Chereads / Drop Blood: The Successors / Chapter 24 - Chapter 24 Display Cat

Chapter 24 - Chapter 24 Display Cat

Felix tampak kembali dari kantornya, dia masuk ke dalam kamar Neko dan langsung mengendurkan dasinya sambil menghela napas panjang, tapi ia melihat Neko yang duduk di sofa kamar dengan wajah yang ragu. Neko bahkan sama sekali tak menoleh pada Felix yang datang. Biasanya Neko terlihat membaca buku atau melakukan apapun tapi kali ini, dia seperti melamun.

Lalu Felix mendekat dan berlutut di bawahnya menatap Neko. "Apa kau baru saja mendapatkan hal buruk? Mengapa ekspresi mu bisa di baca?" tatapnya dengan serius.

Neko hanya terdiam melihat nya lalu dia menghela napas panjang. "Apa benar, bahwa kau memiliki niat ingin membunuh ku dulu?" tatap Neko dengan wajah ragu.

Mendengar hal itu membuat Felix terdiam, dia lalu mengatakan sesuatu. "Apa kau baru saja mendengarkan sesuatu atau apa.... Katakan saja dan ceritakan agar aku mengerti jawaban apa yang kau mau," tatap Felix.

". . . Aku mendengar bahwa kau tidak berniat membunuh ku padahal... Ayah ku meminta mu membunuh ku," kata Neko.

"Memang nya kau tahu ayah mu yang mana, Bajingan itu tentu saja benar benar sudah menikmati hidup nya dan aku harus setiap hari mengatakan padanya bahwa aku tak memiliki informasi apapun tentang mu, juga, aku sudah tak berbicara dengan nya selama bertahun-tahun karena dia menikmati tempat yang bahkan harus menjadi milik ku," kata Felix dengan wajah sedikit kesal.

"Sebenarnya, apakah itu perusahaan mu? Perusahaan yang ada di rusia itu, apakah milik mu?" Neko menatap.

"Milik ku, murni milik ku, aku membangun nya sendiri... Sebelumnya itu milik seseorang yang paling buruk, tapi aku berhasil meruntuhkan nya, kemudian aku membangun kembali dan sial nya, bajingan itu datang begitu saja dan meminta ku membunuh mu..."

"Apa bajingan itu adalah ayah ku?"

"Yeah."

"Lalu, kenapa kau tidak membunuh ku? Padahal dia meminta mu untuk membunuh ku," tatap Neko. Mendengar itu Felix menjadi tersenyum kecil dan membalas.

"Jika aku membunuh mu, hal ini tak akan terjadi," dia menyentuh perut Neko membuat Neko terdiam kaku dengan sedikit wajah merah.

"Aku serius, aku meminta jawaban dari mu bukan karena kejadian yang bahkan tidak di prediksi seperti ini," Neko menatap serius lalu Felix menjawab.

"Karena aku tertarik padamu, sebenarnya dulu, aku ingin membalaskan dendam ku pada bajingan itu dengan membuat putrinya menderita, kesepian dan di injak injak orang, tapi aku terkejut kau bisa bertahan hingga sekarang dan aku yakin, bahwa kekuatan mu untuk terus melawan takdir adalah hal yang aku sukai, aku merancang hidup mu hingga kau jatuh di tangan ku juga, aku tertarik pada pandangan pertama," kata Felix.

"(Cih, kata kata yang aneh.... Kau bahkan mengatakan itu dengan wajah yang serius, apa kau ingin aku benar benar membalas perasaan mu itu.... Ck, sudahlah....) Kalau begitu, apa kau tidak ingin merebut kembali perusahaan mu itu?" Neko menatap.

". . . Hal yang bisa membuat nya menyerahkan nya dengan hormat adalah seseorang yang bisa meluluhkan nya... Aku berpikir beberapa kali dan mungkin orang yang bisa melakukan nya adalah kau sendiri."

"Memang nya ada apa dengan mu, bukankah kau lebih berani? Martabat mu lebih tinggi dari bajingan itu!" Neko menatap tegas.

". . . Entahlah, aku juga tidak tahu mengapa aku tidak berani mengambil nya dari mu, mungkin karena aku tak mau menggunakan emosi ku berlebihan, jika aku menggunakan emosiku, aku juga pasti nya akan mati karena bajingan itu rekan dari ayah ku dulu, dia mengambil perusahaan ku hanya berkedok menjadi rekan ayah ku, sampai sekarang, dia masih menikmati perusahaan itu," kata Felix sambil membuang wajah membuat Neko terdiam.

"Kalau begitu...." Neko menatap membuat Felix juga menatap. Lalu Neko menambah. "Aku yang akan melakukan nya...."

". . . Kau tidak akan bisa...."

"Aku bisa!"

"Dia seperti iblis, dia bahkan bisa melayangkan tangan nya padamu."

"Aku tidak takut itu, aku malah berpikir dia akan terkejut ketika melihat putrinya yang dulu sudah dikatakan mati kini muncul di depan nya.... Aku yakin dia akan terkejut," kata Neko membuat Felix tersenyum kecil mendengar itu.

"Bagaimana dengan bayi mu? Dia akan tahu kau mengandung bayi ku."

"(Ba.... Bayi mu!!)" Neko berwajah merah mendengar itu, tapi ia menggeleng. "Tidak akan, aku tidak terlihat mengandung karena masih kecil... Karena itulah, bawa aku ke rusia," kata Neko dengan tatapan nya membuat Felix terdiam.

Lalu dia menutup mata menghela napas panjang. "Baiklah, aku menghargai itu."

--

Terlihat Kim bertemu dengan seseorang di kantor Felix, rupanya Acheline yang memberikan ponsel padanya, mereka saling melemparkan tatapan tajam nya, lalu Kim meletakan ponsel itu di telinga nya.

"Tuan Besar?"

"Siapa ini?"

"Aku bawahan dari Tuan Felix, meminta izin bahwa Tuan Felix akan melakukan pertemuan dengan anda di perusahaan anda, dan sekarang Tuan Felix sudah perjalanan terbang," kata Kim. Sepertinya dia memberitahu seseorang yang berada di rusia.

Sementara itu, Neko melihat sekitar di sebuah bandara. "(Menaiki pesawat ketika aku membawa bayi,)" pikirnya memegang perutnya.

Lalu Felix tampak datang. "Baiklah, pesawat sudah di sini," kata Felix.

Tapi Neko terdiam bingung melihat jadwal penerbangan. "Tapi.... Pesawat nya kesini satu jam lagi."

"Siapa bilang kita menaiki pesawat yang itu, kita menaiki pesawat pribadi," kata Felix menarik tangan nya membuat Neko terdiam mendengar itu tadi.

Sesampainya di dalam, ada kursi berhadapan tapi lebih lebar dan tidak mepet.

"Duduklah, perjalanan akan panjang," kata Felix. Lalu Neko duduk di dekat jendela dan Felix di bangku lain. "Bagaimana perasaan mu?" tatap Felix.

"Ini bukan seperti pertama kali aku akan menaiki pesawat... Hanya saja suasana di dalam sini lebih nyaman..." kata Neko membuat Felix tersenyum kecil. "Yeah, nikmati perjalanan mu, jika ada apa apa, mintalah padaku."

"Kau terlalu sok baik," Neko melirik.

"Apa tampang ku memang berlaku seperti itu, aku hanya senang kau berjuang untuk mendapatkan perusahaan ku nanti," kata Felix seketika Neko terdiam mendengar itu dan langsung menggeleng membuang wajah. "(Modus.....)"

Hingga ketika sampai di Rusia, benar benar negara ketat bahkan ketika mereka keluar dari pesawat, ada tentara Rusia yang datang.

"Bisa kami melihat paspor anda?" tatapnya pada Felix yang memberikan kartu paspor.

Ketika salah satu dari mereka akan menyentuh Neko memastikan bahwa Neko tak membawa alat apapun tiba tiba Felix menarik Neko.

"Bacalah paspor sebelum menyentuh nya," dia menatap tajam membuat tentara itu langsung membaca paspor.

Tentu saja di sana tertulis nama penting nya. "Tuan Park, oh.... Maafkan kami," mereka menatap dan langsung menundukan badan.

Neko terdiam melihat mereka, tangan nya terpegang Felix, lalu Felix berjalan duluan menarik tangan Neko perlahan.

Mereka menjauh dari tentara tentara itu.

"Kenapa mereka mengetahui mu? Bukankah mereka dari negara ini?"

"Tentunya mereka mengenal karena perusahaan rusia yang sudah di jelaskan," kata Felix.

Neko menjadi terdiam mengingat. "(Acheline mengatakan bahwa perusahaan terbesar itu paling berpengaruh di rusia bahkan menjalin hubungan erat menjadi dana pembuatan rudal besar, jadi karena itulah tentara negara tahu sosok nya.... Tapi bukankah dia tidak memegang perusahaan itu... Apa mungkin mereka hanya tahu bahwa perusahaan itu milik banyak orang,)" Neko terdiam berpikir dengan bingung.

Lalu Felix menatapnya. "Apa kau ingin mampir dulu?" tatapnya.

"Mampir?" Neko bingung sambil kebetulan melihat sekitar dan menemukan kedai roti.

"(Kue apel....)" matanya langsung bergelimang. Tapi ia tampak ragu mengatakan nya pada Felix.

"Kenapa? Kau ragu di sana ada kue apel?" tatap Felix.

"Hah, bagaimana kau bisa tahu apa yang aku cari?!" Neko menatap terkejut.

"Aku mengenal mu," Felix membalas sambil mereka masuk ke dalam kedai kue itu.

Membeli kue apel untuk Neko. Lalu mereka ke hotel.

"Eh, kenapa ke sini? Bukankah kita harus ke perusahaan itu?" Neko menatap bingung.

"Kita ke sana besok, kau harus istirahat dulu."

"Tapi, dia akan menunggu, kita harus cepat cepat menemuinya."

"Tidak akan menunggu, jangan terlalu di pikirkan," Felix membalas dan melepas baju atasnya membuat nya telanjang dada dan duduk di sofa sambil menghubungi seseorang sementara Neko duduk di sofa lain sambil membuka kue tadi dan memakan nya dengan perlahan.

"Kemarilah, kirimkan barang nya kemari," kata Felix di ponsel, tapi ia menatap Neko yang makan dengan menikmatinya.

Lalu menutup ponselnya dan berdiri, dia duduk di samping Neko. "Bolehkah aku mencobanya?" dia mendekat.

Lalu Neko menjulurkan sendok manis dengan gigitan kue itu. Lalu Felix memakan nya.

"Rasanya tidak semanis bibirmu," tatap Felix.

Neko menjadi terdiam, ia menatap kesal. "Kue ini sangat manis, bisa bisanya kau mengatakan itu.... Lihat ini," Neko memakan buru buru dan menghabiskan nya sambil menatap kesal ke Felix.

"Jika tidak manis, aku juga tidak akan menghabiskan nya, tapi aku menghabiskan nya sekarang," tatap Neko.

Tapi dia tidak sadar bahwa ada krim krim itu menempel di pipi maupun samping bibir Neko membuat Felix tersenyum kecil.

"Yah, aku percaya itu manis," dia mendekat, seketika mencium bibir Neko sekaligus membersihkan krim itu dengan lidah nya membuat Neko berwajah sangat merah, dia langsung mendorong Felix.

Tapi Felix menarik pinggang nya dan akhirnya dia memangku Neko yang terdiam menatapnya.

"Kita akan pergi besok, jangan sia siakan energimu," tatapnya, lalu dia berdiri menggendong Neko di dada lalu meletakan nya di kasur besar itu.

"(Oh, sangat nyaman....)" Neko menutup mata dan Felix terus menatapnya di samping nya.

Tapi tak lama kemudian, ada yang mengetuk pintu membuat Felix berdiri dan berjalan mendekat membuka pintu.

"Tuan Felix, ini barang yang Anda minta," orang itu memeberikan kotak baju kecil lalu Felix menerima nya.

"Siapkan jam ke perusahaan itu di pagi hari, aku akan bersiap dan jangan lupa bilang pada bajingan itu," kata Felix.

Lalu orang itu mengangguk mengerti dan berjalan pergi, Felix menutup pintu dan meletakan kotak itu di meja. "(Besok, aku sudah bisa melihat apa yang terjadi....)" wajahnya tampak suram melihat Neko yang tertidur pulas.