Chereads / Drop Blood: The Successors / Chapter 27 - Chapter 27 Display Cat

Chapter 27 - Chapter 27 Display Cat

Tampak Felix meletakan sebungkus apel tadi di meja dekat sofa dimana Neko duduk dengan wajah yang kesal sambil membuang wajah, tapi di balik wajah kesal itu, dia juga ketakutan ketika melihat Felix memukul orang di depan publik bahkan tak ada henti hentinya memberi ampun. "(Kenapa dia bisa begitu mudahnya melakukan itu di publik, aku belum pernah melihat nya memukul sebegitu banyak nya... Apalagi semua orang menatap ke arah kita... Apakah mereka akan berpikir bahwa kita aneh, apalagi dia di dekat ku, aku seharusnya pura pura tidak kenal dia tadi.)"

Felix yang baru saja meletakan apel itu menjadi menatap ke Neko, dia lalu mengambil satu apel dan duduk di dekat Neko sambil mengulurkan apel itu membuat Neko menoleh hanya pada apel itu. Apel yang tampak kecil jika di tangan Felix, tapi Neko tidak menerima itu dan kembali membuang wajah layaknya dia tengah marah pada Felix dengan diam.

Felix menjadi terdiam ketika Neko tidak menatapnya, dia hanya menatap ke apel nya, lalu mengeluarkan sapu tangan dan membersihkan apel itu meskipun apel itu memang sudah bersih sambil mengatakan sesuatu. "Aku sudah bilang padamu bukan, di luar sana berbahaya... Kau memisah sendirian, itu adalah resiko besar... Jangan membuang wajah hanya karena aku membela mu di depan umum--

"Itu bukan membela!" Neko langsung menyela menatapnya.

"Lalu apa?" Felix menatap serius membuat Neko menjadi terdiam dan kembali membuang wajah, tapi ia mengambil langsung apel di tangan Felix itu membuat Felix menatap nya, ia langsung memakan apel itu dengan masih membuang wajah kesalnya.

Felix menjadi sedikit tenang karena Neko memakan apel itu, dia lalu bersandar tenang di sofa. "Jangan lupa, kita masih di rusia, kita masih punya waktu lagi jika ingin berjalan jalan...." kata dia membuat Neko terdiam, dia baru memakan beberapa gigitan apel itu menjadi menatap ke apel itu. Lalu menghela napas panjang sambil mengatakan sesuatu. "Kenapa tadi, kau bermain ponsel mu, kau biasanya menatap ke arah ku sambil bicara...."

Mendengar itu membuat Felix terdiam menatap. Hingga Neko kembali menambah. "Itu yang membuat mu tak fokus padaku... Kupikir kau mengikuti ku dari belakang hanya untuk membeli apel, tapi kau hanya muncul ketika kau sadar aku tak ada di samping mu, itu salah mu," Neko menyalahkan nya membuat Felix masih terdiam, tapi ia kemudian bangkit dari bersandar nya juga menghela napas panjang dan mengatakan sesuatu. "Aku salah, maafkan aku."

Seketika Neko yang mendengar itu menjadi terkejut dan langsung menatap. "Begitu mudahnya kau mengatakan itu?!"

". . . Aku menatap ponsel karena aku menatap pekerjaan, tapi aku tak akan membuat nya sebagai alasan tetap, aku tak akan mengulangi nya lagi," Felix menatap membuat Neko terdiam, dia lalu membuang wajah. "Pergilah jika ingin menyelesaikan pekerjaan mu.... Aku tak peduli..." dia menggigit banyak gigitan di apel itu lalu berdiri, berjalan ke ranjang kasur sambil membuang apel itu di tempat sampah.

Felix menatapnya dari tadi dan dia melihat Neko masuk ke ranjang dan mulai berbaring dengan rasa masih kesal, Felix mencoba berpikir apa yang bisa membuat Neko tenang, tapi ponselnya berbunyi menandakan ada pekerjaan untuk nya.

Dia menatap ponsel nya tapi menoleh ke Neko. "Aku akan, pergi sebentar," tatapnya tapi Neko tak membalas, dia sudah pura pura menutup mata, lalu Felix berdiri dari duduknya di sofa dan berjalan mendekat ke Neko. "Aku bilang, aku akan pergi sebentar," dia menatap.

"Hm.... Pergilah.... Dan jangan katakan kita masih punya banyak waktu di sini," Neko membalas dengan suara kecil.

Felix yang mendengar itu menjadi sadar sesuatu, hal itu membuatnya berlutut dan menatap wajah Neko yang mencoba tertidur. "Aku akan pulang, kita akan berjalan jalan melihat keluar.... Aku janji," tatapnya, lalu mendekat dan mencium kening Neko kemudian berdiri dan berjalan pergi dari ruangan itu.

Setelah Felix benar benar pergi, Neko membuka mata dan terduduk di ranjang, sepertinya dia memang pura pura tidur tadi dan sekarang, dia masih begitu kesal sambil memegang kening nya yang tadi di cium Felix. "(Ini semua salah mu dan aku tidak mau tahu itu....)" wajahnya menjadi kesal.

Malam hari mulai muncul, Felix membuka pintu kamar hotel itu sambil membuka dasinya dan menghela napas panjang lelah, dia lalu menatap ke Neko yang duduk di sofa menatap televisi, dia lalu menoleh ke Felix dengan tatapan datar.

"Apa kau masih marah?" Felix menatap, dia berjalan mendekat dan Neko hanya fokus ke televisi.

"Bersiap siaplah... Kita akan pergi sekarang," tambah Felix.

"Bukankah kau baru saja kembali, jangan sok kuat," Neko menatap meremehkan membuat Felix terdiam menatap, tapi Felix menjadi tersenyum kecil. "Sepertinya ada seseorang yang mengkhawatirkan ku," tatapnya dengan rayuan membuat Neko terkejut dengan perkataan nya sendiri tadi.

"A... Apa yang memang nya aku katakan?!" dia langsung berdiri kesal, tapi mendadak, Felix membungkukkan badan mendekat mencium bibir Neko membuat Neko terkejut dan dorongan itu membuatnya terbaring di sofa.

Tatapan mata yang tak percaya membuat nya harus memberontak. "Lepaskan aku!!"

Tapi Felix menahan kedua tangan nya ke atas dengan satu tangan nya dan tangan nya yang lain masuk ke baju Neko dengan terus mencoba meminta Neko untuk membuka bibirnya untuk ciuman dalam.

Neko terbawa arus hangat itu membuatnya berwajah merah lemas, hingga akhirnya tak sadar membuka mulutnya untuk ciuman yang menambah gairah. "(Bajingan.... Brengsek! Lepaskan aku....)"

Ciuman itu membuat Neko lemas, apalagi tangan Felix yang merabanya dan perlahan membuka baju Neko untuk mencium tubuh Neko membuat Neko menutup mulutnya dengan wajah yang sangat merah.

"Apakah ini waktu yang cukup untuk ku melakukan seks sekarang?" dia memegang celana Neko dan mengangkat pinggang Neko ke atas untuk melepas celana Neko membuat Neko panik. "Tidak.... Tunggu....!!"

Tapi ada yang mengetuk pintu kamar dari luar dan mengatakan sesuatu. "Tuan Felix, keberangkatan pertemuan akan segera di tunggu Direktur."

Hal itu membuat Felix terdiam berwajah dingin, lalu dia menatap Neko yang mengatakan sesuatu dengan terpatah patah. "Ki.... Kita harus bersiap siap... K... Kau harus mandi..."

Tapi Felix tersenyum kecil. "Aku belum mengatakan soal apa yang aku bawa tadi," dia mengambil sesuatu dan menunjukan nya pada Neko, itu adalah kotak baju membuat Neko terdiam penasaran menatapnya, ketika akan mengambil, Felix malah meletakan nya di meja membuat Neko terdiam.

"Ayo mandi terlebih dahulu...." kata Felix membuat Neko terpucat.

Terlihat di luar kamar hotel, pengawal tadi mendengar suara keras yang bisa di dengar olehnya.

"Tidak!! Tunggu!! Ahk!! Aku tak mau!!" suaranya begitu keras dari Neko membuat nya terdiam tak nyaman.

Tak lama kemudian, air di bak mandi yang besar perlahan keluar sedikit demi sedikit karena mereka berdua yang sudah telanjang menatap masing masing dan Felix terus saja membuat Neko bergerak untuk memberontak padanya karena Felix terus mencium tubuh Neko. Tak lupa mencium perut Neko, dia masih heran dengan perut Neko yang tak terlihat membesar. Meskipun begitu, dia tetap melakukan cumbuan nya membuat Neko bernapas panas.

"Se... Sebaiknya hentikan ini aku mohon..... Aku ingin ini cepat selesai," Neko menatap memohon membuat Felix terdiam, tapi ia tetap memegang nya erat. "Hei, aku punya ide.... Bagaimana jika kau berhenti marah padaku soal yang tadi dan aku akan melepaskan mu untuk kita segera melakukan pertemuan itu," tatapnya dengan tatapan seringai membuat Neko terdiam dan menelan ludah. "Ba.... Baiklah...."

"Kalau begitu, sekarang cium aku," kata Felix, Neko tidak bisa kesal dan langsung mencium bibir Felix di antara air hangat yang memeluk mereka berdua.

Tak lama kemudian, Felix mengambil ponsel nya dengan tangan yang agak basah dan dia memakai handuk di lingkar pinggang nya, wajahnya terdiam menatap ponsel nya dan sudah jelas, dia baru saja keluar dari kamar mandi. Sementara Neko terbaring di sofa dengan handuk yang hanya menutupi tubuh telanjang nya. "Ugh.... Kepala ku sakit..." dia tampak terkena demam air panas, lalu melirik ke Felix. "Seharusnya aku tak menuruti mu, rasa panas tubuh bahkan membunuh di antara air hangat."

"Oh, ayolah, itu hanya mencium, meraba dan yang lain nya, aku juga belum puas jika tidak ada seks di sini...." Felix menganggap nya enteng, lalu meletakan ponsel nya dan mengambil kotak baju tadi, dia memberikan nya pada Neko yang menatap itu, dia lalu bangun duduk mengambil kotak itu dan langsung membukanya.

Ia terkejut karena itu adalah baju dress ketat dan sangat menawan berwarna merah. Hal itu membuat Neko terkejut dan berwajah mengerikan.

"Apa yang kau berikan padaku brengsek!!"

"Itu bukan pertama kalinya aku memberikan baju dress pesta padamu, itu baik baik saja, aku sangat yakin itu dan itu di buat dengan ukuran tubuh mu, sangat persis, baiklah, segera bersiaplah," Felix berjalan ke lemari besar di sana dan mengambil kotak dengan merk yang sama seperti baju Neko.

Neko menatap kesal dan seperti dendam, tapi dia tetap harus memakainya hingga kemudian, Felix sudah memakai setelan Jas nya yang berwarna biru gelap, dasi yang mencolok dan merapikan semua ujung pakaian nya sambil menoleh ke belakang, dimana Neko menatap dirinya di kaca, menatap wajahnya dan memastikan riasan wajah yang tak mencolok.

Felix yang melihat bajunya, baju itu ketat dan panjang hingga ke bawah, hanya saja, di atas dada hingga ujung tangan tidak ada kain sama sekali sehingga Felix berpikir ada yang kurang di sana hingga ia ingat sesuatu, dia berjalan mendekat ke Neko, memegang semua rambut Neko yang terurai dan mencium aromanya dari belakang membuat Neko menatapnya dari kaca.

"Kau melupakan sesuatu di sini...." Felix menunjukan lehernya.

"Yah, aku ingat," Neko menunjukan kalung mutiara yang sudah lengkap di kotak baju tadi, lalu Felix mengambilnya dan memasangkan nya di leher Neko, itu sangat cantik, sentuhan terakhir, Felix mencium bahunya dan mengatakan sesuatu. "Aku yakin kau sudah siap tampil cantik...." tatapnya membuat Neko hanya menatap datar, tapi ia menjadi tersenyum kecil dan menambah. "Tentu saja...."