Chereads / KURO / Chapter 22 - Kejutan Luar Biasa

Chapter 22 - Kejutan Luar Biasa

Kediaman bangsawan Taji kembali dicekam kepanikan, seluruh penghuni kediaman berhamburan keluar paviliun, ketakutan menyelimuti wajah wajah mereka, saling bertanya satu sama lain dalam kebingungan pada apa yang sebenarnya terjadi, ketika tiba tiba bumi yang mereka pijak bergetar, bersamaan dengan terdengarnya gemuruh ledakan dahsyat dari bagian belakang kediaman. Begitu dahsyatnya ledakan energi yang timbul akibat pukulan Cempaka, ledakan dahsyat serta gemuruh ledakannya bahkan dapat terlihat serta terdengar jauh hingga gapura depan komplek kediaman bangsawan Taji. Dan sama halnya dengan para penghuni kediaman lain, kepanikan seketika menyerang para penjaga gapura, ketika tiba tiba mendengar serta melihat ledakan besar yang membumbung tinggi dari belakang kediaman. Sementara beberapa penjaga tetap berjaga di gapura dengan kepanikan serta kekhawatiran tampak jelas pada wajah wajah mereka, beberapa penjaga lain bergegas berlarian menuju belakang kediaman.

Di bagian belakang komplek kediaman bangsawan Taji. Setelah ledakan energi dahsyat yang ditimbulkan oleh pukulan Cempaka ke tubuh Kuro mereda, paviliun yang tadinya berdiri kokoh dengan atap joglonya yg tinggi menjulang, kini tidak ada lagi di tempatnya, sirna bersama gumpalan debu debu yang perlahan menipis kemudian menghilang dari pandangan. Yang tersisa kini hanyalah sebuah lubang besar menganga begitu dalam, dengan bebatuan, bongkahan bongkahan tanah, potongan potongan kayu bersama tanaman yang tercabut dari akarnya berserakan di mana mana. Genting genting paviliun, serta sisi sisi beberapa paviliun terdekat juga tampak berantakan, terkena hempasan gelombang ledakan energi pukulan Cempaka yang begitu dahsyat. Di dasar lubang, tubuh Kuro tergeletak di depan Cempaka yang berdiri terengah engah.

"Adhen tidak apa apa?". Sembari membantu Lin berdiri, San menanyakan keadaan Lin setelah terpental dan terhempas jempalitan karena ledakan energi pukulan Cempaka. Dan bersamaan dengan ia mengarahkan pandangan ke arah lubang besar menganga di seberang jalan batu, yang kini telah tidak lagi berbentuk jalan, kepanikan serta ketakutan akan keselamatan Kuro seketika menghiasi wajahnya.

"Aku tidak apa apa," Jawab Lin, wajah es batunya terlihat sangat khawatir. "Kita harus cepat lihat mereka! Aku khawatir anak itu tidak akan selamat dari pukulan Cempaka". Lantas, baik Lin maupun San dengan cepat berlari menuju lubang besar yang menganga lebar di hadapan mereka.

Sementara San berhenti dan berdiri di tepi lubang sambil berteriak panik. "Dhen Kuro... !". Lin berlompatan menuruni tebing tanah menuju dasar Lubang. Dan ketika melihat Kuro tetap tergeletak di dasar lubang, sedikitpun tak bergerak, bahkan tidak sedikit pun bersuara menanggapi teriakannya. San terduduk lemas, seketika itu juga berteriak dengan sangat histeris. "Dhen Kuro...!". Bersamaan dengan butiran butiran air mata yang turun bercucuran melewati pipinya.

Di dasar lubang. Seketika ia mendaratkan kaki di sisi kanan Kuro yg tergeletak di depan Cempaka yang terengah. "Lihat kekacauan yang kau buat!" Tegur Lin kepada Cempaka.

Cempaka seketika tersentak, seolah baru tersadar atas apa yang telah dilakukan serta melihat ke sekeliling. Keterkejutan luar biasa tampak memukul wajah cantiknya, ketika yang di lihatnya tak lain hanyalah tebing tanah yang mengelilinginya. Lalu mendongak ke atas, di mana ia melihat San menangis histeris ,di antara para pengiring pria bangsawan Sima yang berdiri menatap ke dasar lubang dengan kecemasan di wajah masing masing, sementara pengawal Wong bersama salah seorang pengawal lain bangsawan Sima melompat lalu meluncur ke bawah lubang, juga beberapa pelayan serta pengawal kediaman terlihat mulai berdatangan dan berdiri di sekitar tepi lubang. Seketika itu juga ia menunduk, menatap tubuh Kuro yang tergeletak tanpa tanda tanda adanya kehidupan di bawahnya, dan seketika ia terduduk sembari menunduk penuh sesal.

"Bagaimana kau bisa sebodoh itu, menggunakan Jinjutsu perubahan jenismu pada orang yang tidak membalas pukulanmu?!" Lanjut Lin.

Butiran butiran air mata tiba tiba jatuh menetes dari kelopak mata Cempaka, jatuh menetes di atas bahu kiri Kuro yg terkulai di bawahnya, sementara Lin menatap tubuh Kuro yang tergeletak tanpa adanya tanda tanda kehidupan di bawahnya dengan penuh penyesalan, merasa gagal mencegah kekacauan yang seharusnya tidak perlu terjadi.

"Apa yang terjadi?!" Tanya pengawal Wong, sesaat setelah menginjakkan kaki di dasar lubang dan mendekati mereka bersama seorang pengawal lain bangsawan Sima. Akan tetapi, baik Lin maupun Cempaka seolah tidak mendengar apapun, keduanya bungkam seribu bahasa, tenggelam dalam lautan penyesalan masing masing yang begitu dalam, seolah tidak ada lagi secercah harapan yang terlihat oleh keduanya untuk kembali ke permukaan.

Sementara itu, di salah satu koridor menuju paviliun tamu kediaman bangsawan Taji, Ping tergesah gesah berlari menghampiri bangsawan Sima yang berdiri dengan gelisah di depan paviliun tamu bersama Nyai Bulan. "Apa yang terjadi?" Tanya Nyai Bulan, setelah Ping tiba di depan mereka dengan nafas terengah engah sembari membungkuk berpegang pada lutut.

Namun Ping yang kehabisan nafas setelah berlarian dari bagian belakang komplek kediaman, hanya menunjuk ke arah belakang kediaman sembari terengah menjawab pertanyaan Nyai Bulan. Ditambah ia juga sempat melihat San, menangis Histeris sambil meneriakkan nama Kuro di tepi lubang besar yang menganga di belakang kediaman, membuat emosinya bercampur aduk serta membuatnya kesulitan untuk berkata. "Dhen... Dhen... Dhen Kuro..." Jawabnya tergagap dan terengah, keterkejutan luar biasa serta tidak bisa menerima sebuah kenyataan terlihat jelas di wajahnya.

Mendengar Ping menyebutkan nama Kuro dengan wajah yang menyiratkan adanya suatu hal buruk telah terjadi, kepanikan serta kekhawatiran seketika kembali menyerang Nyai Bulan. Akan tetapi, bukan ketakutan pada akibat yang timbul karena ledakan terhadap kondisi kediaman bangsawan Taji, melainkan perkataan serta emosi yang ditunjukkan Ping, menyiratkan telah terjadi suatu hal yang sangat buruk menimpa diri Kuro, membuatnya sedikit emosi dan tidak sabar untuk secepatnya mengetahui yang sebenarnya terjadi. "Katakan dengan benar! Apa yang terjadi pada Dhen Kuro? Jangan buat kita bingung!".

"Kau tenanglah! Sebaiknya kau ambilkan dia minum lebih dulu, agar dia bisa lebih tenang!" Perintah lembut bangsawan Sima kepada Nyai Bulan. Meskipun ia sendiri mengalami hal serupa dengan Nyai Bulan, tetapi bangsawan Sima berusaha tetap tenang serta mencoba menenangkan keadaan. "Kau tenangkanlah dulu dirimu! Baru kau ceritakan semua yang kau tahu!" Lanjutnya kepada Ping.

Sesaat kemudian, Nyai Bulan kembali dan memberikan segelas air kepada Ping. Setelah merasa lebih tenang, barulah Ping menceritakan semua yang dilihatnya di bagian belakang kediaman, serta semua yang didengarnya dari pelayan kediaman yang menyaksikan kejadian di belakang kediaman kepada bangsawan Sima beserta Nyai Bulan. Seketika itu juga, tanpa mengatakan sepatah katapun kepada kedua wanita kepercayaannya tersebut, bangsawan Sima melangkah menuju koridor, meninggalkan begitu saja Ping dan Nyai Bulan di depan paviliun, mata bangsawan Sima tampak berkaca kaca. Dan mengetahui sang junjungan telah meninggalkan mereka, serta tidak akan pernah membiarkan sang junjungan pergi kemanapun sendirian, Nyai Bulan bersama Ping bergegas menyusul bangsawan Sima menuju belakang kediaman.

Sementara itu, terkejut mendengar gemuruh ledakan dahsyat datang dari arah kediaman, Chin Chin bersama Tee Wool yang berada dalam pondok di tengah hutan bambu, bergegas mengajak pelayan sekaligus sahabatnya tersebut kembali ke kediaman, untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi. Sesaat setelah keluar dari hutan bambu dan berada di salah satu persimpangan jalan batu bagian belakang kediaman, ia bersama Tee Wool tersentak, dari kejauhan, tempat yang tadinya berdiri sebuah paviliun, kini telah menjadi sebuah lubang besar yang menganga, bersama potongan potongan kayu, bebatuan serta bongkahan bongkahan tanah berserakan dimana mana. "Apa yang terjadi?!" Pikirnya bercampur aduk, melihat sebuah kehancuran hebat yang terjadi di hadapannya. "Itu tidak mungkin karena belati ledak?! Lalu apa...?! Apa sebuah Jinjutsu bisa membuat kerusakan sebesar itu...?! Tapi, kalau bukan Jinjutsu, apalagi...?! Lalu siapa yang melakukannya?!". Sembari terus melangkah, pikirnya terus bertanya tanya. "Ah... Jangan jangan?!". dan ketika kesimpulannya menunjuk kepada seseorang, ia semakin mempercepat langkahnya mendekati lubang. Akan tetapi, Tee Wool menarik tangannya agar berhenti. "Tidak apa apa. Lihat mereka!" Ucapnya, menunjuk dengan dagu para pengiring bangsawan Sima juga para pengawal serta pelayan kediaman, yang berdiri di tepi lubang untuk meyakinkan Tee Wool.

Setibanya ia bersama Tee Wool di tepi lubang. Tepat seperti yang diperkirakan, ia melihat Cempaka bersama Lin serta dua orang pengawal bangsawan Sima berada di dasar lubang, ia juga melihat sosok yang tergeletak di depan Cempaka yang terduduk menunduk, dan diperkirakan sebagai sosok yang baru saja berhadapan dengan Cempaka, hingga menimbulkan kehancuran hebat di belakang kediaman. Tetapi, ia tidak bisa melihat wajah sosok itu karena punggung Lin menghalangi pandangannya. Di samping itu, ia juga tidak tertarik dengan sosok tersebut, apalagi harus susah susah memikirkan siapa sosok itu, bahkan jika sosok itu seorang penjahat yang hendak mengacau di kediaman, ia benar benar tidak peduli. Sejenak, matanya menyapu sekeliling lubang, binar binar kekaguman berhamburan dari mata bulatnya, mengagumi bagaimana kehancuran itu bisa terjadi. "Inikah kekuatan seorang murid Dewi Jampi?! Andai Saja aku bisa melihat secara langsung bagaimana dia melakukannya?!" Pikirnya penuh sesal, dan sangat terlihat aneh, disaat semua orang dicekam kepanikan, ketakutan, kekhawatiran serta kesedihan juga ketidak pastian yang bercampur aduk, tetapi ia malah memperlihatkan kekaguman pada kehancuran yang dibuat Cempaka.

"Dhen Ayu, bukankah itu anak konyol yang bersama Gusti Ayu Sima?!" Tanya Tee Wool, ragu.

"Akh...!". Chin Chin tersentak, seketika ia bergeser, agar bisa melihat sosok yang tergeletak di dasar lubang, binar binar kekaguman di matanya tiba tiba berubah, menjadi tanda tanya besar pada apa yang terjadi. "Kau coba cari tahu apa sebenarnya yang terjadi di sini!" Ucapnya seketika itu juga, dan Tee Wool mengangguk, lantas melangkah menuju seorang pelayan pria yang berdiri sendirian di tepi lubang dekat mereka. Sementara pikiran Chin Chin semakin dipenuhi tanda tanya, baginya, bagaimana itu bisa masuk akal, seorang anak konyol yang menurutnya sama sekali tidak tahu menahu mengenai Oura, apalagi untuk menggunakannya, bisa memaksa Cempaka menggunakan sebuah Jinjutsu yang begitu dahsyat, dan jika apa yang menjadi perkiraannya benar, anak konyol itu pasti tidak akan selamat dari Jinjutsu Cempaka. Dan dengan diiringi isak tangis San, ia terbelalak, keterkejutan luar biasa menghantam wajahnya, sekali lagi melihat kenyataan di dasar lubang yang baginya sangat tidak bisa diterima oleh akal.

Tiba tiba! Terdengar suara yang begitu sangat mengejutkan dari dasar lubang. "Aku tak menyangka, gadis galak sepertimu ternyata bisa menangis".

Lin, Cempaka, pengawal Wong serta seorang lagi pengawal lain bangsawan Sima tersentak, keterkejutan luar biasa terjadi di wajah dingin Lin, terlebih lagi Cempaka, wajah cantiknya nyaris terlihat tidak bisa mempercayai apa yang dilihat serta didengarnya. Bersamaan dengan pengawal Wong yang ambruk berlutut dan bernafas dengan lega, pengawal lain bangsawan Sima seketika berbalik dan berteriak kepada San yang menangis histeris di atas tepian lubang. "Nona San, Dhen Kuro baik baik saja...! Dhen Kuro baik baik saja!".

San yang mendengar teriakan pengawal dari bawah, seketika menghentikan tangisannya, memastikan apakah yang didengarnya itu benar, atau jangan jangan itu hanya ilusi atau ia salah dengar, dan sekali lagi ia mendengar pengawal itu kembali berteriak dari bawah. "Dhen Kuro baik baik saja". Seketika itu juga wajahnya berseri seri, wajah genit yg sebelumnya di simpan di kantong lengan gaunnya kembali melompat ke wajahnya, terkekeh bahagia bersamaan dengan isakan tangisnya yang belum sepenuhnya mereda, melompat lompat kegirangan sembari mengusap air mata dengan punggung tangan kanannya. Seperti halnya San, para pengiring pria bangsawan Sima yang juga mendengar teriakan pengawal dari bawah lubang besar yang menganga dibawah mereka, seketika bernafas lega, kecemasan yang sebelumnya menyelimuti wajah wajah mereka, seketika itu juga sirna entah kemana.

Sementara Kuro menyeringai kepada Lin yang berdiri menatapnya dengan tajam, dan berkata. "Kenapa kau menatapku seperti itu? Apa kau pikir aku ini hantu?".

Cempaka dengan cepat memeriksa denyut nadi Kuro. Lantas, bersamaan dengan ia meletakkan kedua telapak tangan di atas dada Kuro, muncul bola cahaya hijau terang menyelimuti kedua telapak tangannya. Ia membuka dan menggunakan Dujutsu bola cahaya hijau penyembuhnya di dada Kuro, untuk memberikan pertolongan pertama. "Kau diamlah! Jangan macam macam! Atau kau akan kupukul lagi!" Katanya dengan judes, tetapi, ia tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan dalam dirinya yang bercampur aduk, dengan penyesalan yang belum sepenuhnya mereda dari wajah cantiknya. Ditambah ia masih belum bisa percaya sepenuhnya, manusia mesum yang tergeletak di depannya itu bisa selamat dari Jinjutsu pukulannya, bahkan tidak terjadi sedikitpun luka dalam tubuh Kuro, cuma Oura dalam tubuh Kuro yang banyak terkuras. Setidaknya itulah yang ia ketahui ketika memeriksa nadi Kuro, serta yang ia temukan bersamaan dengan ia mengkonsentrasikan Dujutsu bola cahaya hijau penyembuhnya di dada Kuro.

Nyali Kuro mendadak ciut, seketika itu ia bungkam. "Huh... Dia benar benar galak!?" pikirnya menggerutu.

Lin tersenyum, wajah ganteng nya yg selalu mencuri perhatian wanita tampak terlihat lega, ia berpaling melihat jauh ke angkasa. Akan tetapi, keterkejutan luar biasa dalam dirinya melihat Kuro dapat selamat dari Jinjutsu Cempaka, tidak bisa sirna begitu saja dari dirinya. "Siapa dia?!" Batinnya bertanya, bersamaan dengan ia melihat segerombolan burung blekok melintasi langit senja yang bersemu keemasan.