Chereads / A Silent Lover / Chapter 5 - 05. Bertemu teman lama

Chapter 5 - 05. Bertemu teman lama

05. Bertemu teman lama

Selamat membaca guys, semoga kalian suka. Maaf ya kalau ada typo-typonya ^-^

Note kalimat miring+tanda petik satu itu pakek bahasa isyarat ya dan kalo kalimat miring+bold itu suara batin ^-^

.

Saat ini mahesa tengah berada di ruang kerja sang ayah, yang berada di perusahaan. Tadi setelah ia selesai mengecek stok bahan dan keuangan café yang bermasalah.

Dia sebenarnya akan pergi ke restorantnya dahulu baru ke perusahaan, tetapi ia berfikir jika masalah yang akan disampaikan oleh sang ayah cukup penting, jadi ia langsung ke perusahaan setelah dari café.

Dia berada di ruangan itu sendirian, dikarenakan sang ayah tengah menjalankan rapat penting dengan petinggi perusahaan. Mahesa duduk disebuah sofa yang biasanya di gunakan sang ayah untuk menyambut tamu klien.

Sebenernya dia menunggu sang ayah cukup lama, dan itu membuatnya cukup bosan. Akhirnya untuk mengalikan kebosanannya ia membuka tablet yang ia bawa, dan melihat-lihat harga pasar saham.

Saat tengah fokus melihat harga pasar saham, tanpa mahesa sadari sang ayah sudah masuk ke ruangan itu.

Cklek

"Nanti tolong kamu atur jam makan malam dengan tuan bhupedra, atur sekitar jam 7 malam di restorant Mystique." Ucap arya sembari masuk ke dalam ruangannya. Hari ini sebenernya ia cukup sibuk, ada beberapa pertemuan dan juga ada sedikit masalah dalam proyek barunya.

"Baik pak arya. Pak ini ada beberapa berkas yang perlu anda tanda tangani, lalu pada jam 4 sore nanti anda ada jadwal untuk melihat perkembangan proyek resort di daerah xx" Ucap sekertaris arya, yang berjalan mengikuti di belakangnya.

"Baik, nanti tolong ingatkan saya lagi. Dan untuk berkasnya, nanti saya panggil kamu jika sudah saya tanda tangani. Jadi tolong taruh saja di atas meja saya." Sekertarisnya berjalan ke arah meja yang di tunjuk oleh arya dan meletakan beberapa berkas yang harus di tanda tangani oleh sang presedir.

"Baik pak. Kalau begitu saya permisi dulu." Setelah itu ia pergi meninggalkan ruangan presidir dan kembali keruanganya sendiri, ruangan tersebut tepat berada di samping ruangan arya.

Arya yang sendari tadi fokus pada sekertaris yang menjelaskan jadwalnya, akhirnya mengalikan perhatiannya pada mahesa yang duduk di sofa dan tengah fokus pada tablenya. Melihat ini arya merasa bebannya tadi sedikit terangkat. Menurut arya, mahesa adalah harta berharganya, anak satu-satunya yang paling ingin dia lindungi.

Arya berjalan ke arah sofa dan duduk di samping mahesa. Sementara mahesa yang akhirnya merasakan ada seseorang, mengalihakan pandangannya dari tablet yang ia pegang.

Melihat ayahnya duduk di sampingnya, ia meletakan tebletnya di meja dan bertanya pada sang ayah, 'Ayah sudah selesai dari tadi?'

Arya menggelengkan kepalanya, 'Tidak ayah baru saja selesai rapat, dan baru saja masuk ke ruangan ini. Oh ya bagaimana sama café kamu?'

'Ada masalah sama laporan keuangan yang biasa aku terima yah, kayaknya ada yang menggelapkan uang café. Aku sama dipta lagi nyari siapa orangnya, ya walaupun aku udah nebak siapa oranngnya. Tapi aku masih perlu bukti buat nangkep dia' Jelasnya pada sang ayah. Sementara arya hanya mengangguk paham, dia tidak akan mencampuri urusan ini. Karena ia yakin jika ia ikut campur, sang anak pasti akan marah.

'Kalau kamu butuh bantuan ayah, jangan sungkan buat bilang ya nak.' Mahesa hanya tersenyum tipis dan menganggukan kepalanya, lalu ia bertanya pada ayahnya lagi. 'Jadi adap apa ayah manggil aku ke sini? Katanya ada masalah penting yang mau ayah omongin ke aku.'

Arya yang diingatkan tentang masalah yang akan dia katakana pada sang anak, menghelah nafas berat. 'Ayah sempet ketemu sama salah satu dokter terkenal di luar negri. Dan ayah sempet konsultasi masalah pendengaran kamu, dia bilang kemungkinan pendengaran kamu bisa sembuh. Ayah ingin bertanya, apa kamu mau berobat nak?' Mahesa dia menatap kosong ke arah sang ayah.

Melihat anaknya diam saja, arya takut jika anaknya salah paham dengan niatnya, ia pun menjelaskan lagi 'Ayah tidak bermaksud apa-apa sa, ayah cuman mau kamu sembuh. Tapi kalau kamu tidak mau, ayah juga tidak akan memaksa.' Mahesa menghelah nafas berat, dan menatap ayahnya dengan serius.

'Bukannya aku tidak mau ayah, beri aku waktu buat memikirkannya. Setelah itu aku akan mengatakan pada ayah aku mau atau tidaknya.' Jelas mahesa pada arya. Jujur saja mahesa ingin bisa mendengarkan lagi, Tapi disatu sisi ia juga takut dengan kenyataan masalah pendengarannya. Ia sudah lama menyerah dengan masalah pendengarannya.

'Baiklah ayah akan menunggu keputusan kamu.' Putus arya.

Time skip

Setelah kemarin mara mengatakan bahwa sahabat kecilnya kembali, ia mengajak adhisti untuk bertemu di salah satu café terkenal yang sering di kujunginya.

"Hai adhisti" Sapa seseorang pria pada adhisti. Pria itu adalah kavin yang baru saja datang.

Adhisti tersenyum dan membalas sapaan pria tadi 'Hai juga kavin, kamu keliahat beda banget ya dari yang dulu aku kenal. Sekarang kamu keliahatan ganteng dan keren juga.' Kavin yang dipuji adhisti menjadi tersipu malu. Sementara mara yang melihat kavin tersipu, langsung menatapannya dengan pandangan julid.

"Dih sok malu-malu banget." Sidir mara. Kavin yang mendengar ini hanya memutar matanya malas. Entah kenapa ia dan mara jika digabungkan jadi satu susah sekali untuk akur.

"Ck serah aku lah. Oh ya dhisti apa kabar?" Adhisti yang melihat keduanya masih sama, masih tidak bisa akur satu sama lain hanya menghela nafas lelah. Entahlah dia bingung harus dengan cara apa agar mereka setidaknya akur.

'Aku baik kavin. Kamu sendiri bagaimana? Oh yak amu balik kok gak bilang-bilang sama kita berdua.' Kavin hanya bisa tertawa kecil saat adhisti menanyakan ini. Sebenarnya dia sudah lama sekali balik ke Indonesia, cuman ia tidak bisa mengabari dua sahabatnya ini.

"Nah iya tuh, sombong banget pulang gak ngabarin." Sahut mara dengan sewot. Entah kenapa dia merasa jengkel sekali tiap kali melihat wajah pria ini. Seperti ada dendam yang tak berkesudahan.

"Kamu tuh kenapa sih mara sensi banget sama aku. Lagi pms ya kamu?" Tanya kavin yang bingung, perasaan dia dari tadi tidak membuat masalah yang mengusik wanita satu ini. Mara hanya mendengus kesal sebagai jawabannya.

"Aneh. Oh aku pulang udah dari lama sih sebenarnya, cuman aku gak bisa ngabarin kalian berdua. Kalau kalian ingat, kita udah lost contact cukup lama." Jelas kavin. Adhisti yang mendengar penjelasan ini, menganggukan kepalanya setuju. Memang benar, mereka lost contact sudah 3 tahun terakhir ini.

'Oh iya, jadi kamu balik sendiri atau sama keluarga? Aku kangen banget sama bunda soalnya.'

"Sama keluarga, kebetulan masalah perusahaan di sana sudah aman." Mara sendari tadi hanya dia menyimak saja, ia tidak mau menyahuti pembincaraan ini. Jika ia menyahut pasti ia akan sensi dengan kavin.

'Oh yaudah, kapan-kapan aku maun ke rumah kamu sama mara. Ya kan mara?' Mara yang ditanyai hanya menganggukkan kepalanya bertanda setuju dengan ucapan adhisti.

"Oh boleh, aku nanti bilang ke bunda. Oh iya mana nomer kalian, biar nanti aku bisa kirim alamat rumahku yang baru." Setelah tukar nomer whatsapp. Meraka melanjutkan oboralan mereka, dengan di selingi debat antara mara dan kavin dan adhisti yang hanya bisa menghela nafas lelah melihatnya.

.

.

.

Hallo gaes i'm back, gmna nih kalian suka gak sama ceritanya? oh ya jangan lupa bintang dan follow aku ya, see you gaes ^-^