Chereads / Drop Blood: The Successors / Chapter 26 - Chapter 26 Display Cat

Chapter 26 - Chapter 26 Display Cat

"Ini memang membuat mu lebih baik, tapi ini membuat ku tampak aneh..." Neko menahan malu dan sekarang dia duduk di pangkuan Felix di bagian paha kanan nya.

Felix menatap kertas yang di ulurkan pria tadi untuk dilihat.

Lalu menoleh ke Neko. "Kenapa tidak mulai, lakukan lah," tatap nya.

Neko dengan kesal mengambil garpu dan menusuk salah satu daging steak yang ada di piring Felix tadi dan mengulurkan nya seperti menodongkan pistol membuat Felix terdiam menatap.

"Kau tak bisa begitu... Asal kau tahu, menyuapi seseorang harus dengan lembut," kata Felix, bahkan dia mengambil garpu itu dan menyuapi Neko.

"Apa yang kau lakukan?"

"Sedang memberikan mu contoh, bukalah mulutmu.... Ah... Begitu."

"Ih... Hentikan itu," Neko menatap wajah mengerikan, tapi ia baru sadar Felix menggunakan nada yang sangat lembut dan begitu dekat. Ia lalu membuka mulutnya dan memakan daging itu dari garpu di tangan Felix.

"Itu gadis baik, jangan lupa tambahkan sedikit gula," kata Felix, seketika dia mencium pipi di dekat bibir Neko membuat Neko terkejut.

"Apa yang kau lakukan sialan!!" ia kesal.

"Sekarang kau sudah mengerti bukan, lakukan lah," Felix memberikan garpunya.

Neko menjadi ragu, tapi dia harus melakukan nya karena di bawah permintaan Felix, kemudian menghela napas panjang sambil mengambil garpu itu.

Sementara Felix kembali menatap kertas yang dia bawa di satu tangan nya, sementara tangan nya yang lain memegang pinggang Neko.

"(Duduk di sini, benar benar cukup stabil, ini karena tubuh nya begitu besar bahkan satu paha saja bisa membuat ku duduk....)" pikir Neko, lalu dia selesai menggunakan garpu itu dan menunjukan nya pada Felix yang menoleh.

Tapi Felix terdiam.

"Kenapa? Kenapa tidak makan!?" Neko menatap kesal.

"Aku tadi bilang apa soal menggunakan sikap yang lembut," Felix menatap.

"(Ck.... Kamu ini benar benar.... His...) Ha.... Baiklah, aku mohon bukalah mulut mu seperti ini Ah..." Neko membuka mulutnya lalu Felix tersenyum kecil dan mendekat memakan suapan itu.

Ketika Neko akan mengambil lagi, tiba tiba ia merasakan tangan Felix membuat nya harus kembali menoleh ke Felix.

"Apa?!" dia kembali kesal.

"Kau lupa apa yang kau lakukan setelah menyuapi," tatap Felix.

". . . (Tambahkan Gula?! Ciuman itu....)" Neko tampak geram bahkan gemetar tak mau melakukan nya.

"Ayo, jika kau tidak bergerak, kau mungkin hanya membuang waktu...." tatap Felix.

"Ha.... Baiklah..." Neko terpaksa menyetujui nya hingga kemudian mencium bibir samping Felix.

Para pelayan maupun asisten yang di sana menjadi menatap itu dari tadi, tapi mereka mencoba mengalihkan pandangan.

"Itu bagus, kau sudah mulai belajar.... Lakukan lah lagi," kata Felix, ia lalu kembali menatap kertas nya dan menandatangani nya di meja.

Hingga ketika makan nya sudah selesai, kertas itu juga sudah selesai.

"Baiklah, pergilah," Neko mendorong Felix, dia akan keluar dari pangkuan nya tapi Felix menahan nya. "Kau mau kemana memang nya?"

"Kau sudah selesai makan... Kau bisa fokus pada kertas itu... Aku tak peduli..."

"Siapa bilang aku sudah selesai makan?" Felix menatap membuat Neko terdiam, tapi ia terkejut ketika ada pelayan membawa porsi kedua lagi.

"Kau.... Kau pasti sengaja..." Neko kesal.

"Ayo, apa yang di tunggu, kau bilang kau tak mau kenyamanan makan ku terganggu, jadi bantu aku makan dengan menyuapi ku lagi...." tatap Felix.

"(Sialan....)" Neko begitu sangat kesal.

--

Beberapa jam kemudian terlihat Neko berlari cepat ke lorong hotel itu dan berhenti untuk bernapas cepat. "(Sial.... Aku terpaksa harus lari....)" dia tampak lelah.

Tapi ada suara tepak kaki datang dari lorong dan langsung menemukan nya yakni Felix. "Kenapa kau lari lambat? Bukankah kau belum selesai melakukan tugas mu?" Felix menatap tajam.

"Aku sudah berhenti, terserah kau ingin makan atau mengerjakan yang lain, aku tak peduli....." Neko menatap waspada, sepertinya dia tadi melarikan diri dan meninggalkan permintaan Felix yakni menyuapi makanan nya.

"Bukankah ini hanya permintaan mudah? Apa kau lebih memilih berlari seperti hewan buas dan aku adalah pemburunya?" Felix mendekat.

"Akh.... Menjauhlah!!" Neko berteriak dan langsung melarikan diri membuat Felix terdiam. "Hm.... Jadi khawatir sama perut nya...."

Neko kembali masuk ke dalam kamar hotel nya dengan terengah engah. Dia mengunci dengan kartu yang ia ambil dari saku Felix tadi.

Bahkan dia masih terengah engah lalu melihat sekitar.

Kemudian menghela napas panjang. "(Aku tak mau di minta minta.... Apalagi hal memalukan begitu.... Sudah cukup dengan banyak nya hal....)" ia berjalan ke sofa dan siapa sangka, di sana ada cemilan banyak.

Hal itu membuat nya bingung. "Kenapa ada banyak cemilan di sini?" ia duduk di bawah sofa.

Karena tertarik untuk memakan cemilan, dia lalu mencoba bersantai. "(Mungkin beberapa jam saja....)"

Sementara itu Felix memberikan kertas pada seorang pelayan wanita.

"Aku sudah selesai dengan itu, jangan lupa buat surat perjanjian nanti malam," tatapnya lalu wanita itu mengangguk sopan dan berjalan pergi.

"Sekarang mari lihat harimau nya sedang apa," ia berjalan menuju ke kamar dimana Neko lari tadi.

Neko terlihat memakan cemilan nya di hotel itu sambil menatap televisi. Tampak sangat santai dan tenang tanpa ada yang mengganggu.

"(Seharusnya aku melakukan ini sebelum mengenal konflik... Ini begitu nyaman....)" dia terlihat bersantai.

Tapi cahaya dari jendela terus saja menyinarinya. "Mengganggu," dia kesal dan berdiri.

Di saat itu juga Felix membuka pintu hotel dan menatap Neko yang ada di dalam, dia langsung berjalan duduk di sofa menatap televisi.

Tapi ia menoleh pada Neko yang rupanya menutup gorden nya membuat gelap, seketika suasana menjadi diam dan Felix malah berpikir lain membuat Neko masih terdiam polos.

Neko yang mendengar itu menjadi terdiam, bahkan dia tak berani menoleh. "(Apa dia masuk?!)" dia benar benar terpaku dan berpikir Felix masuk.

"Kenapa diam saja? Bukankah kau menutup gorden agar tak terlihat orang di luar bahwa kita sedang melakukan hal-

"Hentikan!" Neko langsung menyela dan menoleh dengan kesal.

"Kau! Kau benar benar menjengkelkan, aku hanya ingin cepat cepat bertemu dengan orang yang harus kita temui! Kenapa basa basi mu sungguh menjengkelkan?!" ia menambah.

Tapi Felix hanya memasang wajah senyuman kecil dan mengatakan sesuatu. "Bukankah aku sudah bilang bahwa dia bisanya nanti malam, tunggulah beberapa jam lagi, mungkin sekitar 12 jam."

"(Itu sungguh sangat lama...)"

"Kau pasti berpikir itu sungguh sangat lama," tatap Felix membuat Neko terkejut.

"Jika kau merasa waktu akan lama, kenapa tidak di sini dulu, lanjutkan bersantai mu," Felix menepuk paha nya untuk Neko duduk di pangkuan nya.

Tapi Neko terdiam kesal. Dia bahkan mengepal tangan nya dan mengatakan sesuatu. "Aku tak mau di sini, aku ingin keluar saja kalau begitu," Neko membuka gorden dan menatap di luar.

"Kau yakin, di sana berbahaya, Rusia berbeda dengan Korea, Jepang maupun apapun itu," tatap Felix, dia bahkan mengatakan nya sambil mengambil remot dan memindah chanel televisi dengan santainya bersandar di sofa itu.

"Memang nya apa perbedaan nya?" Neko menatap bingung.

"Kau akan tahu cepat atau lambat."

"Kalau begitu, ayo pergi," Neko menatap, tapi ia terkejut baru sadar dia menggunakan kalimat mengajak Felix membuat nya langsung menutup mulutnya. Lalu Felix tersenyum kecil dan berdiri. "Baiklah, ayo."

"Tu.... Tunggu, aku hanya bercanda! Aku tidak mengajak mu!" Neko tampak panik tapi Felix memegang tangan nya dan menariknya keluar membuat Neko putus asa.

Hingga terlihat mereka berdua berjalan di pinggir kota yang sangat besar itu, Neko beberapa kali melihat mereka berjualan sayur maupun buah layaknya hanya benda itu yang mereka punya. "Apakah Rusia termasuk Negara agraris?" dia menatap ke Felix yang menatap ponsel nya, jadi dari tadi berjalan Felix hanya menatap ponsel nya membuat Neko kesal, tapi Felix kemudian menjawab. "Yah, tempat ini termasuk negara Agraris, sebelum tahun 2000, rusia tidak pernah bisa bersaing dalam industri teknologi, mereka hanya menciptakan kereta untuk pertama kali, mereka tanpa sadar mengetahui bahwa negara mereka merupakan negara agraris, hingga sekarang, tempat ini malah menjadi negara yang sangat kuat dengan tentaranya...." kata Felix membuat Neko terdiam heran bagaimana Felix bisa mengetahui itu. "(Hm..... Buat apa curiga... Dia itu termasuk dalam negara sini, wajar jika dia paham sejarah sini juga....)" Neko kembali membuang wajah, lalu dia menatap penjual yang menjual apel sangat merah membuat nya terdiam menatap itu, bahkan tatapan nya menjadi ingin sekali membeli apel itu, hingga ia berjalan ke sana tanpa sepengetahuan Felix yang masih berjalan menatap ponsel nya.

Neko mendekat ke penjual buah itu. "Nona Cantik, mau beli apa?" Penjual itu menatap ramah.

Hal itu membuat Neko terdiam bingung. "(Tempat ini ramah, bahkan orang nya ramah, dasar, dia hanya berbohong.) Aku ingin apel nya..." Neko menunjuk apel merah.

"Oh, pilihan yang bagus, ini baru saja di ambil dari kebun yang segar...." Penjual mulai memilih apel yang lebih bagus untuk Neko yang menunggu.

Tapi mendadak ada yang memegang bahu Neko dari belakang membuat nya menoleh, dia pikir itu Felix tapi ketika menoleh, dia terdiam karena itu adalah lelaki asing. "Hei, cantik..." dia menatap menggoda. "Mau ikut dengan ku?" dia langsung merangkul Neko membuat Neko terkesal, dia bahkan langsung menjauh. "Bajingan, jangan sentuh aku," dia menatap berani membuat lelaki itu juga kesal. "Hei, dasar jalang, sejak kapan ada yang tidak mau ikut dengan ku, biar aku tunjukan kalau aku tidak salah!" dia akan mengambil Neko paksa dengan tangan nya itu membuat Neko terdiam dan menutup mata dengan gemetar, tapi ia tak merasakan apapun hingga ia membuka mata dan rupanya, tangan Lelaki itu sudah di cengkram oleh Felix yang datang, dia melepas tangan nya dan seketika menarik kerah lelaki itu hingga terangkat sedikit. "Sekali lagi menyentuh nya, kau akan tahu akibat nya," tatapnya yang langsung membanting lelaki itu, hal itu membuat Neko terdiam menatapnya.

Tak sampai sana, lelaki itu malah menantang. "Sialan.... Memang nya kenapa!? Berani sekali kau!?" dia langsung berdiri tapi Felix mendadak memukul wajahnya hingga dia terpental begitu saja membuat Neko terkejut melihat itu.

Ketika Felix akan mendekat ke Lelaki itu untuk menambah parah, dia mendadak berhenti karena merasakan Neko menahan tangan nya. Felix menoleh padanya. "Lepaskan aku, dia mencoba memaksamu bukan?"

"Sudah cukup, ayo kembali saja...." Neko menatap tak tahan membuat Felix terdiam, lalu dia menoleh ke penjual buah tadi yang gemetar memegang bungkus apel yang telah ia siapkan tadi, lalu dia mengambil bungkus itu dan berjalan mengikuti Neko tanpa membayar.