Sesosok bayangan hitam terlihat menyelinap dan mengendap endap di antara kegelapan sudut sudut paviliun komplek kediaman bangsawan Taji, diam diam dan sembunyi sembunyi keluar komplek kaputren menuju bagian belakang komplek kediaman. Sesampainya bayangan hitam tersebut di bagian belakang komplek kediaman, bayangan hitam tersebut berhenti dan bersembunyi sejenak mengamati keadaan sekitar, dalam kegelapan di antara pepohonan di sisi jalan batu bagian belakang komplek kediaman, sebelum melintas cepat menyeberang jalan batu di depannya yang nyaris tak terjangkau cahaya penerangan ting batu yang berjajar berjauhan.
Di sisi lain bagian belakang komplek kediaman bangsawan Taji. Dalam ruang peristirahatan dengan siraman cahaya lentera gantung yang menyala redup di langit langit ruangan, Kuro tengah berbaring di atas ranjang kayu dalam ruangan. "Hei... Hei... Hei...!". Tiba tiba! Kuro dikagetkan oleh suara samar seorang wanita yang tiba tiba masuk ke dalam ruangan dan memecah keheningan. Sejenak, Kuro memperhatikan dengan seksama suara tersebut yang kemudian diyakini berasal dari balik dinding luar paviliun, lantas bangkit dan melangkah menuju jendela untuk memeriksa keadaan. Kuro sedikit tersentak, ketika ia membuka jendela, mendapati Chin Chin berdiri dalam kegelapan di samping jendela ruang peristirahatannya.
Chin Chin seketika menempelkan telunjuk kanannya di depan mulut, agar Kuro tetap tenang dan tidak membuat suara suara yang menimbulkan kecurigaan. "Ini aku," Ucapnya lirih. "Aku ingin berbicara denganmu!".
Sementara Kuro yang masih kaget karena Chin Chin tiba tiba berada di samping luar jendela ruang peristirahatannya, ditambah Chin Chin yang juga dengan tiba tiba mengatakan ingin berbicara dengan dirinya, ia hanya menunjuk sendiri hidungnya sembari memasang wajah bodoh yang kebingungan. Namun, belum sempat ia membuka mulut untuk bersuara, ia terpaksa harus melompat keluar jendela dan nyaris saja terjatuh, karena Chin Chin tiba tiba telah menyeretnya pergi meninggalkan paviliun, membiarkan begitu saja kedua daun jendela yang terbuka tetap terbuka.
"Dhen Ayu, kita mau kemana?!" Bisik Kuro, penasaran. Ketika Chin Chin menyeretnya untuk bersembunyi dalam kegelapan di balik bunga bunga perdu di sisi jalan batu bagian belakang kediaman, agar dua orang penjaga kediaman yang sedang berkeliling di bagian belakang kediaman dan akan melintasi jalan batu tidak memergoki mereka.
"Nanti kau akan tahu," Jawab Chin Chin juga dengan berbisik, dan setelah kedua penjaga itu menjauh. "Kita lewat sini!" Bisiknya kemudian, mengajak Kuro menuju kegelapan di samping sebuah paviliun di dekat mereka, selanjutnya keduanya terus bergerak dengan sembunyi sembunyi menyusuri kegelapan di antara pepohonan serta bunga bunga perdu menuju hutan bambu di belakang komplek kediaman.
Tak lama berselang, keduanya memasuki hutan bambu dan menyusuri kegelapan di antara rumpun rumpun bambu. Kuro sedikit merasa heran dan bertanya tanya, meskipun Chin Chin tidak mengajaknya melewati jalan setapak dari kediaman bangsawan Taji yang mengarah ke tengah hutan bambu, tetapi ia menyadari Chin Chin diam diam membawanya menuju ke arah kelap kelip cahaya dua lentera yang ada di tengah hutan bambu, dimana jalan setapak tersebut adalah satu satunya jalan menuju ke tempat itu dari belakang kediaman bangsawan Taji. Sesaat setelah keluar dari hutan bambu dan keduanya melangkah memasuki halaman depan dua pondok kayu di tengah hutan bambu, Kuro tiba tiba berhenti melangkah, wajahnya yang tampak samar dalam kegelapan diterpa cahaya temaram dua lentera ting yang menggantung pada tiap masing masing teras pondok, terlihat sedang memperhatikan sesuatu.
"Ada apa?!". Melihat Kuro tiba tiba berhenti dan tampak terlihat sedang memperhatikan sesuatu, Chin Chin bertanya dengan penuh tanda tanya, wajahnya juga tampak khawatir dan saat itu juga ia menjadi terlihat cemas.
"Oh..." Balas Kuro, ragu. "Tidak ada apa apa, Dhen Ayu jangan khawatir!".
Chin Chin menghela nafas lega. "Aku kira ada yang membuntuti kita". Lantas berbalik dan hendak melangkah menuju pondok. Tetapi Kuro mencegahnya.
"Tunggu!".
Dan seketika itu juga Chin Chin mengurungkan langkah, kembali berbalik sembari bertanya dengan penuh tanda tanya. "Ada apa?".
"Kenapa Dhen Ayu mengajakku ke tempat ini?!".
"Karena aku tahu, kau pernah datang ke tempat ini," Jawab Chin Chin, yang membuat Kuro tersentak, mata birunya melebar, ia tak menyangka jika Chin Chin mengetahui dirinya telah menyelinap ke tempat itu. Sebaliknya, Chin Chin hanya menanggapi keterkejutan Kuro dengan datar, lalu berbalik dan melangkah menuju pondok yang berdiri di sisi kanan pondok lainnya. "Ikutlah denganku! Ada yang ingin kutunjukkan kepadamu".
Sejenak, Kuro menghela nafas panjang lalu perlahan menghembuskannya melalui mulut, dan dengan membawa tanda tanya besar di atas kepalanya, ia bergegas mengejar Chin Chin yang telah menunggu dirinya di depan pintu pondok. "Bagaimana Dhen Ayu tahu aku pernah ke sini?" Tanyanya penasaran, setelah memasuki pondok dan berdiri di samping Chin Chin yang menutup kembali pintu depan pondok.
"Nanti kau akan tau sendiri". Chin Chin kembali memberikan jawaban serupa yang membuat Kuro semakin bingung, dan tanda tanya besar di atas kepalanya semakin membesar. "Aku minta maaf, waktu kita bertemu di hutan, waktu itu aku tidak tahu siapa dirimu," Lanjut Chin Chin, wajah cantiknya tiba tiba bersemu merah, nada suaranya juga terdengar terucap dengan tulus, lantas melangkah menjauhi pintu.
"Kenapa?!". Kuro semakin bertambah bingung, karena semua yang dikatakan Chin Chin membuat pikirannya terus terusan berputar cepat seperti gasing untuk memahaminya, tetapi ia tetap tidak dapat memahami apa apa. Di tambah Chin Chin hanya diam dan tidak menjelaskan apapun, terus melangkah menuju ruangan dimana di dalamnya terdapat sebuah pintu rahasia menuju ruang bawah tanah, membuat Kuro sedikit emosi dan frustasi pada dirinya sendiri.
Di dalam ruangan dengan sebuah pintu rahasia menuju ruang bawah tanah berada di dalamnya, sembari menutup kembali pintu ruangan di belakangnya, Kuro mengamati seluruh ruangan. Setelah beberapa kali memasuki ruangan tersebut, kini ia baru menyadari satu hal. Meskipun berada di bawah siraman cahaya temaram lentera gantung di tengah ruangan, ruangan itu masih tampak jelas terlihat bersih serta terawat, sama seperti yang telah dikatakan San kepadanya sebelumnya. "Jika pondok satunya tempat tinggalnya?!" Pikirnya menunjuk Chin Chin, bertanya tanya. "Apa mungkin, ruangan ini tempat Tuan Taji sebelum kembali dipindah ke depan oleh pelayan pelayan itu?!". Sementara Chin Chin yang berada di sisi ranjang batu untuk membuka pintu rahasia, hanya melirik sekilas ke arah Kuro sebelum melangkah memasuki pintu, sesaat setelah pintu rahasia itu bergeser membuka. Dan melihat pintu rahasia terbuka serta Chin Chin melangkah memasuki lorong yang menuju ruang bawah tanah, Kuro bergegas menyusul Chin Chin memasuki pintu rahasia, kemudian menarik tuas yang menempel pada dinding lorong untuk menutupnya.
Setibanya di ujung lorong bawah tanah, bersamaan dengan Chin Chin membuka pintu ruang bawah tanah serta memasuki ruangan. "Kau sudah datang?" Sapa lembut wanita paruh baya yang terkurung dalam ruangan dengan sebuah rantai besi terikat di salah satu kakinya, menyambut kedatangan Chin Chin, lantas tersenyum kepada Kuro yang memasuki ruangan setelah Chin Chin.
"Ehg...?!". Kuro mengernyitkan kening, pupil mata birunya mengecil, heran. Lantas mengalihkan pandangannya kepada Chin Chin, bingung.
Sebaliknya, Chin Chin yang melihat Kuro memandangnya dengan kebingungan, Chin Chin hanya kembali memandang Kuro tanpa ekspresi sambil berkata. "Dia Ibuku, aku tahu kau sudah bertemu dengannya sebelum ini". Sedangkan, wanita paruh baya yang duduk di atas lantai terkurung dalam ruangan dengan rantai besi terikat di salah satu kakinya tersebut, yang tak lain adalah bangsawan Gie Wang, ibunda Chin Chin, tersenyum kepada Kuro yang kembali memandangnya dengan sangat bingung.
Sejenak, Kuro menatap dalam dalam bangsawan Gie Wang yang duduk di atas lantai batu ruangan, wajahnya memperlihatkan jika ia sedang berpikir keras. Lantas melangkah mendekat dan jongkok di depan bangsawan Gie Wang, celingak celinguk memperhatikan bangsawan Gie Wang sembari memasang wajah konyolnya yang menyelidik. "Jadi Nyonya tidak Gi... Gi... Gi...?!" Katanya terbatah batah. Kuro berusaha keras menerka, akan tetapi, ia lupa kata untuk menyebut orang orang yang berteriak teriak dan bertingkah aneh yang diajarkan San kepadanya sebelumnya,sesaat setelah keduanya meninggalkan pondok tersebut beberapa waktu lalu.
Sementara bangsawan Gie Wang kembali tersenyum melihat Kuro yang kebingungan menyampaikan kata katanya, Chin Chin tiba tiba memandang Kuro dengan pandangan aneh yang dipenuhi tanda tanya. "Aku tidak gila," Jawab bangsawan Gie Wang.
"Jadi Nyonya tidak gila?". Kuro kembali bertanya untuk meyakinkan dirinya, yang masih belum sepenuhnya memahami apa yang terjadi di ruangan itu. Tiba tiba! Kuro bangkit, berseru sambil memasang wajah konyolnya yang sedang emosi. "Tapi kenapa Nyonya pura pura gila?!".
Bangsawan Gie Wang tersenyum. "Waktu pertama kau ke sini, aku kira kau salah satu dari mereka?! Tetapi, melihat sikapmu kepadaku sangat berbeda dengan mereka, dan kau juga terlihat seperti anak baik, aku jadi ragu. Aku juga bingung, jika kau bukan salah satu dari mereka, bagaimana kau bisa menemukan tempat ini?! Setahuku, tidak ada satupun orang luar yang diizinkan untuk memasuki kawasan ini. Setelah kau kembali lagi kesini bersama gadis tadi, yang menyampaikan pesan dari Gusti Ayu Sima, aku jadi berpikir kalau kau bukanlah salah satu dari mereka, tetapi mungkin kau datang ke sini bersama Gusti Ayu Sima. Karena sebelumnya aku juga diberitahu, jika Gusti Ayu Sima mendadak berkunjung ke sini. Di sisi lain, aku juga tidak bisa percaya begitu saja, bagaimana jika kalian berdua hanya berpura pura baik padaku?! Ketika pertama kali aku melihatmu masuk ruangan ini, aku cerita pada Chin Chin dan kukatakan kepadanya semua ciri ciri darimu yang kuingat. Aku hanya tak menyangka, ternyata Chin Chin tidak asing dengan ciri ciri yang ku ceritakan, dia bilang padaku tidak sengaja pernah bertemu denganmu. Awalnya dia juga ragu, menurutnya, jika benar itu kau, tidak mungkin kau bisa menemukan tempat ini, dan ketika aku ceritakan kau kembali lagi ke sini bersama dayang Gusti Ayu, dia mulai sedikit percaya pada ceritaku. Untuk memastikannya, dia menyarankan akan diam diam membawamu ke sini".
Kuro terdiam. Sejenak, ia memperhatikan rantai besi yang terikat di pergelangan kaki kanan bangsawan Gie Wang. "Aku tidak tahu banyak apa yang terjadi di sini. Kalau boleh tahu, kenapa Nyonya dikurung di tempat seperti ini? Apa karena Nyonya dianggap gila, jadi mereka mengurung Nyonya seperti ini? Atau karena ada alasan lain? Karena aku baru saja diberitahu, ada yang sengaja menyampaikan kabar bohong kepada Gusti Ayu Sima, kalau Nyonya sudah meninggal". Kuro mulai terlihat geram.
Mendengar kabar dirinya yang dikabarkan telah meninggal, tidak membuat Bangsawan Gie Wang terlihat kaget, ia hanya mengalihkan pandangannya kepada Chin Chin, sementara Chin Chin yang memahami pandangan Ibunya kepadanya, mengangguk dan berkata. "Maaf, aku tidak memberitahu Ibu".
Bangsawan Gie Wang kembali berpaling kepada Kuro. "Aku sama sekali tidak kaget, jika mereka menyebar kebohongan seperti itu," Akunya. "Aku sendiri terpaksa harus melakukan hal ini, agar nyawaku bisa tetap selamat".
"Jadi, karena hal itu Nyonya dikurung seperti ini di tempat ini, agar semua orang percaya jika Nyonya telah meninggal?".
"Itu hanya salah satunya. Tapi ini lebih baik, daripada aku kehilangan nyawa seperti yang lain".
"Kejam sekali...". Kuro berkata dengan geram, tangan kanannya mengepal. Kemudian menoleh kepada Chin Chin dan berkata. "Aku dengar, Dhen Ayu diam diam mempelajari Tinjutsu dari buku untuk mengeluarkan Ibumu dari sini, apa itu benar?".
Chin Chin tersentak. "Bagaimana kau tahu?!".
"Bagaimana aku bisa tahu, Dhen Ayu diam diam berlatih Tinjutsu itu tidak penting. Yang paling penting adalah, apa benar Dhen Ayu melakukan itu untuk menyelamatkan Ibumu dari sini?".
Mendengar perkataan tegas Kuro kepadanya, Chin Chin seketika menunduk. Di sisi lain, bangsawan Gie Wang yang juga tampak terkejut karena Kuro mengetahui alasan putrinya tersebut diam diam berlatih Tinjutsu, menatap pasrah putrinya yang seketika tertunduk. "Tapi aku ragu, aku akan sanggup melakukannya?!" Jawab Chin Chin. "Selain itu, alasanku diam diam membawamu kesini adalah, jika kau bersedia dan tidak keberatan, aku ingin meminta bantuanmu untuk membebaskan Ibu dari sini".
"Kenapa aku?!" Sahut Kuro.
"Karena aku percaya padamu, dan aku juga tidak tahu kenapa, sejak aku melihatmu memasuki ruangan ini, padahal aku tidak tahu siapa dirimu, aku tiba tiba begitu sangat percaya kepadamu, dan seolah ada yang menuntunku untuk menaruh semua harapanku kepadamu?!" Jawab bangsawan Gie Wang, sebuah perkataan tulus tergambar jelas dari nada suara serta sorot matanya, tanpa sedikitpun keraguan menjawab pertanyaan Kuro yang ditujukan kepada putrinya.
Kuro terdiam. Dan untuk beberapa saat, ia hanya bungkam, sepata kata pun tidak ada yang keluar dari mulutnya. Sementara itu, bangsawan Gie Wang serta Chin Chin yang menunggu jawaban Kuro dengan penuh harap, saling berpandangan satu sama lain, bertanya tanya, dan menjadi terlihat gelisah. Namun, perkataan yang keluar dari mulut Kuro selanjutnya bukanlah jawaban yang mereka harapkan, tetapi sebuah pertanyaan yang ditujukan kepada orang lain yang tidak ada diruangan itu, membuat kedua ibu dan anak itu seketika terperanjat. "Kenapa kalian berdua hanya diam dan berdiri di situ? Apa kalian berdua kesini hanya untuk mendengarkan apa yang kita bicarakan?".
"Apa maksudmu?!" Tanya Chin Chin, kebingungan. "Apa maksudmu ada orang di luar?!". Baik bangsawan Gie Wang dan Chin Chin, keduanya kembali saling berpandangan, ketakutan jika ada orang lain yang mengetahui pertemuan mereka menyerang keduanya.
Kuro tak menjawab. Dan tiba tiba! Pintu ruangan bawah tanah perlahan terbuka, memperlihatkan kepada ketiganya dua sosok yang berdiri di baliknya.