Chereads / KURO / Chapter 27 - Membuka Pintu Asa

Chapter 27 - Membuka Pintu Asa

Bangsawan Gie Wang, Chin Chin, tersentak nyaris bersamaan, ketika pintu ruangan bawah tanah perlahan bergerak dan sepenuhnya terbuka, dua sosok remaja yang tak lain adalah Lin bersama Cempaka terlihat berdiri di ambang pintu. Berbeda dengan Chin Chin yang telah mengetahui siapa kedua remaja tersebut, bangsawan Gie Wang yang sama sekali tidak mengenali dua sosok remaja itu tampak panik, seketika memutar kedua bola mata menatap Kuro. Sementara itu, berdiri di depan bangsawan Gie Wang, menyadari kepanikan yang terjadi pada bangsawan Gie Wang, Kuro yang sejak tadi sama sekali tidak melihat ke arah pintu di belakangnya, lantas berkata. "Nyonya jangan khawatir! Sepertinya kita mendapat bantuan".

Di saat yang bersamaan, Chin Chin mengalihkan keterkejutannya dari pintu dan terpaku melihat Kuro yang berdiri di depannya meyakinkan sang Ibunda, sekuat tenaga berusaha menenangkan diri sembari mencerna ucapan Kuro yang mengatakan, kedatangan Lin dan Cempaka tidak akan membahayakan dirinya juga sang Ibunda, tetapi malah sebaliknya. Di sisi lain, mengetahui kekuatan Kuro yang bahkan mampu mengetahui sesuatu tanpa melihatnya, membuat rasa bersalahnya telah mengerdilkan Kuro semakin besar mengganggu pikirannya, hingga membuatnya bungkam serta terpaku memandang Kuro tanpa lagi bisa berkata kata. Dan tanpa ia sadari, ia telah menumpahkan semua harapannya Kepada seorang remaja yang sebelumnya di matanya hanya terlihat konyol tersebut. Dari ambang pintu ruang bawah tanah yang masih terbuka, Lin maupun Cempaka seolah tak kuasa melihat bangsawan Gie Wang yang terikat rantai dan duduk di atas lantai batu ruangan, dalam keadaan yang sangat memprihatinkan. "Cempaka," Ucap Lin penuh isyarat, agar Cempaka melakukan sesuatu untuk bangsawan Gie Wang.

Cempaka yang memahami maksud Lin mengangguk dan segera melangkah memasuki ruangan, kemudian Lin yang juga menyusul memasuki ruangan melangkah setelahnya. Namun, ketika telah berada di dalam ruangan, sambil terus melangkah mendekati bangsawan Gie Wang dan melintas tepat di sisi kiri Kuro, bangsawan Gie Wang bersama Chin Chin kembali dikejutkan oleh kejadian mengejutkan yang terjadi di hadapan mereka . Tiba tiba! Sebuah pukulan Cempaka menghantam kepala Kuro.

Braak...! Kaget, dan terkejut melihat Cempaka tiba tiba memukul Kuro tepat di depan matanya, hingga tubuh Kuro terjungkal menghantam dinding ruangan, Chin Chin nyaris melonjak dan berteriak histeris, bersamaan dengan bangsawan Gie Wang yang seketika itu juga berdiri serta melonjak mundur ke belakang. Namun Cempaka hanya menyeringai tak berdosa sembari terkikik, mendekati bangsawan Gie Wang dan berkata. "Nyonya, ijinkan aku memeriksa kondisi anda!".

Sedangkan, bangsawan Gie Wang yang masih diliputi kepanikan hanya memandang Cempaka dengan kebingungan. Akan tetapi, belum lagi ia sempat menenangkan diri dan menguasai kepanikannya, ia kembali di kagetkan oleh suara Kuro yang memenuhi seluruh ruangan. "Kenapa kau memukulku Cempaka?!" Keluh Kuro, emosi, bangkit dan duduk di atas lantai sambil memegangi sisi kiri kepalanya yang terkena hantaman pukulan Cempaka.

"Diamlah...! Apa kau mau kupukul lagi!?" Bentak Cempaka, tanpa sedikitpun berpaling dan tetap menaruh pandangannya kepada bangsawan Gie Wang, yang seketika itu juga mengalihkan pandangannya kepada Kuro. "Bagaimana Nyonya, apa saya boleh memeriksa anda?" Lanjut Cempaka, kembali bertanya kepada bangsawan Gie Wang dengan lembut, berbanding terbalik dengan bentakan penuh dendam yang ditujukannya kepada Kuro.

"Orang aneh..." Gerutu Kuro, kemudian mengalihkan pandangannya kepada Lin yang melangkah mendekatinya.

"Kau tidak apa apa?" Tanya Lin.

"Kenapa kau ajak dia?! Seharusnya kau tinggalkan saja dia!".

"Rasain!" Sahut Cempaka, jutek.

Bangsawan Gie Wang berpaling, kembali memandang Cempaka yang tersenyum manis kepadanya, kebingungan tampak masih menyelimuti wajahnya, lantas memalingkan pandangannya kepada Chin Chin yang kebetulan juga mengalihkan pandangannya dari Kuro kepadanya. "Dia Nona Cempaka, yang kemarin ku ceritakan kepada Ibu," Terang Chin Chin.

Setelah mendapat penjelasan dari Chin Chin, kebingungan bangsawan Gie Wang perlahan mereda, tetapi setitik keraguan masih tampak tertinggal di wajahnya. Lantas kembali berpaling kepada Cempaka dan berkata. "Maaf Nona, aku tidak mengenalimu," Ucapnya, kemudian tersenyum.

Cempaka balas tersenyum. "Nyonya silahkan duduk! Saya akan periksa kondisi Nyonya". Meskipun ada setitik keraguan tampak di wajahnya, bangsawan Gie Wang dengan senang hati menuruti permintaan Cempaka dan kembali duduk di atas lantai ruangan.

Bersamaan dengan Cempaka membuka dan mulai mengkonsentrasikan Dujutsu bola cahaya hijau penyembuhnya pada punggung bangsawan Gie Wang. Lin yang belum bisa percaya Kuro mengetahui keberadaan dirinya bersama Cempaka di balik pintu ruang bawah tanah, menunduk memperhatikan Kuro yang duduk di atas lantai ruangan di samping bawahnya. "Sejak kapan kau mengetahui kita mengikutimu?" Tanya Lin, penasaran.

"Sejak aku meninggalkan paviliun," Jawab Kuro datar, dan Lin seketika itu juga mengernyitkan kening, mata hitamnya menyipit, ia tak menyangka, ternyata Kuro dari awal telah mengetahui dirinya bersama Cempaka mengikutinya.

Chin Chin yang merasakan hal yang sama dengan Lin, kembali terpaku memandang Kuro yang duduk di atas lantai di seberangnya. Sebaliknya, berbeda dengan Lin ataupun Chin Chin, Cempaka yang juga mendengar pertanyaan Lin, hanya memutar mata ke arah Kuro dengan wajah datar, sembari tetap mengkonsentrasikan Dujutsu bola cahaya penyembuhnya di punggung bangsawan Gie Wang.

"Apa dari awal, Tuan Muda memang berniat untuk mengikuti kita?" Tanya Chin Chin, berpaling kepada Lin, sebuah kekhawatiran tampak jelas dari wajahnya.

"Tidak," Tegas Lin. "Awalnya kita hanya ingin menemui dia," Terang Lin, menunjuk Kuro yang duduk di sampingnya. "Tetapi, kita tidak sengaja melihat Dhen Ayu diam diam menyeretnya pergi meninggalkan paviliun. Karena kalian berdua sangat mencurigakan, jadi kita diam diam juga mengikuti kalian. Dan aku tak menyangka, kalian menunjukkan kepadaku bukti lain, jika di balik nama baik dan nama besar keluarga ini, banyak kejahatan yang tersembunyi di dalamnya".

Bangsawan Gie Wang serta Chin Chin tersentak. "Ja... Ja... Jadi kalian tahu semua?!". Bangsawan Gie Wang tergagap mendengar penjelasan Lin.

"Bagaimana kalian bisa mengetahuinya?!" Tanya Chin Chin, tidak bisa mempercayai apa yang telah didengarnya.

"Sejak aku menginjakkan kaki di aula utama, aku sudah merasa ada suatu hal yang tidak baik tersembunyi dalam kediaman ini, dan kemarin aku dapat bukti bahwa perkiraanku tidak salah".

Ja... Ja... Jadi...". Chin Chin tergagap. Dan Lin mengangguk.

Chin Chin terdiam. Sejenak, ia berpaling kepada bangsawan Gie Wang yang juga memandang dirinya, sebelum kembali mengalihkan pandangannya kepada Lin dan berkata. "Apa kedua wanita itu tahu, kalian berdua mengetahui apa yang terjadi pada Romo?".

Lin menggeleng. "Cempaka tidak memberitahu apapun pada mereka. Tapi aku tidak yakin jika mereka tidak mengetahuinya?!".

"Dhen Ayu jangan khawatir! Kita tidak ada niat buruk pada kalian". Cempaka menambahkan. "Tugasku di sini untuk menyembuhkan Tuan Taji. Kita tidak akan turut campur urusan keluarga ini. Tetapi, jika Dhen Ayu berniat membebaskan Nyonya dari tempat ini, kita akan dengan senang hati membantu. Selain itu kita berdua tidak akan ikut campur. Kecuali jika Gusti Ayu Sima telah mengetahui semuanya, dan meminta kita untuk melakukan sesuatu, kita tidak bisa menolaknya".

"Em... Nona?!". Chin Chin ragu ragu berkata. "Kalau boleh tahu, menurut Nona, apakah Romo bisa sembuh?".

"Sejujurnya, aku tidak bilang pada Nyonya Shin Duk, kalau aku sudah mengeluarkan semua racun dari dalam tubuh Tuan Taji". Cempaka tanpa ragu menjawab.

"Racun?!" Gumam Kuro, Heran sekaligus bertanya tanya, di sela sela Cempaka yang terus mengucapkan perkataannya menjawab pertanyaan Chin Chin.

"Tapi, aku tidak bisa jamin, kondisi Tuan Taji akan bisa kembali pulih seperti sedia kala. Kecuali jika Tuan Taji dijauhkan dari orang orang yang saat ini ada di sekitarnya".

"Bu..." Gumam Chin Chin, menatap Ibunya, senyum tipis samar terkembang di kedua bibirnya.

Sembari menjalani perawatan dari Cempaka, bangsawan Gie Wang memandang wajah putrinya dalam dalam. "Apa kau akan merencanakan sesuatu untuk romomu?" Tanya bangsawan Gie Wang, dan Chin Chin menggeleng. "Padahal kita baru kali ini bertemu, bagaimana kalian bisa begitu percaya pada kami?!" Lanjut bangsawan Gie Wang.

"Karena Nyonya percaya pada dia," Jawab Lin, menunjuk KURo yang tetap dalam keadaan seperti semula, duduk di atas lantai batu ruangan di sisi kanannya.

"Aku?!". Kuro tersentak, seketika itu juga memasang wajah konyolnya yang kebingungan. "Kenapa aku?!" Tanyanya bingung.

"Ih... Dasar kura kura," Gerutu Cempaka, lantas membentak Kuro, emosi. "Karena kau dekat dengan Gusti Ayu, Kuro...!".

Nyali Kuro seketika itu menciut, sekujur tubuhnya lemas, diam membisu seribu bahasa tidak berani lagi berkata kata, dan membiarkan begitu saja kebingungan tetap berputar putar memenuhi kepalanya. Sementara Lin yang juga mengetahui kebingungan Kuro tetap melanjutkan perkataannya, membiarkan Kuro duduk lemas di sampingnya dengan kebingungan. "Selain itu, kita juga sudah mengetahui semua yang terjadi dalam kediaman ini, dari pelayan Nyonya yang menjaga Tuan Taji di ruang perawatan, termasuk Nyonya yang dikurung di tempat ini setelah Nyonya berpura pura gila. Dan jika bukan karena penjelasan pelayan Nyonya, meskipun kita tadi mengikuti Dhen Ayu ke tempat ini, kalau pelayan Nyonya sebelumnya tidak memberitahu kita tempat ini, serta cara membuka pintu rahasia menuju tempat ini, saya rasa, kita tidak akan pernah bisa menemukan tempat ini".

Bersamaan dengan Cempaka yang mengangkat kedua telapak tangan dari punggung Bangsawan Gie Wang, pancaran bola cahaya hijau terang yang menyelimuti kedua telapak tangannya memudar kemudian sirna. "Selesai Nyonya," Ucapnya.

"Terima Kasih banyak Nona, rasanya tubuhku sangat berbeda dari sebelumnya. Rasanya sangat ringan dan segar," Balas tulus bangsawan Gie Wang, senyum kebahagiaan berhamburan dari kedua bibirnya, wajahnya yang sebelumnya lusuh dan sangat memprihatinkan, kini terlihat sangat bugar serta berseri seri.

"Apa Ibu baik baik saja?" Tanya Chin Chin, mengkhawatirkan kondisi Ibunya.

"Dhen Ayu jangan khawatir! Nyonya baik baik saja," Jawab Cempaka, lantas mengalihkan pandangan kepada Lin dan bertanya. "Apa yang akan kita lakukan selanjutnya?".

Lin diam sejenak. "Apa Dhen Ayu sudah mempunyai rencana untuk mengeluarkan Nyonya dari tempat ini?".

"Sebenarnya...?!". Chin Chin ragu ragu menjawab.

"Dhen Ayu jangan ragu, katakan saja kepada kita!" Sela Cempaka, melihat Chin Chin terlihat sangat ragu untuk berkata. "Kita akan bantu Dhen Ayu".

"Di samping itu, kita butuh penjelasan Dhen Ayu, supaya kita bisa membuat rencana". Lin menambahkan.

"Mengingat yang Nona Cempaka dan dia... Maksudku yang Nona Cempaka serta Kuro lakukan kemarin di belakang kediaman. Aku yakin, Kuro akan bisa dengan Mudah menghancurkan rantai itu!" Jawab Chin Chin, menunjuk rantai besi yang terikat di kaki kanan bangsawan Gie Wang. "Sebenarnya, aku hanya ingin meminta bantuannya membawa Ibu keluar dari tempat ini, selanjutnya aku sendiri yang akan mengurusnya. Karena Kuro datang ke sini bersama Gusti Ayu Sima, aku khawatir Gusti Ayu bakal terseret dalam masalahku, jika orang orang itu mengetahui Kuro membantuku mengeluarkan Ibu dari tempat ini. Jadi aku ragu untuk meminta Kuro membantu semua rencanaku".

Setelah Chin Chin menyelesaikan perkataannya, ruangan menjadi hening, tidak ada satupun kata yang keluar dari mulut mereka. "Lalu, kemana Dhen Ayu berencana membawa pergi Nyonya setelah keluar dari tempat ini?". Lin kembali bertanya.

"Aku belum tahu, semakin jauh dari tempat ini semakin baik".

"Jika aku punya kesempatan, untuk bisa keluar dari tempat ini, aku sebenarnya sangat ingin kembali ke rumahku di Kota Beringin," Kata bangsawan Gie Wang penuh harap, dan Kuro seketika itu tersentak mendengar Kota Beringin terucap dari bibir bangsawan Gie Wang. "Tapi, jika mereka mengetahuinya, pasti akan sangat berbahaya. Selain itu, keluarga di sana juga pasti mengira aku sudah mati. Karena aku baru dengar dari Kuro, mereka mengatakan kepada Gusti Ayu kalau aku sudah mati, dan aku kira, mereka pasti mengabarkan hal yang sama kepada keluargaku di Kota Beringin".

Ruangan kembali hening, semua tenggelam dalam pikiran masing masing. Tetapi, Tiba tiba!

"Hei Lin! Apa kau tahu kediaman Ibu di Kota Beringin? Apa itu jauh dari sini? Kenapa kita tidak membawa Nyonya Gie Wang kesana saja untuk sementara," Ucap Kuro, yang membuat semua memandangnya dengan penuh tanya. Sementara Lin mendadak bingung karena perkataan Kuro, dan emosi Cempaka mulai terpancing, Kuro terus melanjutkan perkataannya seolah tak berdosa. "Mungkin sampai semua di rasa aman, atau sambil sedikit demi sedikit menunjukkan kepada keluarga Nyonya, kalau Nyonya masih hidup".

"Dasar Kura Kura...". Teriak Cempaka, emosi. "Bagaimana kau tidak tahu dimana kediaman Gusti Ayu, Kuro...!".

Kuro tersentak. Sembari menggaruk garuk kepala, ia menyeringai konyol dan berkata dengan terkekeh. "Aku tidak tahu Cempaka".

Di sisi lain, secara bersamaan, bangsawan Gie Wang bersama Chin Chin tersentak, kaget. Seketika keduanya memandang Kuro dengan gambaran wajah yang sangat sulit untuk diterka. Sementara Chin Chin bergumam bingung. "Ibu?!". Bangsawan Gie Wang bertanya dengan tak kalah bingungnya. "Jadi kau putra Gusti Ayu...?! Jadi kau pa...?!".

"Hah...! Aku...?!". Kuro kembali tersentak, menunjuk sendiri hidungnya sambil memasang wajah bodohnya yg bertanya tanya, memotong perkataan bangsawan Gie Wang. "Aku putra Gusti Ayu Sima?! Bukan. Nyonya berlebihan. Gusti Ayu tak ingin aku memanggilnya Gusti Ayu, beliau hanya memintaku untuk memanggilnya Ibu, itu saja," Terang Kuro. Meskipun begitu, baik bangsawan Gie Wang, Chin Chin, Lin maupun Cempaka, seolah enggan menerima begitu saja penjelasan Kuro.

Untuk sesaat, Lin dan Cempaka saling berpandangan satu sama lain, sebelum kemudian Lin berpaling menunduk, memandang Kuro yang duduk di atas lantai di sampingnya dan bertanya. "Jadi Gusti Ayu juga tahu Nyonya Gie Wang dikurung di tempat ini?".

"Kau tadi pasti juga dengar, sebelum ini, aku lebih dulu ke sini bersama Cik San. Aku yakin, saat ini Ibu sudah tahu semuanya".

Lin terdiam. "Dhen Ayu, mungkin kita bisa mencobanya. Karena kita tidak punya banyak waktu, kita akan lakukan itu secepatnya. Serahkan semua pada kita!" Tandas Lin kemudian. "Tapi, sebelumnya aku ingin lebih dulu memastikan sesuatu". Lantas mengalihkan pandangannya kepada Cempakaa. "Kau kembalilah lebih dulu bersama Dhen Ayu Chin Chin! Aku bersama Kuro akan pergi ke suatu tempat". Dan Cempaka mengangguk. "Kuro kau ikut denganku!" Lanjutnya kepada Kuro.

Kuro lantas bangkit dan pergi lebih dulu meninggalkan ruangan bawah tanah bersama Lin, terus bergerak dengan cepat meninggalkan pondok, menembus kegelapan malam menjauhi hutan bambu.