Chereads / Drop Blood: The Successors / Chapter 21 - Chapter 21 Display Cat

Chapter 21 - Chapter 21 Display Cat

"Sebentar lagi malam Nona Neko, Tuan Felix memintaku untuk membawamu ke suatu tempat," tatap Kim.

"Aku tidak akan pergi!"

"Nona Neko... Ini permintaan Tuan Felix, anda juga pastinya aman di sini, sekarang kita harus ke tempat dimana Tuan Felix meminta."

"Sekarang aku tanya, kenapa dia membawaku ke rumahnya?!" Neko menatap dengan kesal.

"Dia menahan anda di sini karena tempat ini paling aman untuk anda dan dia mencoba yang terbaik, dan juga karena sibuknya di kantor. Dia tidak dapat menemani anda jadi dia mempercayakan nya padaku," balas Kim.

"Cih... Terserah," Neko membalas dengan kesal dan berbalik berjalan pergi.

Hingga akhirnya, Neko pergi pada malam harinya. Neko melihat sekitar dengan bingung di keramaian itu. "(Di sini memang sedang ada festival tapi apakah mereka punya waktu seperti ini... Aku menjadi teringat saat dulu tak punya waktu untuk seperti ini. Aku juga benar benar tidak tahu apa yang harus kulakukan di sini karena ini pertama kalinya untukku,)" dia terdiam sejenak. Lalu ada beberapa orang bersuara melihat sebuah pasangan yang sedang menarik perhatian, dimana sang lelaki memberikan bunga manis yang indah dan berlutut menawarkan cincin. Si wanita pun juga menerimanya dengan senang. Neko hanya terdiam menatap suram pada mereka.

"(Mereka yang ada di luar sana bisa bebas melakukan hal yang memalukan itu, sangat terlihat aneh jika harus di lakukan oleh pria dan wanita. Memang nya apakah itu menguntungkan?)" Neko masih menatap suram pada mereka.

Setelah menerima cincin itu, sang wanita itu nampak senang dan langsung memeluk sang pria. Sang pria pun juga ikut memeluk erat kekasihnya itu.

Neko hanya membuang wajah dengan dingin dan cuek. Padahal semua pandangan tertuju pada mereka.

Neko hanya terdiam menatap suram dan tak lama kemudian seseorang memegang pundaknya membuat Neko menoleh ke atas, bahwa itu Felix.

"Kau sudah lama menunggu?" tatap Felix.

"Aku baru datang," balas Neko. Lalu Felix melihat sekitar.

"Aku hanya akan sebentar di sini, karena... Pekerjaan, apa kau benar benar tidak apa apa?"

Lalu Neko terdiam mendengarnya. "(Selalu sibuk.) Jika kau masih sibuk, kenapa kau di sini?"

"Kenapa... Apa aku tidak bisa mampir sebentar saja... Dan ngomong ngomong lihatlah langit setelah hitungan 10 detik mundur dalam hatimu," kata Felix.

"Untuk apa?' Neko menjadi bingung. "Lakukan saja."

Neko menengadah melihat langit malam dan menghitung mundur dalam hatinya. "(10... 9....8....7....6.....5.....4.....3...2....1...)" tepat setelah angka Neko habis. Tiba tiba muncul kembang api yang sangat indah membuatnya membuka mata lebar. Karena kembang api itu meledak di langit dengan berubah menjadi wajah dirinya sendiri. Wajah yang di gambarkan chibi dengan senyum manis. Semua orang yang melihatnya pun ikut terkesan.

"(I... Itu!!)" Neko masih terkejut tak percaya lalu menoleh ke Felix. Tapi rupanya Felix tidak ada. Neko menjadi terdiam dan kembali menatap langit. Perlahan wajah dirinya hilang meskipun masih banyak kembang api yang menyusul tapi ia tetap merasakan sesuatu yang aneh karena tak ada Felix di sampingnya.

"(Apa dia melakukan semua ini?! Tapi, Kenapa kau sangat sibuk... Aku tidak butuh ini semua... Aku hanya butuh sesuatu darimu, satu saja.)"

Setelah itu semua berakhir, Neko masih memasang wajah kecewanya. "(Ini bukan lagi aku membutuhkan bantuan tapi aku membutuhkannya,)" dia menjadi kesal. Tapi Kim berjalan datang dari belakangnya. "Nona Neko, anda ingin pulang, anda tidak terlihat baik dari tadi, apakah mau aku antar sekarang?" tawarnya.

"Yeah... Bisa," Neko membalas tanpa menoleh.

Sesampainya di apartemen rumah Felix. Neko terdiam duduk di sofa sambil membaca sebuah buku berbahasa Perancis.

Ia juga tak berhentinya menatap jam membuat mata membacanya tidak fokus pada buku.

Lalu menghela napas panjang dan menutup bukunya.

"(Soal tadi... Memang sangat indah... Tapi aku lebih senang jika kau juga ada di sampingku melihat kembang api itu,)" pikir Neko menyangga kepalanya dengan wajah cemasnya. Felix akhir akhir ini memang sangat sibuk dan agak sulit bertemu dengan nya.

"(Kenapa aku memikirkan nya terus, apa jangan jangan aku memang merindukan nya... Tapi bagaimana bisa.... Aku bahkan tidak tahu sejak kapan aku bersikap begini....)" ia menggeleng kepalanya.

Sementara itu, Felix menatap kertas yang ia bawa sambil merokok di samping jendela, berdiri di sana dan berada di kantornya.

"(Ini buruk, kenapa begitu aneh sekali.... Aku sudah sangat banyak mempelajari apa yang ada di dalam tubuh gadis itu.... Termasuk darah, mata dan semua yang sangat menawan dalam tubuhnya.... Aku yakin dia hanya gadis biasa, tapi darah sejenis nya.... Begitu sangat langka, kecuali, ayah nya... Dia belum mengetahui pasal ayah nya itu,)" pikir Felix dengan serius.

Sepertinya ia mencoba mencari informasi soal gen mata merah yang memang benar benar di percayai.

--

Felix membuka pintu dan terdiam ketika melihat Neko terbaring di sofa dengan tidur pulas. Dia mendekat, ia membelai pipi Neko dan mendekat. "Jangan tinggalkan aku nanti," bisiknya.

Beberapa jam kemudian Neko terbangun dan merasa berat pada perutnya, lalu ia melihat bahwa kepala Felix tidur di sana. Felix tidur memeluk Neko dengan kepalanya yang ada di perut Neko.

Neko terdiam dan perlahan meletakan telapak tangannya di kepala Felix lalu memeluk kepalanya dan kembali tidur

Di saat itu juga Felix membuka mata merasakan tangan Neko tadi lalu tersenyum kecil sendiri.

"(Aku tidak berpikir semuanya akan baik baik saja, aku juga tidak berpikir semuanya tidak akan baik baik saja. Tekanan ku selalu naik dan turun, perasaanku berubah dan menjadi permanen, rasa akan sesuatu menjadi hilang dan semakin melupakan sesuatu yang sudah pernah aku lakukan sebelumnya,)" Neko masih membuka mata sambil melihat jendela dari sofa sambil membelai pelan kepala Felix.

Felix yang merasakan Neko tidak tidur menjadi membuka matanya.

"(Saat kita pertama kali bertemu, sebenarnya apa yang ku pikirkan tentangmu...?)" Neko menjadi mengingat seseorang, yakni Matthew.

"(Dari awal sampai pertengahan, hidupku selalu di isi oleh pemikiran wajahmu, tapi sekarang aku benar benar sulit mengingat karena kita tidak pernah bertemu lagi sejak terakhir kali, aku ingin bertemu denganya... tapi ada seseorang yang menahanku.)"

Felix terdiam dan perlahan mengangkat kepalanya membuat Neko menoleh padanya.

"Apa yang sebenarnya kau pikirkan, kau seharusnya tidur saat aku di sini," tatap Felix.

"Aku tidak bisa jika aku sedang memikirkan sesuatu."

"Katakan padaku, siapa yang kau pikirkan dan apa yang membuatmu memikirkannya?" Felix membelai pipi Neko lalu berdiri dari sofa dan membawa Neko berjalan ke ranjang.

"Tidak ada, ini bukan urusan mu," Neko membuang wajah dengan masih berbaring.

Felix menjadi terdiam, dia lalu memegang perut Neko yang masih belum terlihat membesar. "Jika kau terus merenung ataupun memikirkan sesuatu, itu tidak akan baik untuk kesehatan bayi mu, aku ingin bayi ini tidak merepotkan mu, setelah dia lahir, pastinya akan tambah merepotkan, tapi aku yakin, dengan adanya kehadiran dia, kau tidak akan bisa merenung maupun memikirkan sesuatu yang tak berguna..." kata Felix membuat Neko hanya terdiam.

Dia memasang wajah ragu, lalu tangan nya juga memegang tangan Felix yang masih memegang perut nya.

"Sekarang katakan padaku," Felix mendekatkan wajahnya. "Apa yang kau inginkan, tempat apa yang ingin kau hampiri agar aku bisa membawamu keluar, karena menjadi kucing pajangan mungkin membosankan," tambah nya.

Neko menjadi menatapnya, lalu menutup mata perlahan dan menjawab. "Aku ingin melihat rumah ku."

--

Mobil hitam berhenti di sebuah tempat antah berantah dengan adanya ladang luas dan rumah sederhana di depan.

Lalu keluar Felix dari kursi supir. Ia berjalan membuka pintu Neko yang rupanya ikut padanya.

"Keluar lah disini," kata Felix. Lalu Neko berjalan keluar dan terdiam melihat tempat itu.

"Kenapa.... Ada apa disini?"

"Kau sama sekali tidak mengingatnya?" tatap Felix.

Neko kembali melihat ke tempat itu. Seketika muncul ingatan, sebuah ingatan yang sudah sangat lama hilang. "(Rumahku!!)"

"Aku yakin kau telah mengingat nya, aku tidak bermaksud menjadi penjahat didepan mu dengan menunjukan tempat ini, tapi aku hanya ingin kau tahu... Sebelum bersamaku kau juga harus ingat semuanya... Aku membunuh nya disini," kata Felix.

". . . Kau tak perlu mengatakan itu, aku sudah mengerti, kenapa kau tidak pernah bilang padaku soal tempat ini?"

"Sekarang aku sudah menunjukan nya bukan, apa yang akan kau lakukan padaku jika masa lalumu sudah kembali dari pikiranmu... Se tahu ku kau akan balas dendam padaku."

"Hmp... Dari awal kau hanya mempermainkanku dengan perkataaanmu... Aku sudah mengingat semuanya, aku terjatuh dan dia mengatakan sesuatu padaku... Lalu darah lepas dan masuk ke mataku membuatku seperti ini, gen orang tuaku adalah gen ku juga, kau membunuh mereka hanya karena menjadikanku sengsara. Dari awal kau yang menjadikanku semua ini..." kata Neko.

"Kau harus berpikir terlebih dahulu sebelum mengatakan bahwa gen darah merah tidak pernah ada.... Namun, seseorang yang pertama kali datang di dunia ini, bekerja sama dengan perusahaan kami, dia tak lain adalah orang yang membuat mu.... Dia gen darah asli yang telah menghamili wanita tak berguna, sehingga kau lahir pun tak berguna tanpa gen darah apapun... Namun ketika aku datang, kau berhasil membangkitkan mata milikmu," kata Felix.

Neko yang mendengar itu menjadi terdiam. "(Aku mungkin harus berpikir bahwa pria yang dia sebut adalah ayah ku.... Aku bahkan tak tahu, siapa itu dan dimana dia sekarang, apakah dia masih hidup atau tidak...) Dari awal, aku tetap menyalahkan mu karena kau yang membuat ku harus berlari sangat jauh dan mereka mengatakan ku monster.... Menghancurkan rumah ku dan pergi begitu saja...." kata Neko dengan tatapan kosong.

"Kau mau membalas ku?" tatap Felix dengan wajah tanpa takutnya.

"Saat waktunya nanti, aku akan membalasmu hingga aku bisa membuatmu mati."

"Mungkin kau harus memikirkan pertanyaan yang akan kau berikan padaku soal ayah mu," kata Felix membuat Neko terkejut diam.

"(Apa jangan jangan, dia tahu informasi soal ayah ku?!)"