak berguna dan hina. Selama bertahun-tahun, Flare menanggung rasa sakit dan penghinaan hingga, pada usia 14 tahun, ia memutuskan bahwa hidup ini harus berakhir.

Dengan tekad yang membara, Flare meninggalkan desa Leundo. Tidak ada yang peduli ke mana dia pergi, tetapi jauh di lubuk hatinya, dia tahu bahwa masa depan yang lebih baik hanya dapat dicapai jika dia menjadi lebih kuat.

Selama perjalanannya, Flare menemukan sebuah rumah kosong di hutan. Rumah itu tampak terlupakan oleh waktu, tetapi di dalamnya terdapat barang-barang rumah tangga yang berdebu dan bahkan beberapa makanan yang hampir busuk. Flare merasa takjub, seolah-olah tempat ini telah dipersiapkan untuknya. Ia menjadikan rumah itu sebagai rumah barunya.

Di dalam rumah, Flare menemukan sesuatu yang mengejutkan: lemari penuh senjata dan perlengkapan perang. Ada pedang, kapak, busur, dan berbagai senjata lainnya. Flare memandangi senjata-senjata itu dengan mata berbinar.

"Aku akan mengambil ini. Aku ingin menjadi kuat dan menjadi seorang petualang!" gumam Flare dengan keyakinan yang kuat. Ia meraih pedang kayu, berjalan keluar, dan mulai berlatih tanpa ragu-ragu.

"Akan kubuktikan. Aku akan menjadi lebih kuat dari siapa pun!" serunya dengan penuh semangat. Sejak saat itu, hari-hari Flare dipenuhi dengan latihan tanpa henti. Ia berlatih memanah, belajar memasak, melakukan latihan fisik yang intens, mempelajari ilmu sihir, dan berburu di hutan. Ia terus-menerus memaksakan diri hingga batas kemampuannya.

Namun, seiring berjalannya waktu, Flare masih merasa tidak puas dengan kemajuan yang dicapainya. Ia merasa kekuatannya belum cukup untuk meraih mimpinya. Dengan tekad yang semakin kuat, Flare memutuskan untuk pergi ke ibu kota dan mendaftar sebagai petualang.

Ketika Flare tiba di ibu kota, ia memasuki gerbang dengan mudah. ​​Namun, saat ia melangkah ke guild petualang untuk mendaftar, resepsionis menatapnya dengan ekspresi sinis.

"Anak seperti kamu seharusnya bermain, bukan mencoba menjadi petualang," ejek resepsionis itu.

Namun Flare tetap tidak gentar. Resepsionis yang tidak dapat menolak tekad Flare yang kuat, membawanya ke sebuah kamp pelatihan. Di sana, pelatihan berat telah menantinya. Flare tidak menyerah. Ia menghadapi setiap tantangan dengan semangat membara. Latihannya lebih keras daripada orang lain, dan setiap hari di kamp terasa seperti neraka. Ia harus mengangkat kotak-kotak berat seberat 25 kilogram, menyeret batu-batu besar seberat 15 kilogram, dan menjalani berbagai latihan ekstrem.

Lima tahun perjuangan dan keringat telah berlalu. Flare menjalani pelatihan fisik dan mental yang intens. Namun, ketika ia akhirnya kembali ke guild petualang untuk evaluasi, kenyataan pahit menghantamnya. Resepsionis, yang sejak awal tidak pernah menyukai Flare, mengatakan kepadanya bahwa pangkatnya hanya F – lebih rendah dari orang biasa.

Kekecewaan itu menghantam Flare dengan keras. Jantungnya berdebar kencang, dan badai kemarahan serta frustrasi berkecamuk dalam dirinya. Bagaimana mungkin ia masih dianggap lemah setelah semua kerja kerasnya?

Dengan jiwa yang terluka, Flare memutuskan untuk kembali ke rumahnya di hutan. Namun kali ini, ia kembali dengan tekad yang lebih besar. Kegagalan itu tidak akan menghentikan mimpinya. Berdiri di depan rumah kosong yang pernah ditemukannya, Flare bersumpah pada dirinya sendiri untuk terus melampaui batas kemampuannya.

"Aku tidak akan berhenti. Latihan yang lebih berat lagi menantiku. Aku akan menjadi lebih kuat dari siapa pun, dan aku akan membuktikannya kepada dunia."

Dengan tekad yang kuat, Flare melanjutkan latihannya, kali ini dengan intensitas yang jauh lebih besar. Perjalanan untuk menemukan kekuatan sejatinya baru saja dimulai.