Chereads / A Silent Lover / Chapter 4 - 04 ~~

Chapter 4 - 04 ~~

Selamat membaca guys, semoga kalian suka. Maaf ya kalau ada typo-typonya ^-^

Note kalimat miring+tanda petik satu itu pakek bahasa isyarat ya dan kalo kalimat miring+bold itu suara batin ^-^

.

.

.

.

Skip Time

Pagi ini, seteleh membantu sang bunda memasak sarapan, dan ikut sarapan Bersama. adhisti kembali sibuk dengan pekerjaannya. Jika kalian bertanya, apa pekerjaan adhisti? Dia bekerja sebagai pelukis. Saat sedang fokus dengan lukisan yang tengah ia kerjakan, tiba-tiba saja terdengar suara ketukan pintu di susul dengan suara wanita yang lembut tak lain adalah sang bunda.

Tok tok tok

"Sayang bunda boleh masuk gak?" Adhisti menghentikan sejenak kegiatannya, Lalu bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah pintu, guna membukakan pintu untuk bundanya.

Cklek

'Ada apa bunda?' Tanya adhisti setelah dia membukakan pintu untuk sang bunda.

"Oh bukan apa-apa, bunda cuman bawain kamu ini. Tadi bunda lagi buat camilan, dan inget kamu lagi di studio jadi bunda bawain ke sini deh. Buat kamu nyemil." Adhisti membuka lebar pintu studionya dan mempersilakan sang bunda untuk masuk ke ruangannya.

'Terimakasih bunda ku yang cantik. Masuk aja bun, tolong taruh di meja itu ya bunda.' Bunda berjalan masuk ke ruangan adhisti dan menaruh camilan dan minuman yang ia bawa kan untuk sang putri tercinta.

"Sama-sama sayang. Oh sama kamu kalau capek, jangan lupa istirahat dulu loh. Jaga kesehatan kamu, jangan sampai sakit ya nak." Ucap sang bunda, sembari mengelus surai hitam legam anaknya.

'Oke siap bunda.' Jawab adhisti sembari tersenyum manis kepada sang bunda.

"Yaudah kalau begitu bunda mau turun ke bawah lagi." Setelah itu sang bunda pun keluar dari ruangan adhisti dan tak lupa menutup pintu ruangan itu kembali. Dan adhisti melanjutkan lagi pekerjaannya yang sempat tertunda.

Cklek

...

'Hari ini kamu mau kemana sa? Mau ikut ayah ke perusahaan gak?' Tanya arya pada anak semata wayangnya. Sebenarnya dia ingin mengajak anaknya untuk ikut ke perusahaan, karena ada hal yang ingin dia sampaikan ke pada anaknya terkait pekerjaan.

'Hesa mau ke café ayah, mau ngecek stok barang yang baru masuk sama keuangan café.' Mahesa baru saja di beri tahu oleh karyawan yang dia percaya, kalau ada masalah di laporan keuangan café, jadi dia mau cek laporan keuangan itu sekalian mau cek barang yang baru di kirim.

'Oh ya sudah, tapi nanti kamu ke perusahaan ayah ya? ada yang mau ayah omongin soalnya.' Mahesa menyerngit bingung, tumben sekali mau bahas urusan pekerjaan di perusahaan sang ayah. Biasanya jika ada sesuatu, pasti di bahas di ruang kerja ayahnya yang berada di rumah.

Mahesa jarang sekali menginjakan kaki di perusahaan sang ayah, karena jujur saja dia malas. Malas dengan tatapan-tatapan yang di berikan oleh beberapa karyawan di perusahaan sang ayah.

'Oke yah. Hati-hati di jalan yah.' Walaupun sebenernya mahesa mau menolak, tapi ia tidak bisa menolak permintaan sang ayah. Jadi ia pun dengan terpaksa setuju, untuk dating ke perusahaan sang ayah nanti.

'Kamu juga hati-hati.' Lalu merekapun menaiki mobil mereka masing-masing, yang pasti mereka pakek supir ya gaes.

...

"Hai kamu kumara mahika?" Tanya seseorang pria pada mara tiba-tiba saja.

Fyi kumara saat ini tengah berada di sebuah café dekat dengan tempat kerjanya. Jika kalian bertanya, kenapa ia ada di sana? Jawabanya adalah dia sedang menikmati waktu istirahatnya, setelah seharian ini ia berhadapan dengan bosnya yang super cerewet sekali.

"Em hai? Iya aku kumara mahika, ada apa ya?" Tanya balik kumara pada pria tadi. Karena jujur saja dia tidak ingat pernah kenalan dengan pria itu.

"Kenalin aku kavindra eknath. Kamu gak inget sama aku? Jahat banget kamu mara." Jawab pria yang Bernama Kavindra itu, dengan ekspresi dramatisnya dibagian kalimat akhir.

Kumara menatap pria itu dari atas sampai bawah, sambil mengingat-ingat apakah ia punya kenalan dengan nama kavindra eknath. Tak lama kemudian mara menatap Kavindra dengan mata terkejut dan berkata, "Oh kamu anaknya bunda hashi ya?"

"Akhirnya kamu inget juga, iya aku anaknya bunda hashi. Temen kamu sama adhisti waktu kecil." Kavindra senang akhirnya kumara mengingat namanya.

Oh ya dia adalah kavindra eknath, salah satu sahabat kumara dan adhisti. Mereka sudah bertemat sejak mereka masih kecil, sering bermain bersama juga. Sampai suatu hari kavindra dan keluarganya harus pindah ke luar negri karena ayahnya di pindah tugaskan.

"Oh iya aku inget, maaf ya vin tadi sempet gk inget. Kamu sih banyak banget berubahnya." Mara berkata jujur, karena kavindra yang di ingatan kumara adalah bocah gendut dengan kacamata minesnya. Dan kavindra di depannya sangat berbeda dengan kavindra yang dulu. kavindra yang sekarang, tinggi dan juga tampan, oh jangan lupa badannya yang bagus tidak seperti dulu.

"Emang keliatan berubah banget ya?" Kavindra tertawa garing saat mendengar ucapan kumara tadi.

"Iya tau"

...

Suasana rumah keluarga bhanuresmi terlihat hening, hanya terlihat beberapa pelayan yang kesana-kemari untuk membersikan ruang tamu. Sampai tiba-tiba saja pintu utama terbuka dan terdengar suara mengelegar dari sahabat perempuan adhisti.

"Adhisti jyotika bhanuresmi, where are you?" Teriak mara saat memasuki pintu rumah adhisti.

Nalen yang baru saja turun dari lantai 2, tempat ruang kerja sang ayah. Terkejut saat mendengar suara mara yang begitu mengelegar di rumah luas ini.

"Ck, astaga mara. Bisa gak kamu tuh kalo masuk ke rumah orang permisi gitu, atau kalau gak assalamualaikum gitu loh. Bukan teriak-teriak gitu." Ujar nalen yang sempat terkejut dengan teriakan mara.

"Oh he he he maaf kak, aku terlalu exaited buat ngasih tau sesuatu ke adhisti. Jadi ya gitu kelepasan teriak deh." Ucap mara dengan rasa bersalahnya. Jujur saja sekarang mara sedang merutuki otaknya yang bodoh ini, tapi ya dia mana tau kalau ternyata si nalen masih di rumah. Tau gitu dia tadi akan masuk rumah dengan cara baik-baik.

Bukan karena apa-apa, tapi nalen kakak adhisti nih kalau marah serem sekali. Mara sebagai anak tunggal di keluarganya, jarang sekali di marahi. Beda lagi kalau sudah ketemu nalen yang tegas banget.

"Huft sudahlah, adhisti ada di studionya. Inget lain kali jangan teriak-teriak begitu di rumah orang." Peringat nalen pada mara. Setelah mengatakan itu nalen pun buru-buru meninggalkan rumah. Dia tadi pulang hanya ingin mengambil berkas yang ke tinggalan saja, jadi setelah dapat berkasnya dia langsung balik ke perusahaan. Yah walaupun tertunda beberapa menit gara-gara mara.

Sementara mara yang ditinggal hanya bisa cemberut kesal, 'Untung saja aku tidak punya kakak, kalau punya pasti di omelin mulu nih.' Batin mara yang dongkol habis dei ceramahin nalen.

...

Tok tok tok

Cklek

"Adhisti, mara datang nih." Ucap mara sambil membuka pintu ruang studio adhisti.

Adhisti yang tadi tengah fokus melihat apa yang kurang dari lukisannya, mengalihkan pandandangannya dan melihat mara yang masuk ke ruangannya.

'Kamu tadi teriak-teriak gitu, dimarahin gak sama bunda? Kamu nih kebiasaan banget teriak-teriak gitu.' Adhisti mengelengkan kepalanya pelan. Suara mara tadi saking menggelegarnya, adhisti bahkan bisa mendengarnya. Padahal adhisti tengah ada di studio lantai 2 rumahnya. Dan lagi studio adhisti itu tepat di ujung lorong lantai 2, alias paling pojok sendiri.

"He he he, gak di marahin kok sama bunda. orang bunda kayaknya lagi gak di rumah gitu. Tapi tadi sempet ketemu sama kak nalen, dan dimarahin sama kak nalen juga." Mara jadi makin kesal saat ingat dia habis dimarahi oleh nalen, ya walaupun dia juga merasa bersalah juga sih.

Adhisti tertawa saat melihat wajah cemberut mara. Menurutnya mara saat cemberut seperti itu malah terlihat lucu sekali.

"Jangan tertawa. Huh abaikan saja itu, aku ke sini mau ngasih tau kamu dan juga ngasih kamu sesuatu. Coba tebak apa?" Ucap mara dengan sok misteriusnya.

'Gak tau, emang ada apa? Dan apa yang kamu bawa?' Bukannya menjawab pertanyaanya adhisti, mara malah berbalik keluar ruangan itu. Adhisti yang melihat mara malah keluar ruangannya menyergit bingung, sebenernya ada apa dengan sahabatnya itu?

Beberapa detik kemudian mara masuk lagi keruangan adhsiti dengan membawa buket bunga mawar yang sangat besar.

"Taraa~ Cantik tidak?" Mara memberikan buket bunga mawar itu pada adhisti, dan adhsiti menerimanya dengan perasaan bahagia. Adhisti meletakan buket bung aitu di meja kosong dan memeluk mara.

'Terimakasih mara, bunganya cantik sekali.' Gerakan tangan adhisti sangat bersemangat sekali saat mengungkapkan rasa terimakasihnya.

"Sama-sama, tapi sebenarnya itu bukan dari aku tau. Ini dari seseorang yang sering main sama kita dulu. Kamu pasti kenal." Ucap mara.

'Hah? Emang siapa?' Melihat muka bingung adhisti, mara tertawa girang.

"Oh ha ha ha kasian sekali dia, ternyata bukan aku saja yang melupakan dia. Kamu juga melupakan dia. Oh kalau saja dia ikut ke sini tadi, dia pasti akan memasang muka sedihnya yang dramatis." Ucap mara dengan tawa riangnya.

'Emang ini dari siapa sih mara?'

"Itu dari kavindra, kavindra eknath. temen masa kecil kita yang gendut + jelek itu loh." Adhisti menyerngit bingung, memangnya mereka punya teman yang namanya kavindra. Lama sekali adhisti diam sambil mengingat-ingat tentang sosok kavindra ini. Sampai akhirnya dia ingat, 'Oh anaknya bunda hashi ya?'

Mara menganggukan kepalanya dan berkata, "Iya anaknya bunda hashi yang ngeselin itu."

'Mara kamu nih gak berubah sama sekali. Masih aja sering bilang kavindra gendut sama jelek. Padahal menurut aku dia manis kok, lucu juga.' Ya mau adhisti memberi tau kalau kavindra tidak jelek pun, mara tidak perduli. Lagian bocah itu dulu sangat menyebalkan sekali.

...

.

.

.

.

Hallo gaes i'm back, gmna nih kalian suka gak sama ceritanya? oh ya jangan lupa follow aku ya, see you gaes ^-^