Bibir Blaise tertunduk lesu dalam sebuah pout saat dia menatapku dengan mata besar yang berkaca-kaca. Aku tidak bisa menahan diri, tersenyum meski suasana disekitar begitu muram.
Dengan langkah kecil dan cepat, aku hampir melompat ke dalam pelukan Blaise, yang secara otomatis melingkarkan tangannya mengelilingi tubuhku. Dia sedikit memutar tubuhku, memelukku erat dalam dekapannya sambil aku menikmati kehangatan yang menenangkan dari pasanganku. Lalu, dia membungkuk dan merebut bibirku dalam ciuman yang mempesona.
Aku harus sedikit berdiri dengan ujung kaki, berpegangan erat padanya sementara dunia di sekitar kami seakan menyurut. Bahkan ketika kami akhirnya terpisah satu sama lain, seolah ada madu yang menghubungkan tatapan kami, tidak bisa terlepas sepenuhnya.