Selamat membaca guys, semoga kalian suka. Maaf ya kalau ada typo-typonya ^-^
Note kalimat miring+tanda petik satu itu pakek bahasa isyarat ya dan kalo kalimat miring+bold itu suara batin ^-^
.
.
.
Semakin dekat pria itu dengan adhisti, semakin cepat pula detak jantungnya berdebar. Entah dia harus Bahagia atau menangis sekarang, karena jujur saja dia ingin pergi kalau bisa, dia merasa sangat gugup sekali.
'Hai, kita bertemu lagi.' Sapa pria itu dengan melambaikan tangannya pada adhisti. Sementara adhisti merasa semakin gugup, dan iku melambaikan tangannya dengan kaku
'Hai juga' Senyum tipis dengan kesan gugup yang ketara muncul di bibir adhisti. Tiba-tiba saja pria itu merasa jika suasana di antara mereka berdua agak canggung sekali, jadi dia memulai obrolannya lagi.
'Oh ya, terakhir kali kaki kamu terlukakan? Sekarang kaki kamu udah aman?' Tanya pria itu untuk mencairkan suasana canggung di antara mereka berdua.
'Eh iya kaki aku kesleo, tapi sekarang sudah tidak apa-apa kok. Oh ya, makasih ya kamu udah sempat menolongku kemarin.'
'Baguslah kalo udah baik-baik saja. Oh ya kenalin aku daneswara mahesa pradipta, kamu bisa manggil aku mahesa atau terserah kamu hehe.' Mahesa mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan adhisti.
'Aku adhisti jyotika bhanuresmi, kamu bisa panggil aku adhisti. Aku boleh panggil kamu danu kan?' Entah kenapa adhisti lebih suka memanggil mahesa dengan sebutan danu di bandingkan mahesa.
'Oh tentu saja boleh dhisti.' Mahesa tersenyum dengan sangat tampan, yang membuat adhisti seketika salah tingkah.
Tanpa mereka sadari, ini adalah awal mula dari kisah cinta mereka. Awal dari semua rasa asing yang tidak bisa mereka dapatkan dari orang lain. Ya, mari kita doakan mereka cepat-cepat Bersama.
...
Skip time
Saat ini dipta dan mahesa tengah berada di ruang keluarga rumah pradipta. Dan jangan tanya kenapa dipta masih ada di situ, karena pasti pria itu akan menjawab 'Ya emang kenapa kalau aku ikut ke rumahmu, toh aku juga anak kesayangan ayah arya' dan hal itu berhasil membuat mahesa sangat kesal sekali, dan berujung mengabaikan dipta.
'Udahlah mahesa, aku tadi cuman bercanda. anak kesayangan paman masih kamu.' Dipta berusaha untuk membujuk mahesa yang sendari tadi mengabaikannya, dan lebih memilih membaca buku. Sementara mahesa hanya melihat dipta dengan tatapan datarnya.
'Ayohlah, kamu masih berhutang cerita tentang siapa cewek yang di taman tadi?'
'Temanku.' Melihat jawaban singkat mahesa, dipta hanya melongo. Bingung harus menangis atau tertawa saat melihat mahesa.
'Bukan begitu mahesa yang tampan. Maksud aku tuh, kok kamu bisa kenal cewek cantik tadi? Terus kenapa tadi kamu gak kenalin aku ke dia?' Dipta berpura-pura merajuk, karena tidak di kenalkan dengan cewek cantik yang tadi ditemui mahesa di taman.
Mahesa memutar bola matanya malas dan membatin 'Mulai, mulai.'
'Cewek tadi namanya adhisti, anak dari keluarga bhanuresmi. Dan kalau tanya kenapa aku bisa kenal dia, karena aku gak sengaja nolongin dia waktu itu. Dah kan, udah jelas itu.' Mahesa menjelaskan secara singkat pertemuanya dengan adhisti yang tanpa sengaja.
'Hah? Kapan kejadiannya? Kok kamu gak pernah cerita ke sahabat kamu yang tampan ini. Wah unprend kita ya.' Dipta mulai berpura-pura ngambek lagi. Dan sialnya hal itu tidak di perdulikan oleh mahesa, dia malah kenak timpuk sama buku tebal yang sedang di baca oleh mahesa.
'Tidak usah alay.' Mahesa memutar matanya malas, dan puas saat berhasil menimpuk dipta dengan bukunya.
'Sakit sa, gila ya kamu, mana bukunya tebel lagi.' Dipta mengelus-ngelus kepalanya yang habis ditimpuk oleh mahesa. Sementara mahesa hanya tertawa jahat melihat ekspresi nelangsa dipta.
...
Saat ini adhisti dan sang kakak tengah berada di ruang keluarga, untuk menonton drama korea kesukaan adhisti. Suasana hening hanya ada suara dari actor dan akris drama korea saja yang mengisi suasana di ruang keluarga tersebut. Sampai tak lama kemudian, nalen atau nama pajangnyan Nalendra Radeva Bhanuresmi, menyeletukan pertanyaan pada sang adik.
"Kata bunda tadi kamu jalan-jalan ketaman depan komplek dek?" Tanya nalen pada sang adik.
'Iya, habisnya aku bosen di rumah aja. Jadi aku keluar ke taman depan, sekalian mau ketemu sama temen hehe' Adhisti meringis kaku di bagian kata "teman" karena jujur saja dia tidak tau apa mahesa dan dia sudah bisa di sebut teman.
"Teman? Oh maksudnya sama mara? Kok tumben kamu ngajak mara ketaman depan komplek." Nalen menyerngit bingung, pasalnya jika sang adik dan temannya itu keluar, pasti mereka akan ke tempat-tempat wisata guna mendapatkan foto yang aesthetic katanya.
'Bukan sama mara kak, ini teman baru adhisti' Jelasnya pada sang kakak.
"Teman baru? Kok gak kamu ajak main ke rumah dek." Adhisti yang mendengar pertanyaan ini bingung ingin menjelaskan bagaimana, karena jujur saja dia yang menganggap mahesa teman, tapi dia tidak tau apakah mahesa menganggapnya teman juga atau tidak?
'Anu kak, aku baru aja kenalan sama dia. Terus juga baru temenan sama dia' Nalen menyerngit bingung, baru kenalan dan baru jadi temen?
"Oh gitu, cewek atau cowok temennya' Nalen ini bertanya terus bagaikan wawancara pekerjaan saja ha ha ha.
'Em cowok kak, Dia itu sempet nolongin aku, yang aku sempet keseleo itu. Terus tadi pas jalan-jalan aku gak sengaja ketemu sama dia lagi.'-
'Ya, ssebenernya aku sih yang sengaja datang ke taman buat ketemu dia.' Lanjut adhisti dalam hatinya. Dan tersenyum malu-malu tapi mau gitu wkwkwk.
"Oh cowok, jangan-jangan itu bukan temen tapi gebetan ya oh atau pacar kamu?" Goda nalen pada adhisti. Dan hal itu membuat pipi adhisti bersemu merah.
'Apa sih kak, gak ya. Udahl ah adhisti mau ke kamar aja. Kakak gak asik.' Adhisti buru-buru bangun dari sofa yang dia duduki, dan segera berlari ke arah kamarnya. Sementara nalen yang di tinggalkan begitu saja oleh sang adik, hanya melongo, dan tak lama kemudian tertawa terbahak-bahak. Dia sempat melihat jika wajah sang adik manisnya bersemu merah.
.
.
.
Hallo gaes i'm back, gmna nih kalian suka gak sama ceritanya? oh ya jangan lupa bintang dan follow aku ya, see you gaes ^-^