Chereads / Memburu hasrat 3 Bidadari / Chapter 1 - Pertemuan indah

Memburu hasrat 3 Bidadari

virama
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 19.3k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Pertemuan indah

Namaku Daniel kelahiran Jakarta Selatan tahun 2000,saat itu usia ku 16 tahun kelas 1 SMA swasta di Jakarta Selatan, perawakan ku agak tinggi 174, rambut lurus, meski aku lebih suka plontos dengan panjang rambut 3mm, kulit sawo matang, dari wajah banyak orang bilang aku seperti orang sebrang, aku anak ke 3 dari 3 bersaudara, adik ku perempuan dan yg paling kecil lelaki, papahku berdarah asli Cianjur, mamah ku blasteran Palembang dan Kalimatan Barat. Aku mau bercerita tentang pengalaman pertama ku, mengenal wanita dan ini membentuk ku menjadi lelaki yg selalu mencintai wanita yang lebih tua jauh di atas umur ku, hingga saat ini usia ku 23 tahun, kebiasaan keluarga ku bila memasuki libur lebaran selalu bergantian kota, seperti tahun ini di Bandung kita berkumpul, tahun besoknya di Palembang, dan tahun berikutnya tetap di Jakarta, selalu begitu setiap tahunnya di Jakarta banyak sodara mamah. Di Bandung sodara papah, di Palembang sodara dari nenek mamah ku. Yang mau ku ceritakan tentang libur lebaran ku saat di Bandung. Biasanya aku datang H-5 atau H-3 lebaran, tahun 2013 aku datang H-5 jadi agak lama aku di Bandung, kita berangkat pake mobil pribadi, biar bisa pulang kapan aja saat jalur luar kota mulai sepi tidak padat, di sana ( Bandung ) kita tinggal di rumah nini dan aki di jalan Sunda, tidak jauh dari simpang lima, dan pasar Kosambi, juga dekat dengan jalan Merdeka, tempatnya tidak ramai, tapi dekat pusat kota, rumah itu rumah tua yang terawat dari zaman Belanda, entah apa jabatan aki saat itu hingga dapat rumah di situ, keluarga papah banyak, aslinya cuma 4 bersaudara, papah ku anak lelaki paling besar, adiknya 3 perempuan semua, tapi ada 3 bibi ( Tante ) ku lagi. Di rumah itu, aku kurang paham sodara dari mana, dan mereka cantik-cantik dan baik ke pada ku dan dua adik ku, yang pertama aku memanggilnya Tante Ina umurnya 24 tahun terus Teh Ica 22 tahun dan Teh Oca mungkin 21 atau 20 tahun teh Ica dan Teh Oca masih kuliah entah semester berapa, kalo Tante Ina sudah kerja kantoran dan kalo setelan kerja, paling aku suka, karena rok mini juga kemeja berwarna cerah dan tipis jadi aku bisa lihat samar bra berwarna gelap yg biasa dia pakai, meski terkadang suka mengenakan blezer warna senanda rok mininya, dari semenjak SMP aku sudah tertarik memperhatikan pakaian dalam wanita dewasa, karena mereka lah aku di paksa dewasa atau terpaksa dewasa. Aku lanjut cerita, berangkat dari Jakarta di joglo rumah ku pukul 5 pagi, kata papah biar tidak kena macet pas jam siang di jalan, karena kita berangkat di bulan Ramadhan sedang berpuasa, meski aku sering ikut Adekku yg masih SD dan TK untuk tidak puasa, mamah suka marah tapi kata papah boleh karena dalam perjalanan ke luar kota, di perkirakan sampai Bandung pukul 8 atau 9 pagi, dalam perjalanan tak ada yg menarik tapi otak ku sudah penuh dengan bayangan 3 bidadari Bandung, Tante Ina, teh Ica dan teh Oca, aku suka mereka semua, sexy dan cantik juga putih- putih khas kulit perempuan Bandung, kalo di suruh memilih aku akan bingung pilih siapa.

Tiba di Bandung, memasuki jalan Pasteur pukul 8:15 pagi, sampai di rumah Ninik jam 9an karena mamah beli makanan buat kami di jalan merdeka, aki dan Ninik sudah menunggu di halaman rumah bergaya jaman dulu, kusen pintu dan jendela tinggi dan lebar dari kayu kokoh, bagian depan rumah selalu ada teras kecil yg bisa meletakan 2 kursi dan satu meja, di batasi dinding rendah, semua dari batu kali tersusun rapih, hampir semua bangunan rumah tua di Bandung seperti ini, dari rumah utama ke pagar sisi luar cukup luas, hanya di batasi pagar rendah, rumput, batu kali kecil-kecil bertebaran, bunga Bakung dan melati mendominasi halaman ini, pohon besar di samping rumah tak kala asri membuat sejuk rumah tua ini, tapi kok cuma Aki dan Ninik yg menyambut kita, mana Bidadari yg aku impikan,

" Eh..jagoan Ninik udah tinggi besar, kelas berapa sekarang Aa?? " Sambil memeluk aku, Ninik bertanya kepada ku.Ketika aku keluar dari mobil.

" Kelas 1 SMA Ni.. " jawab ku singkat.

"Mana Teh Oca dan Teh Ica, Ni?? " Tanya ku langsung, sambil menghampiri Aki.

" Ada di dalam... " Jawab Aki sambil mencium aku.dan aku langsung lari ke dalam rumah, selagi mereka menyambut Papa dan mama juga adik-adik ku. Aku masuk ke dalam, semua furnitur masih barang jadul, lemari pajang penuh dengan berbagai jenis peralatan makan perak, pelakat serat penghargaan yg aki dapat dari pemerintah Belanda, beberapa furniture dari kayu jadi seperti kursi, meja serta sekat ruangan berukir gaya sunda dan besar-besar aku lari mencari sosok yg ku rindukan,

"Assalamualaikum,.." teriak ku,

" Waalaikum salam..." Terdengar suara teh Ica dari Pantry, aku langsung menghampiri sambil berlari, kulihat Teh Ica sedang menyiapkan es lemon tea di teko bersanding dengan 3 gelas dalam satu nampan. Dia mengenakan celana pendek jeans ketat membentuk sempurna pinggul pantat dan paha yg padat di lengkapi kaos putih tipis berpotongan longgar juga sedikit kebesaran hingga menutupi sebagian pantat bulat indah milik Ica, sepintas terlihat bra berwarna gelap dari celah lengan kaos yg kebesaran dan sedikit gundukan dada yg besar menantang untuk di jarah, ingin rasanya memasukan tangan ku ke celah itu dan meremas dadanya.

"Eh..pacar ku udah Dateng..." Ledek Teh Ica sambil memeluk ku, saat di peluk terasa nikmat dadanya menekan dada ku, ada perasaan berbeda, darah ku mengalir hangat, dan ada rasa mendesir di selangkangan ku, saat menyentuh tubuhnya, iya mencium pipi ku kiri dan kanan, kesempatan ini ku pakai juga untuk mencium dia, wangi tubuhnya dan rambutnya bikin aku malas melepas pelukannya,

" Kelas berapa kamu, sekarang?? "

" 1 SMA " jawab ku bangga, karena tinggi Ica hampir sama dengan ku saat ini.

" Hmm udah boleh pacaran dong?? " Kata Ica

" Boleh lah.." jawab aku singkat.

" Yuk, kita pacaran.." canda Ica, sambil mencubit pipi ku dan mengambil baki berisi lemon tea, buatannya..

" Puasa ga?? .. " tanya Ica sambil menyodorkan minuman

" Kata papa boleh ga puasa.."

" Ya udah ambil ini.." Ica menyodorkan minuman, aku menolak karena belum ketemu Bidadari berikutnya,

" Teh Oca mana?? " Tanya aku langsung

"Tuh di kamar, baru beres mandi kayanya" aku ijin ketemu Oca dulu, dia menganggukan kepala dan langsung aku ke arah tangga ke Mezanin, aku tau kamar Oca di atas, asyiiik abis mandi pasti seger batin ku menggebu-gebu, aku sengaja tidak mengetuk kamarnya berharap dia lagi pake baju, jadi bisa liat saat setengah telanjang, gampang tinggal minta maaf ga sengaja, kan ga mungkin marah, pikir ku, ternyata kosong??

"Teh Oca??" Teriak aku, dan aku kecewa tak melihat dia setengah telanjang.

"Iya tunggu, Daniel ya ..bentar lagi beres kok" jawab suara perempuan dari kamar mandi di dalam kamar, woww... Masih ada kemungkinan aku melihat Oca setengah telanjang. Aku duduk di pinggir kasur dari sini bisa melihat jelas orang yg keluar dari pintu kamar mandi, 1 atau 2 menit aku menunggu tanpa suara, dan klik pintu mulai bergerak, jantungku berdegup keras darah mengalir ke seluruh tubuh, tak lama sosok wanita berambut agak coklat dan highlight pirang muncul yang hanya mengenakan handuk sebatas dada, ujung handuk bawah ada 1 jengkal dari pangkal pahanya, dia tak sadar aku menunggunya, aku terpaku dalam diam dan menikmati pemandangan ini, setelah dia menengok ke arah ku, dia terkejut ternyata aku menunggu di kamarnya.

" Eh..kamu, kirain engga nungguin ??" Senyum Oca manis, sambil berjalan ke arah ku

" Assalamualaikum.." sapa aku menghilangkan gugup ku, dan aku menghampirinya, memeluknya dan mencium pipi kiri dan kanan, aroma segar sabun mandi dan Sampoo bikin darah ku mengalir lebih deras, terutama di selangkangan ku, tubuh Oca terasa dingin menyejukkan ingin rasanya berlama-lama memeluknya.

" Baru sampe?? Atau udah dari tadi??" Tanya Oca

" Baru sampe,mau ketemu teh Oca" jawab ku langsung, dan duduk di atas tempat tidur dia

" Oooh kangen ya sama, Yayang Oca" ledek dia sambil menghampiri lemari pakaian di sudut ruangan membuka pintunya dan tubuhnya agak nungging sedikit mengambil sesuatu di laci lemari. Tampak handuk bagian bawah makin terangkat, tampak pangkal pahanya putih mulus sampai ke atasnya lagi, terbayang seandainya handuk ini jatuh, tubuh Oca polos mengundang untuk di cumbu, aku rela menjilati tubuhnya dari ujung kaki hingga ujung kepalanya.

Oca tampak santai memakai CD renda berwarna putih, tanpa melepas handuknya hanya membelakangi aku, sambil bertanya ini dan itu, aku menjawab sebisanya, mata ku fokus dengan apa yg ia kerjakan, Oca menurunkan handuknya ke pinggang, pundaknya putih mulus dari tempat ku duduk terlihat bulu halus di situ, ia memakai ikatan bra berwarna putih di bagian depan dan memutar ke belakang menyangkutkan ke pundaknya tanpa merubah posisinya membelakangi aku, aku sangat ingin memeluknya dari belakang dan mencumbui dia, melihat bodynya yg mulus dan bulatan pantat yg besar juga padat berisi, size Bra tidak terlalu besar di banding punya Ica tadi tapi akan mampu membuat birahi aku memuncak bila di bolehkan menghisap atau menjilati putingnya. Celana jeans ku sudah berubah bentuknya khusus di bagian pangkal paha, lanjut Oca mengenakan daster bertali di pundaknya berbahan batik tipis dan panjangnya hanya sebatas setengah panjang paha, paha putih nya terlihat licin dan menggairahkan. Dia berjalan pindah ke meja hias menyisir rambutnya dan memakai bedak di wajah.

" Daniel mau ikut Teteh ga nanti sore, jemput Tante Ina, sekalian cari takjil, kamu puasa ga??" Pertanyaan bertubi dari Oca

" Mau, aku mau ikut " jawab ku cepat, kesempatan emas bisa jalan bareng Oca

"Yuk udah, kita turun ketemu papah.." ajak Oca

Tangan ku di jepit di dadanya,berjalan menuruni tangga menuju ruang tengah yg mulai ramai suara mereka bercerita, mama dan papa hampir berbarengan komentar, saat melihat aku berjalan bareng Oca.

"Wah Oca udah kalah tinggi sama Daniel"

" Iya Nih Oom, udah pantes di jadiin pacar" ledek Oca, sambil menatap ku dan merangkul pundak ku.

" Itu pacar Aku, iya kan Daniel." Jawab Ica tersenyum. Mereka tertawa dan Ninik dan aki tersenyum duduk di dekat papa, sebenernya aku berharap ini sungguhan di perebutkan dua bidadari cantik. Suasana meriah penuh gelak tawa dan ke ceriaan, papa dan mama berbagi hadiah untuk Ninik dan aki, juga untuk teh Oca dan teh Ica, aku memilih duduk dekat Oca, masih membayang kan pemandangan tadi melihat Oca setengah telanjang, dan selalu pemandangan itu yg terlihat saat menatap Oca.. bergairah nya aku.Oca menggendong adek ku yg perempuan sedang Ica menggendong adik lelaki ku yg paling kecil.

Saat menjelang jam 3 sore, Oca mencari aku, sebelumnya ijin ke mama ku untuk mengajak aku, jemput Tante Ina di dekat jalan Merdeka, kita pergi pake motor metik, aku liat Teh Oca sudah berganti kostum tegtop hitam di lapisi sweeter dan jeans ketat 3/4, aku sengaja duduk merapat tepat di belakang Oca, dan memeluk pinggangnya erat dan ku tempelkan burung ku tepat di belahan bokong Oca yg menonjol pikiran ku melayang, entah sadar atau tidak saat mulai mengeras karena gesekan dan tekanan saat berjalan, aku tetap mempertahankan posisi itu. Nikmat nya batin ku bergejolak, sampai di parkiran sebrang taman Badak, di salah satu bank swasta, Oca memberhentikan motornya dan parkir, aku turun lalu Oca berbisik di telinga ku.

" Sana masuk, bilang aja mau ketemu Tante Ina, aku tunggu di kantin aja ya" ide Oca pada ku.

Aku setuju, sekalian liat Tante cantik ku, pake seragam mini, bikin aku bergairah.

Satpam dekat pintu sudah melihat Oca, yg mereka tau Oca adik dari Ina Teler senior bank itu. Aku di hampiri satpam, aku bilang mau ketemu Tante Ina, dia tanya dari mana, aku bilang dari Jakarta, Oca melambai ke satpam itu, dan bapak itu mengantarkan ku ke dalam ruangan di lantai 3 masuk ke dalam, aku lihat mereka sudah agak santai kerjanya mungkin karena mendekati jam pulang kerja, pak satpam tadi mengetuk pintu ruangan, ada jawaban dari dalam

"Masuk." Suara wanita yg sudah ku kenal

" Ada tamu jauh Bu, mau ketemu" sapa satpam hormat sambil senyum dan mempersilhkan aku masuk

" Eh..Aa Ganteng...kapan datang?? " Tante Ina menghampiri aku dan memeluk aku, seragamnya baju tipis dengan rok mini aku bisa menebak Bra-nya berwarna biru nevy karena terlihat jelas saat mencium ku tadi dan menggandeng ku ke mejanya, roknya begitu ketat membentuk sempurna pinggul dan bongkahan pantat yg luar bisa padat, garis CD tampak jelas, berujung di pinggul mengecil, bisa ku bayangkan bila tanpa rok, aku bisa melihat sebagian besar pantat padatnya dan segi tiga kecil di bawah perutnya bila dia berputar ke arah ku

" Aa sama siapa ke sini?? " Tanyanya setelah menyuruh ku duduk di sebelah kursi Tante Ine di belakang mejanya, ku lihat Tante Ina masih sibuk sambil merapihkan uang di brankas sebelah mejanya, sambil menunduk, dari sini aku bisa melihat gundukan indah payudara besar milik Tante Ina di topang bra warna gelap,ada renda di ujung mangkoknya juga renda di tali Bra nya buah dada yg sudah matang siap di panen, siapa lelaki beruntung yg bisa menikmati buah ini, paling besar di banding 2 Bidadari di rumah tadi.

" Bareng Teh Oca" jawab ku sambil matanya terus menatap payudara itu, ingin rasanya tidur di situ, meremas nya dan membayangkan menghisap puting susunya yg entah sebesar apa, aku betah ada di situ sambil Tante Ina bertanya, datang dengan siapa dari Jakarta dan tanya mama tanya adek dan lain sebagainya, tak pernah ada hentinya pertanyaan itu, aku tak peduli selama aku bisa melihat gundukan indah miliknya setiap kali di menunduk, makin membesar lah batangku dan mengeras untung aku pake kaos panjang jadi tak terlalu keliatan. Selesai itu dia mengajak ku turun dan sepertinya sudah selesai kerja dia, setiap bertemu staff lain selalu di tanya,

" Siapa tuuuuh..." Tanya mereka sambil meledek saat Tante Ina pamit pulang ke mereka

" Brondong baru.." jawabnya singkat, aku kurang paham maksud pernyataan Tante ku, rencana mau aku tanyakan nanti kalo udah di rumah, karena temen- teman Tante selalu tertawa saat mendapat jawaban itu dan bersiul- siul ada yg mengangkat jempolnya.

Sampai di parkiran aku duduk di tengah, di depan Oca di belakang Tante ku, lengkap sudah nasib baik ku, di depan aku bisa lanjutkan pekerjaan tadi menempelkan batang ku yg sedari tadi sudah bangun ke pantat Oca, berkhayal sedang bercinta dengan Oca memasukan dari arah belakang dan di belakang ku ada Dada Tante Ina menempel sempurna di Pundak ku, terasa nikmat sekali ingin aku berbalik dan ada di pangkuan Tante sambil mencumbui gundukan dada lembut miliknya akan aku gigit lembut putingnya. Sepanjang perjalanan aku terus membayangkan itu, membuat keras burung yg menempel sempurna di belahan pantat Oca, bohong kalo dia tidak merasakan itu, Lemas aku di buat nya, sempet mampir beli Takjil, aku sudah tak terbayangkan akan ada makanan yg lebih enak dari ini, aku tak berselera makan, kecuali makan Tante ku.

Sampai di rumah, Tante Ina sibuk bicara sama papa dan mama, aku dan Teh Oca langsung ke Pantry di sana ada Teh Ica yg sedang mempersiapkan menu untuk berbuka puasa, sesekali Nini ke Dapur membawa ini dan itu, mama mempersiapkan dan menatanya di meja makan besar, aku lebih memilih di Pantry dekat dengan Teh Ica yg sedang menggoreng tempe dan membuat bakwan, Oca bolak balik mengantar juga menata makanan di piring juga minuman yg tadi dia beli, dan aku duduk dekat Ica, iya menanyakan berbagai hal, tentang sekolah, tentang liburan tahun lalu di Palembang dan macam-macam pertanyaan ringan, aku menjawab dan bercerita seperlunya, fokus aku memperhatikan kaos Ica yg bagian lehernya agak turun, jadi sesekali gundukan dada yg tidak tertutup cup bra, terlihat putih dan terjepit indah, aku mengatur posisi agar dia tak sadar aku perhatikan itu, aku duduk di meja kerja dapur Ninik persis di samping Ica berdiri, tapi posisiku lebih tinggi agar bisa melihat lebih jelas ke arah belahan itu, keliatannya Ica tak perduli atau memang itu di lakukan untuk ku, meski sudah agak lebih rendah lagi turun, tak pernah kulihat iya coba menaikan atau membenarkan posisi kerah kaosnya, masih menggunakan Bra yg pagi tadi berwarna gelap, ada gundukan mulus di antara cup bra nya, dapat kulihat jelas dari posisiku duduk saat ini.

"Eh,kok ada yg pacaran di dapur??" Suara Tante ina, mengejutkan aku, datang dengan tiba-tiba, dan menghampiri aku, berdiri tepat di samping aku sambil tangannya merangkul pinggang ku.Tante Ina masih memakai seragam. Sepertinya Ia sadar kemana fokus mata ku beredar, tapi dia diam tak berkomentar.

" Ganggu aja deh, teh Ina" muka Ica pura-pura kesal. Aku senyum melihat wajah Ica yg terlihat makin menggemaskan.

" Ke kamar aja yuk, Tante punya hadiah buat kamu " wajah Tante ini sangat dekat dengan wajah ku saat bicara tadi, berjarak satu jengkal, rasanya ingin menciumi wajah itu.

" Asik... "Jawab aku sambil menganggukkan kepala.dia mencium kening ku, terasa sekali dia sangat sayang sama aku, padahal aku keponakan yg bukan sekedar sayang tapi mencintai dia, tepatnya ingin memiliki dia sebagai pacar ku.

"Iiiihhhh... Teh Ina mah, gangguin aja orang lagi pacaran " celoteh Ica sambil berpura-pura, ngambek. Wajah Ica kalo lagi begitu makin cantik, gemes banget liatnya.

Tante Ina langsung memeluk aku menarik tubuh ku turun dari atas meja kerja di dapur menggandeng pundak ku mengajak aku pergi.

" Ica mah belum mandi, masih bau keringet " ledek Tante Ina, tangan ku sempet di ambil Ica dan menarik ke dadanya, tapi Tante Ina memeluk aku sambil memutar tubuhnya hingga kini Ica berhadapan dengan Tubuh Tante, tanganya langsung menggelitik pinggang Ica hingga melepaskan tangan ku, aku senyum pasrah kemana aja aku rela, lembutnya dada Ica tersentuh lengan ku seperti menyentuh sesutau yg lembut, dan besarnya dada Tante Ina menyentuh tubuh ku.

" Teh Inaaaa, balikin pacar akuuuu " Ica merengek manja, Tante hanya menjulurkan lidah ke Ica, sambil mengajak ku berlari kecil.

Aku berjalan ke tengah rumah dan masuk ke kamar samping, tepat di sebelah kamar Aki dan Ninik ku, pintu kamarnya putih besar dari kayu saat Tante membuka pintu dan mempersilahkan masuk aku mengitari kamar Tante ku ini, furnitur nya hanya ada lemari baju rapat dengan dinding di samping pintu, tempat tidur ukuran besar lengkap dengan meja kecil di kiri kanan juga lampu tidur, sebelahnya kaca kamar besar kotak-kotak yg ke semuanya bisa di buka dengan ukuran 3/4 tembok samping, kalo di buka hordengnya matahari masuk leluasa ke kamar ini, di sebrang ada seperangkat meja rias kuno dengan kaca lengkung di kiri dan kanannya, di tengah kaca besar, sebelah kiri ada pintu lagi, sepertinya itu kamar mandi atap rumah yg tinggi memberi kesan kamar ini luas dengan furnitur hampir semua berwarna kayu jati, dinding berwarna broken white, selagi memperhatikan ini semua, Tante Ina memperhatikan aku,

"Suka ga kamu sama kamar baru aku ?? " Tanya Tante sambil berdiri di samping ku

"Lebih enak yg ini, lebih luas juga terang aku suka" jawab aku sambil menghampiri jendela yg masih terbuka dan hanya di tutupi hordeng tipis, hordeng utama berwarna kuning, di balik jendela aku lihat pohon besar yg di samping, ternyata ini tembus lewat pintu samping, aku bisa mengintip kamar Tante kalo aku pergi ke samping, kebetulan banyak pohon rindang, jadi pasti Tante ga liat saat aku ngintip nanti, otak ku sudah bergairah.

" Asik kan ada pemandangan sampingnya juga, udaranya seger, dari pada yg di atas dulu." Celoteh Tante ku menerangkan seperti seorang broker rumah menawarkan rumah idaman. Aku tersenyum

" Nanti malam tidur di sini aja, sama aku mau ga?? " Aku langsung tergoda tawaran itu, ini beneran atau bercanda, aku diam sesaat. Mencari jawaban kebenaran atau basa basi.

" Mau ga?? Kasihan papa sama Mama juga adek kamu tidur di satu kamar, kan jadi sempit, di sini lega, cuma aku aja sendiri " Tante menghampiri di dekat jendela dan duduk dekat ku di sudut kasur, karena kasur itu empuk dan bobot Tante yg lumayan padat duduknya agak ke bawah dengan rok mininya semakin banyak paha mulus Tante yg terlihat, dia memeluk pinggang ku.

" Mau ya... " Tante agak memaksa, mungkin pertimbangannya agar keluarga ku tidak tidur berdesak-desakan di satu kamar tamu

" Beneran boleh?? " Tanya aku kembali

" Beneran..serius, kamu ga mau tidur sama pacar kamu ini.?? " Goda Tante dengan muka manisnya

" Iya aku mau banget.." senyum ku tampak bahagia, mimpi jadi kenyataan.

" Asiik... Koper kamu bawa ke sini ya nanti abis buka puasa kita susun di lemari ini " jawab Tante Ina semangat.

" Oh iya..Aku juga punya hadiah buat kamu " Tante bangkit dari duduknya, sepersekian detik aku bisa melihat CD tante warna gelap sepintas terlihat ketika dia coba bangkit dari duduknya tadi. Wow... Asiknya

Tante menghampiri lemari bajunya, dan mengambil bungkusan dan menyerahkan pada ku, bungkusannya seperti kado berukuran 30 x15 cm, penasaran sambil aku duduk di sisi kasur sibuk membuka hadiah, Tante ku mulai melangkah mengambil kimono mandinya meletakan di pundaknya sambil berjalan ke arah kamar mandi, ia membuka kancing baju seragamnya, setelah lepas semua. Berbarengan dengan itu Aku berteriak kaget, ternyata hadiahnya kaos original Nirvana dan CD Nirvana album unplugged MTV. Aku suka banget dan berlari ke arah Tante ingin mengucapkan terimakasih, Tante menoleh dan senyum lalu menyambut pelukan aku, aku lihat bra nya jelas, ternyata kancing kemeja tipisnya sudah terbuka semua gundukan dada super montok tampak putih bersih tanganya membuka lebar menerima tubuh aku yg setengah berlari ke arahnya, aku tak mau melepas kesempatan ini, sexy nya Tante ku, aku peluk dia lama dan keras menarik tubuhnya rapat biar makin terasa dada itu menempel sangat dekat di tubuh ku, aroma keringat Tante juga aku suka, bikin terangsang, dia membiarkan aku memeluk tubuhnya agak lama,

" Kamu suka ya, hadiahnya " tanya Tante tanpa melepas pelukannya dari ku

" Suka banget, makasih ya Tante " jawab ku tulus, apa lagi sama pelukan ini bikin hati ku makin bahagia tak tergantikan dengan apa pun.

" Kok Tante Tau aku lagi mau itu " sengaja aku tak mau melepas pelukannya, karena Tante juga memeluk ku rapat, sambil aku bersandar di bahu Tante .

" Tau lah..masak ga tau kesukaan Pacar " jawab Tante senyum-senyum pada ku

Aroma keringat bercampur parfum di leher Tante bikin aku terangsang aku hampiri lebih dekat lagi, hingga tak sadar hembusan nafas ku menyentuh leher Tante Ina, dia bergelinjang menghindar,

" iiih aku belum mandi, bau loh.." berusaha menghindar lehernya kena hembusan nafas ku.

Aku malah sengaja ga mau melepas pelukannya dan meniup lehernya Tante..

" Iiihhh..Aa Daniel mah sengaja, geli sayang.." Tante bergelinjangan menghindari tiupan aku, coba menutup mulut ku dengan tangannya

Aku menikmati canda an fisik ini, makinku rapatkan tubuh ku ke Tante.

" Aa..Daniel... Jangan iiiih, nakal " Tante makin belingsatan,

" Nih..liat bulu di tangan aku berdiri " sambil dia menunjukan bulu halus di tanyanya berdiri, aku melepaskan pelukannya tapi tak mau jauh dari tubuhnya

" Kok bisa gitu Tante " tanya ku polos

" Ya itu kalo leher aku di gituin jadi gini " jawabnya singkat

" aku mau coba lagi " sambil menghampiri lehernya aku menyentuh pundaknya yg polos sambil tersentuh tali bra nya, aku tiup perlahan.

" Aaaa...iiiih..." Suara Tante mulai berubah terdengar seperti desahan.

Aku pegang tangannya dan iya bulunya berdiri lagi.

" Itu kenapa sih Tante?? "

" Geli Aa..semua perempuan dewasa pasti begitu " dia balik menyerang aku tanpa bertanya dulu, mendekatkan badannya ke dada ku dan meniupkan hembusan nafasnya di leher ku.otomatis aku berdesir darah mengalir ke seluruh tubuh terutama ke bagian paling sensitif di bawah selangkangan ku.

" Nih... Aa juga berdiri...hayo.." kata Tante

" Berarti kamu udah dewasa..Aa" Tante senyum senyum melihat wajah ku memerah

" Udah ah, Tante mau mandi, sebentar lagi magrib, mending ambil koper kamu bawa ke sini, biar nanti aku yg susun di lemari baju" sambil Tante mencium pipi aku.

" Tante.." Tante Ina menoleh

" Makasih ya hadiahnya, aku suka "

" Sama- sama sayang.." Tante memberi ku kiss bay beberapa kali...

Segera aku berlari ke luar kamar setelah ku lihat Tante masuk toilet, mencari koper aku yg sudah di kamar tamu, saat ku bawa koper ku mama tanya mau di bawa kemana?? Aku bilang mau tidur sama Tante Ina, mama bilang jangan, aku bilang Tante yg ajak. Mama ikut ke kamar Tante Ina mau konfermasi. Aku bilang Tante di kamar mandi.

"Lina.. Daniel bener kamu suruh tidur di sini "

Tante Ina menjulurkan kepalanya di pintu kamar mandi, dengan rambut basah dan muka basah, aku liat sebagian pundaknya dan sedikit belahan dadanya, aku membayangkan Tante polos saat itu, jantung ku berdebar keras.

" Iya aku yg suruh, aku tidur sendiri di sini mbak, sekalian nemenin aku " jawab Tante Ina. Mama mengangguk ke arah Tante Ina dan pergi meninggalkan aku sendiri.

" Taruh situ aja koper kamu biar nanti aku yg beresin " Tante tersenyum menatap aku dan mengangkat jempol dan jari manisnya membentuk hati " sarang heyo " sebelum menutup pintu kamar mandi lagi, aku senyum membalasnya.

Aku duduk di tepian kasur, bingung bagaimana caranya aku tetap di kamar ini agar bisa melihat Tante saat selesai mandi nanti, aku ada ide bisa berpura- pura mengeluarkan isi koper dan menyimpan koper di sudut kamar, tapi sebelumnya aku harus tutup pintu kamar dulu, biar Tante pikir aku keluar kamar, pintu sengaja ku tutup agak keras biar terdengar oleh Tante. Benar saja tak lama aku dengar Tante bersenandung menyanyikan sebuah lagu, yang tak ku kenal, aku mulai membuka koper perlahan dengan posisi menghadap pintu kamar mandi jadi kalo tiba-tiba pintu terbuka aku bisa menatap tubuh indah milik Tante Ine. Perlahan aku keluarkan isi koper ku. Menyusun di kasur sambil menunggu suara hendel pintu bergerak, cukup lama aku menunggu di temani senandung lagu dari kamar mandi, aku pandangi kaos hitam pemberian Tante, bergambar persisi sama dengan album CD Nirvana unplugged, suara yg ku tunggu-tunggu tiba, suara pintu di buka dari arah kamar mandi, keluar tubuh Tante yg sexy dan semampai mengenakan kimono mandi, tapi tidak di ikat talinya, sepertinya dia pikir aku telah keluar kamar, hingga tampak belahan buah dada montok punya Tante, perut putih bersih yg rata dan gundukan berbulu yg menyembul keluar sebesar telapak tangan dia polos hanya berselimut kimono mandinya, aku terpesona dengan pemandangan ini, indahnya badan Tante Ina, meski hanya sebentar, langsung iya menarik tali pinggang nya dan menutupi tubuhnya perlahan.

" Eh..ada yang nungguin, jadi malu aku.." Tante menghampiri aku, yg sedang memegang kaos pemberiannya. Duduk di sebelah aku bersandar seperti aku, makin tersingkap pahanya yg putih mulus dan sexy

" Mau di pake ya?? Sok atuh mandi dulu sana, nanti abis buka puasa kita jalan-jalan" " kemana???" Tanya ku

" Ke hati kamu... " Jawab Tante Ina senyum manis, aku terdiam kecewa, dengan muka datar

" Jangan marah dong..." Tante Ina menghampiri wajah ku dekat, sambil menunduk, nafasanya bisa aku rasakan di wajah ku, darah ku berdesir. Tampak dada Tante Ina menggantung sempurna terlihat dari lipatan kimono di dadanya

" Kamu mau nya kemana?? " Tanya Tante Ina tulus.

" Kemana aja, pokoknya jalan-jalan liat Bandung " jawab ku sekenanya karena mata dan otak ku sudah tak singkron lagi, karena tetesan rambut basahnya mengenai tangan ku, dan aroma Sampoo juga sabun mandi semerbak membius aku.

" Ok.." sambil dia mencium bibir ku

" Gemes aku sama kamu Aa" sambil dia bangkit berdiri, memilih baju yg akan dia pakai. Aku masih shock di cium bibir ku masih duduk terdiam, bibir nya lembut, ingin rasanya melumat bibir itu dan menggelitik mulut nya dengan lidah ku.

" Malah diem... Bukannya Mandi , sebentar lagi magrib" dia menarik tangan ku berdiri dan menggandeng ku menuju kamar mandi, aku pasrah mengikuti di depan pintu kamar mandi, dia membuka pintunya

" Mau di mandiin atau mandi sendiri " tanya Tante meledek aku, dulu kecil dia suka juga memandikan aku kalo lagi nginep di Bandung.

Aku menjawab dengan cibiran dan masuk kamar mandi menutup pintunya, aku memperhatikan kamar mandi masih banyak sisa busah di dinding dekat shower, aroma tubuhnya masih tertinggal di sini, di sudut kamar mandi aku melihat keranjang cucian kotor, dengan jantung berdegup kencang berharap cemas ku hampiri dari sela-sela keranjang bolong-bolong aku melihat benda gelap yg ku kenal, ku buka dan ternyata rok mininya, kemeja kerjanya, serat bra berukuran besar berwarna navy ada di sini juga CD warna senada yg tadi dia pakai juga ada di sini. Aku mengambil bra itu menciumi sisi dalam nya, aroma itu membuat ku horny, ku teliti ukurannya 42 D, uuuh ternyata ukuran sebesar itu 42 baru tau aku, aku menciumnya kemeja tipis itu, masih tercium aroma tubuhnya, rok mininya ada aroma ber beda, saat aku mencium CD nya ada cairan basah sedikit..berwarna bening aku menciumnya, gejolak hasrat libido langsung meningkat, ku ambil CB itu dan Bra nya aku duduk di closed, tak tahan sambil aku menciumi CD yg ada cairan bening itu tangan ku sibuk mengocok batang kemaluan ku yg mulai mengeras, gantian Bra bagian dalam aku ciumi makin bersemangat aku terus mengocok batang kemaluanku dan menempelkan bra itu ke batang zakar ku yg makin mengeras, membayangkan kalo punya ku ada di antara dua gundukan dadanya , menjepit Lo sempurna, pasti akan nikmat, kembali aku mencium CD itu, semakin besar hasrat ku dan semakin kencang aku mengocok nya, ku coba menjilat rasa cairan itu, ada rasa aneh tapi aku suka aromanya..terus aku mencoba lagi dan menjilati hingga basah oleh air liur ku CD itu.. aku keluar, dan menyender lelah, CD dan Bra itu ku letakan di wajah ku, agar aromanya tetap bisa ku cium di sela nafas ku yg tersengal - sengal suara ketukan di pintu kamar mandi membangunkan ku dari lamunan aku langsung kaget berdiri.

" Ya Tante.." jawab ku ter diam sambil menggenggam CD dan Bra nya di belakang tangan ku

" Masih lama ga??" Tanya Tante

" Lumayan, kenapa emang??" Aku balik bertanya

" Aku mau ke ruang makan, nanti nyusul ya..? "

" Iya Tante.." jawab ku

" Jangan lama-lama sebentar lagi magrib"

" Iya...bentar lagi kok" segera aku kembalikan bra dan saat menaruh CD itu ada hasrat ingin memiliki CD itu, agar bisa menciumnya saat rindu dengan Tante Ina. Tapi dia pasti curiga bila hilang CD ini, segera ku kembalikan lagi.jantung ku lemas karena kejadian tadi, segera ku selesaikan mandi dan bergabung dengan yg lain di ruang makan. Aku duduk ikut makan meski tak puasa.

Jalan-jalan malam itu tak seindah yg aku bayangkan, ternyata Tante Ina janjian sama pacarnya atau sama lelaki yg sedang dekat dengannya, saat aku tau itu aku jadi tak bersemangat lagi dan ingin segera pulang, Tante Ina sepertinya melihat perubahan mood ku yg berbeda dengan sore tadi, tak lama kita pulang dan aku langsung masuk kamar tiduran sambil memeluk bantal, sepertinya badan ku jadi lemas tak bersemangat.