Chereads / Memburu hasrat 3 Bidadari / Chapter 4 - Malam penuh bintang

Chapter 4 - Malam penuh bintang

Telinga ku mendengar kicauan burung asik bersendagurau di pohon besar sebelah kamar, di temani sinar mentari pagi, aku malas bangun dari tempat ini, tanganku lebih enak peluk bantal, untungnya matahari masih terhalang hordeng ini, memori tentang kamar ini tak akan pernah aku lupakan seumur hidup aku, aku sengaja menatap semua sudut kamar ini, furniture yg ada, warna yg ada, semua akan ku rekam di benak ku, suatu hari aku ke kamar ini lagi dengan cerita apa lagi. Pintu kamar terbuka pelan, sosok cantik, rambut di jepit ke atas, tengtop putih dan bicycle pants hitam, melekat sempurna lekukan demi lekukan untungnya dia menutup dengan kemeja panjang dan membiarkan 2 kancing atas di lepas, dadanya bergetar dan bergerak bebas karena tak terkurung bra.

" Aa..hayu bangun, " sambil Tante Ina duduk di tepian kasur,

" Tante udah libur ya " tanya ku

Sambil menganggukkan kepala ia menyentuh rambut ku, mengelus pipi ku, dan dada ku lalu mencium kening ku, aku masih engga bangun, ku genggam Tangan Tante Ina, dan membimbing ke perut ku dan terus turun ke arah penis ku yg tegak sempurna siap menyerang siapa saja yg datang..

" Iiihhh...sayang, kok udah keras banget, pagi-pagi, " Tante Ine menggenggam gemes dan mengelus kepala helemnya dan melepaskan perlahan,

" Sayang, hari ini kantor aku ada acara bukber, kamu mau Dateng ga??

" Hayu " kata ku

" Makanya kita puasa ya hari ini " sambil Tante berjalan membuka hordeng dan membuka kaca, aku memperhatikan jalannya, dan body yg terlihat di antara remang kemeja tipisnya, betapa indah bentuk badan Tante Ina, aku beruntung memilikinya,

" Sana mandi..iiih, kalo di kamar aja pasti maunya ML " ledek Tante Ina sambil senyum senyum, aku bangkit dan berjalan ke kamar mandi, polos tanpa busana, dengan penis berdiri tegak, Tante menutup wajahnya tapi tetep melihat dari sela jarinya

" Aa...iiiih sexy banget sih, " buru-buru Tante Ina ambil kimono dan meletakan di pundak ku,

" Harus cepet-cepet pergi nih, takut di gigit ulernya Aa.".sambil lari kecil, aku pura-pura menguber Tante ikut lari.. Tante makin mempercepat larinya ke arah pintu kamar dan menutup pintu kamar.

Sayup-sayup aku dengar suara celo memainkan lagu " You Raise me Up " sambil mengeringkan badan selesai mandi, segera aku melengkapi dengan celana pendek juga kaos oblong, kebiasaan ku kalo di rumah tanpa Pake CD. Aku keluar kamar mencari sumber suara, dari teras belakang, melewati dapur aku liat Ninik mama dan Tante Ina sedang asik berkumpul entah mengerjakan apa, saat Tante melihat aku, aku pasang muka seolah akan menyerang dia, buru-buru Tante menyelinap di balik tubuh Ninik sambil senyum. Ninik menegur ku dan mama menoleh ke arah ku " kayanya ada yg kelewat sholat subuh nya deh.." sindir mama, aku hanya senyum, Tante hanya menyelidiki ku dari sudut matanya tak mau menoleh ke arah ku, seperti posisi, waspada khawatir aku menyerang dia, tetap bersembunyi di balik tubuh Ninik. Aku terus berlalu ke teras belakang, suara celo itu makin jelas, tapi tak ada yg memainkan celo di sini, aku mencari dengan pandangan mata, sepertinya dari Atas, ku lihat Oca asik menghayati permainannya sambil duduk di kursinya di teras atas kamarnya.

Memasuki kamar nya suasana romantis mengalir di setiap sudut kamarnya, semua sinar mentari di persilakan masuk, tempat tidur sudah rapih lagi, ku lihat Oca pake baju kaos putih polos longgar dengan hotpants pendek warna kulit, seolah hanya kaos itu yg dia pakai, perlahan aku menghampiri, berdiri di belakangnya, ia masih belum sadar ke hadiran ku, Oca kuliah di sekolah seni Buahbatu Bandung, kalo Ica kuliah di BPLP Bandung, selesai Oca bermain, aku tepuk tangan..dia kaget,

" Iiiih ngagetin aja deh.. " ucap Oca

" Bagus Oca, kaya di orkesta aja deh " aku memuji nya, Oca berdiri dan membawa celonya ke dalam, dan memberes kan nya

" Kok udah sih " protes aku,

" Cuma nyobain aja, baru selesai aku bersihin " sambil Oca memasukan ke case nya dan mem bersihkan debu di sela-sela kecil dengan jari yg tertinggal.

Aku duduk di atas tempat tidurnya memperhatikan gerak geriknya, dan tampak Oca tak mengenakan Bra, apa perempuan di Bandung ini selalu berpenampilan seperti ini, gerakan no bra everyday mereka tak sadar itu mengundang birahi kaum lelaki yg memandangnya, di rumah ini selalu aku lihat mereka bertiga tak pernah pake Bra kalo di rumah. Buat aku sih menguntungkan.

" Kamu, mau kemana hari ini " tanya Oca

" Tante minta temenin Bukber sama temen kantor, nanti sore. " Jawab ku jujur. Oca cemberut, Teh Ica di temenin Bukber, tante Ina di temenin Bukber, aku ga di ajak pergi sama kamu. Oca merajuk.

" Ya udah, kita pergi yuk sekarang.." aku duduk di sebelah Oca, sambil menggenggam jemari tanganya, sempet terlintas dalam pikiran ku, Oca pasti merajuk karena belum pergi bareng aku.benar saja Rasa itu dia ungkapin.

" Kalo siang lemes ah, lagian ga bisa minta traktir juga, kan puasa " jelas Oca

" Oh iya, terus kita ngapain dong " tanyaaku.

" Cari film aja yuk kita nonton bareng di sini " aku langsung menyetujui ide Oca,

" Cepet mandi, aku tungguin di bawah aja ya, di kamar Tante Ina " sambil aku pergi ke bawah.

Di jalan aku mohon sama Oca buat bawa motornya, awalnya ragu tapi karena muka ku memelas dengan berat hati dia kasih. Aku biasa bawa motor, cuma belum boleh sama papa karena belum memiliki SIM, jalan di Bandung sudah mulai kosong, karena sebagian warganya sudah mulai pergi pulang kampung, aku pergi ke alun-alun di lihat masih padat pusat perbelanjaan, aku lewati dan ke jalan Dipatiukur Deket UNPAD, Oca asik memilih Film yg dia suka, aku juga sibuk cari video musik yg aku suka, selain cari film. seperti orang yg menemukan harta Karun, di sini DVD kualitas lumayan, murah dan akrab dengan kantong mahasiswa, alhasil kita bawa 20 keping. Langsung cap cus pulang, sepanjang jalan Oca memeluk tubuh aku, sudah mulai nyaman, dengan cara aku membawa motor, mendekati rumah motor kembali Oca yg bawa.

Sesampai di rumah, Oca mengajak Putri, Rio ke kamarnya, kamar di buat senyaman mungkin, dengan karpet, selimut juga bantal-bantalan di tebar depan TV besarnya, hordeng di tutup lampu di matikan biar bernuansa gelap, mereka tidur-tiduran Oca memangku Rio, film kartun terbaru, biar mereka dulu yg menonton, di jamin 2 film sudah pada tidur, sambil menunggu aku meluncur pergi ke kamar Ica, pintu kamar tak di tutup, Ica pake head set, asik baca buku di atas tempat tidur dengan posisi telungkup menghadap kepala kasur, tak sadar ketika aku masuk, Ica hanya mengenakan kaos longgar seperti biasa no bra, cuma CD pink yg dia pakai, Aku mengetahui karena melihat langsung, kaosnya terangkat, iya tak sadar hingga aku bisa melihat semua dengan mudah, perlahan aku hampiri dari belakang, sudah mendekati aku lompat langsung menindih dia dari belakang, jatuh tepat selangkangan aku di atas gundukan pantat indah miliknya,

" Aduh..Iiiiihhhh Aa..bikin kaget aja " Ica sempat kaget langsung menoleh ke arah tubuh yg menindih nya, setelah tau itu aku dia hanya menghentak-hentakan kaki ke kasur dan menggeleng-geleng kepala, karena tubuhnya langsung aku kunci dengan pelukan erat. Aku melingkarkan tangan ku ke dadanya.

" Aaaaaa... Kamu berat Tau...iiiiihhhh " karena sesuatu menekan pantatnya ia menggoyang goyangkannya, malah bikin aku jadi enak. Aku menikmati sesaat membiarkan itu agak lama.

" Aku panggilin Tante Ina loh kalo ga mau turun " ancam Ica, kali ini aku putar Ica yg di atas tubuh ku, dia berusaha bangkit kaki dan tangan ku mengunci dia untuk tidak bangun yg bisa cuma memutar tubuhnya berhadapan dengan aku,

" Iiiihhhh..Nakal banget sih..." Protes Ica

" Sok aja panggil Tante, paling juga kamu yg di salahin tindihin aku " wajah ku tersenyum tanganya menahan ke dada ku, tubuhnya sudah pasrah tiduran di atas tubuh ku.

" Batal loh puasanya.. " ancam Ica

" Yang batal yg basah duluan.. " jelas aku aku menarik pantatnya tepat berada di atas penis ku yg mulai menegang.kembali kaki ku melingkari tubuhnya dan tangan ku menekan pundaknya erat.

" Biarin aja, kalo aku basah kamu yg tanggung " tangan ku meremas pantatnya dan memundurkan majukan nya, sambil aku menekan penis ku ke tubuhnya. Gerakan ini terasa seperti peting, yang semalam kita lakukan.

" Aaaaa..udahhh hiiiihhsssshhhh " ica coba menahan hasrat nya.. mukanya berubah, masih aku melakukan gerakan itu, kangen sama desahan dan raut wajahnya ketika Horny sudah menguasai tubuhnya.

" Aaaa, please please please..." Ica udah mulai merengek.aku berhenti tapi Tangan ku tak langsung berhenti mengelus pantatnya malah sudah masuk ke dalam CD Ica.

" Aa, kayanya basah deh..." Ica pasang muka sedih. Aku seponta menyentuh dengan jari tepat di belahannya.

" Aauuuhhh..iiih geli tau " Ica cemberut,

" Kan mau ngecek " protes aku sambil senyum- senyum. Aku baringkan dia di sebelah aku, kaki ku berada di antara kakinya, dia jewer telinga ku, dan pijit keras hidung ku,

" Iiihh..Nakal banget.." terlihat gemes Ica.

" Kamu sexy deh..aku suka banget " sambil tangan ku merapihkan kerutan kaos di dadanya, agar makin terlihat tonjolan dadanya dan putingnya sempurna, dia diam melihat gerakan tangan ku mengagumi bentuk dadanya, setelah terlihat sempurna aku menyentuh putingnya,pelan

" Udah...iiiih, Aaaaa " muka Ica memelas lucu.

" Hmmmmuuuaaahh " aku berada di atas tubuhnya lagi, mencium bibirnya dan menarik dia duduk,

" Yuk ikut, nonton di kamar Teh Oca, aku beli film bagus-bagus tadi di UNPAD " sambil aku bimbing tangannya ke luar kamar,

" Nanti dulu, aku belum pake celana " Ica mampir ke lemari baju menarik celana pendek asal, tangan ku tak melepaskan genggamannya hanya mengendurkan saja, Ica pake celana pink berbahan kaos, pendek dan longgar, tanganku tetep bisa masuk menembus CD nya tanpa harus melepas celana itu bila di perlukan.

Di kamar Oca, sudah tergeletak Putri dan Rio, tertidur pulas dengan posisi sembarang, aku senyum ke Oca, Oca menyarankan memindahkan mereka ke atas kasurnya, aku menggotong mereka satu persatu ke tempat Tidur Oca, dan ambil posisi bersandar di sisi tempat tidur yg lurus ke arah TV, Oca dan Ica memilih film yg akan di putar, mereka senyam senyum sambil berbisik, lalu mulai memasukan DVD, Ica menutup, dan mengunci pintu, Oca mengambil posisi tiduran dengan beralas bantal kepalanya sejajar dengan kaki kanan ku yg duduk selonjoran, Ica duduk di sebelah kiri ku, aku menarik pinggangnya lebih dekat ke arah aku, dia menurut. Suasana kamar remang, dan AC sudah di nyalahkan ruang tertutup, cerita film ini sepertinya tentang anak SMA di Amrik terlihat agak bebas, dengan rok mininya, dan perilaku bebas. Aku sebenernya engga peduli sama film nya, sisa horny tadi dengan Ica masih bikin aku penasaran, tangan ku di pinggang Ica, di genggam di elus dan di mainkan oleh tanganya, Oca mengganti posisi tidur, kepalanya ada di atas pahaku beralas bantal, badannya menyamping menarik tangan ku berada di perutnya, dia memeluknya, aku menarik tangan kiri ku masuk di antara kaki Ica memegang paha bagian dalamnya, Ica memeluk lengan ku ke dadanya bersandar kepalanya di lengan ku, mereka berdua seperti kompak berbagi, untuk mendapatkan perhatian dari aku dan menerima sayang aku pada mereka, entah kenapa aku sayang dan suka banget sama mereka berdua, seperti saling mengisi dan aku mendapatkan kasih sayang mereka utuh dan lengkap. Mereka jauh di atas umur ku, tapi membuatku nyaman dan selalu memahami keinginanku, bahkan Tante Ina mengisi sesuatu yang tak mereka miliki, jadi porsi mereka atau cinta mereka ke aku saling melengkapi, engga pernah aku liat ada pandangan cemburu, atau ngiri, kasus Oca tadi itu hanya sebatas minta perhatian aku, bercanda, tidak serius cemburu, aaahhh aku mencintai mereka sungguh menginginkan mereka. Dan selalu ingin memanjakan mereka juga bercinta dengan mereka setiap hari. Siang itu di kamar Oca aku hanya menggerayangi tubuh mereka, tanpa bisa berbuat apa-apa itu pun aku lakukan berusaha antara Ica dan Oca tak saling mengetahui apa yg aku lakukan pada masing-masing mereka. Belakangan baru aku tau kalo mereka sebenarnya tau apa yg aku lakukan. Belakangan aku tau mereka sendiri yg bercerita pada ku, kalo saja sebelumnya aku tau, kayanya threesome kali.

Aku ke kamar Tante Ina, menjelang sore ku lihat Tante Ina sedang duduk di kursi meja rias, asik melukis wajah, meski masih mengenakan kimono mandinya, aku menghampiri dari belakang, memeluk nya, melingkarkan tangan di perutnya, Tante Ina malah menengok ke arah pintu, apakah sudah tertutup, aku membaca pikiran yg terlintas dalam benaknya,

" Udah aku kunci tadi " menenangkan hatinya, dia tersenyum menatapku, dan melanjutkan melukis wajahnya, menurutku pundak atau leher bagian belakang saat terbuka adalah sexy, ada rambut halus di situ, aku menciuminya dan bersandar di pundaknya, tangan ku meraba-raba perutnya dari balik kimono, tergugah menyentuh dadanya yg belum mengenakan bra di balik kimono nya,

" Mandi sana, aku udah siapin baju buat kamu, pake ya dan engga boleh protes " sambil dia tersenyum, menatap baju batik ber motif santai dan celana katun krem, senada dengan warna dominan batiknya.

" Kok batik?? " Protes ku, langsung dia menutup telinga, sambil bilang

" Engga terima protes " matanya terpejam sesaat.

Aku ngeloyor pergi untuk mandi, percuma protes pasti dia ingin aku berpenampilan dewasa di depan teman kerjanya, aku maklumi kebutuhan itu, yang terpenting aku hadir di sebelahnya dan menunjukan pada siapa pun lelaki yg hadir, kalo Tante Lina ini milik ku, jangan ada yg coba mendekati apalagi berusaha meraih cintanya.

Selesai aku mandi, kulihat Tante Ina selesai mengenakan Bra hitam dan G-string hitam aku menghampiri dan memeluknya, dari belakang,

" Kok sexy banget " sambil menyentuh G-string nya aku menatapnya minta ke jelasan

" Aku mau pake rok ini, ketat dan panjang warna nya kaya celana kamu, kalo aku pake celana dalam bentuk biasa nanti keliatan garisnya, malah jadi engga enak di liat. " Tante menjelaskan dengan sabar, khawatir aku berpikir macam-macam. Aku paham dan mulai memakai boxer dan siap dengan stelan dewasa. Aku lihat rok Tante sempurna membentuk bulatan indah pinggul dan bokong yg menggugah selera, di balut baju batik ketat senada dengan batik yg aku kenakan. Aku ambil HP ku dan foto beberapa kali kita berdua, dengan berbagai gaya, kita keluar dari kamar, papa sama mama memandang ku kagum,

"Wah.. kok dewasa banget anak mama "

" Daniel jadi laku keras, kemarin kencan sama Teh Ica, sekarang kencan sama Tante Ina.. hmmm sebentar lagi sama teh Oca kayanya " ledek papa

Tante memandang ku bangga,

" Udah cocok belum, jadi pacar aku ?" Tante Ina memandang papa dan mama, Sambil tangan Tante menggandeng lenganku dan menjepitnya ke dadanya, sebenarnya pertanyaan itu benar adanya dia meminta ijin memacari aku, tapi orang lain menganggap ini becandaan saja.

" Cocok dan serasi, kamu di terima jadi menantu mbak " kata mama sambil senyum.

Kita berangkat pake mobil papa, jadi teringat kencan dengan Ica, tapi sepertinya ini akan berbeda, aku tak akan berani menyentuh Tante di tempat umum meski di dalam mobil, aku kembali menyetel lagu mama kembali,

" Aku udah cantik belum? " tanya Tante ketika aku diam saja.

" Tante, selalu cantik dengan dandan seperti apa pun, keliatan pantes aja " jawab aku, tapi reaksi Tante cemberut,

" Engga mau di panggil Tante sama kamu " tegas Tante Ina untuk ke dua kalinya,

" Iya iya...maaf Ina," aku menghampiri dan mencium pipinya sebagai permintaan maaf aku yg tulus

" Maunya cium bibir " Tante Ina merajuk, "nanti lipstik nya rusak" jawab ku senyum "biarin" sambil tetep cemberut, aku memegang pipinya seperti ajaran yg iya berikan, dia menyambut ciuman ku sesaat dan menarik tubuhku mendekat ke arahnya aku merangkul pundaknya, jari ku bermain di leher dan telinganya, badannya menggelinjang saat aku menyentuh telinga bagian belakang, ingin rasanya meremas busung dadanya yg sempurna ini dan memasukan tangan ke belakang roknya untuk menyentuh G-string nya, tapi tak ku lakukan, malah Ina yg meletakan tangannya di paha bagian dalam ku, dan meremasnya di sela waktu memindahkan gigi, setelah masuk gedung dan parkir, Ina selalu menggandeng ku, naik lift dan saat pintu lift terbuka kita berjalan ke ballroom hotel, di dalam ruangan itu meja dan kursi berisi 4 tersebar di sudut sebelah kiri, berbagai jenis makanan ada belum lagi di meja panjang, ada panggung kecil di depan, ruangan sudah mulai ramai tamu, Ina menghampiri tamu-tamu VIP, mereka menyapa ramah Tante Ina, dengan ramah, ada yg memanggil Ina ke mejanya, dia selalu membawa ku kemana pun dia berjalan dan mengenalkan ku, banyak yg bilang pacar,suami,calon suami, semua di Iya kan Ina, kita duduk di bangku VIP, di depan kita ada satu pasangan muda, Ina bilang dia jenny namanya, lelakinya Bobby mereka terlihat ramah, tetap aku tak banyak bicara, takut terbongkar penyamaran ku, bahwa aku masih 1 SMA. Tidak ada yg berkesan di acara ini. Tidak banyak yg bis ku ceritakan

Jam 8 malam kita pulang, di mobil tak banyak bercerita, hanya banyak pergerakan Tante Ina mengawali menyentuh paha ku dan mulai menggerayangi penisku, karena birahi ku memuncak aku sengaja melepas celana ku bahkan boxer kuturunkan agar Ina bisa bebas merangsang ku, aku membuka kancing atas batik Ina agar aku bisa meraih dadanya dengan leluasa sempat ku buka pengait bra nya agar leluasa aku menciumi dadanya juga menjilati putingnya, sering suara desahannya keluar, semakin memanas aku mencari cara menyerang vaginanya ternyata ada kancing di roknya yg bisa ku buka hingga tampak G-string hitamnya aku aku coba menjilati dan membuka pahanya lebar.

" Iiiihh. Susah Aa... Ga bisa " keluh Ina

Masih aku terus mencoba, sentuhan itu membuat dia keluar cairan bening.

" Udah iiih... Nanti aja di kamar " pinta Ina

Tak habis akal aku menggunakan jari ku

" Aaaauuuuwwwwww...sssshhhhhaaa" Ina tak kuasa dengan permainan jari ku, Ina tak mau kalah dia terus mengocok dengan lembut sambil di urut dan di sentuh lubang pada kepala penis ku, itu paling sensitif, Ina selalu bisa membangkit kan yg tertidur hingga berdiri sempurna, tak sadar mobil sudah mendekati rumah, segera ia parkir dan kita merapihkan pakaian kita baru keluar mobil, di rumah sudah gelap, kita berjalan hati-hati masuk ke kamar dan mulai mengunci pintu, tanpa ada komando Ina langsung jongkok di hadapan ku membuka kancing celana retsleting dan boxer ku lepas semua, aku melepas baju ku, kini ku polos Ina sibuk mengocok penis ku menggunakan mulutnya, nikmat rasanya,urutan tangan hisapan mulutnya permainan lidahnya di seluruh batang penis ku, juara dalam sekejap aku bisa sampai pada klimaks nya dan " Aaaaggghhh.. " jerit ku tertahan berbarengan keluar sperma ku, di halangi mulutnya, hingga tetes terakhir, masih saja di hisap sambil di urut agar semua keluar sperma ku, aku gantian menelanjangi Ina, ku buka kemeja batiknya, aku menciumi bra dan menurunkan roknya, kubiarkan G-string

Aku mulai menjilati vagina yg sudah basah sedari tadi, hanya dengan menggeser G- stringnya, Ina beberapa kali mendesah tertahan hanya mampu membuka mulutnya tanpa bisa bersuara, khawatir terdengar ke kamar sebelah, Ina juga berusaha meminta ke pada ku untuk menghentikan serangan ku ke vaginanya, ia ingin segera di masukin penis ku yg sudah kembali tegak, karena pekerjaan tangannya, posisi ku berbaring di sampingnya kepala ku berada di antara pangkal pahanya.asik menjilati menghisap dan memasukan lidah ku, tiba-tiba Ina bangkit dari posisi tidur, dan duduk memegang wajah ku.dengan pandangan memelas dan memohon.

" Aaaa.. please udahhhh, aku mau pake ini " suaranya lirih agar tak terdengar Ninik dan aki, tanganya memegang penis ku yg sudah tegak sempurna. Aku tersenyum.

Dia mengambil alih serangan, dia langsung mendudukan tubuhnya di atas selangkanganku, membimbing penis ku masuk perlahan, sampai batas terdalam hanya tiga kali dia melakukan itu, selanjutnya dia memundurkan dan majukan pinggulnya dengan ritme cepat, tangan ku di bimbing ke dadanya agar merangsang buah dada yg bergerak dan bergetar sesuai ritme pinggulnya, aku berusaha mencubit putingnya di sela goyangannya yg semakin cepat, tak butuh waktu lama dia meraih klimaks, matanya terpejam bibirnya di gigit agar tak mengeluarkan suara erangan nikmat yg datang. Saat melambat, aku yg kembali di atas, Ina lemas menghempaskan badan ke kasur, ku tekuk pahanya agar terbuka sempurna vagina, yg mulai basah, aku masih tegak sempurna, ku lakukan gerakan perlahan agar kembali dia birahi, jempol ku, mulai menggesek-gesekkan tonjolan kecil tempat pipisnya, sambil ku pompa cepat, terkadang melambat, kembali lebih cepat, jempol ku menyesuaikan ritme itu, ketika agak kering aku menjilati agar basah kembali, aku merasakan kenikmatan yg sesungguhnya, tak mau menunggu lama ritme keluar masuknya penisku semakin cepat, saat ke dalam aku hentakan paling dalam, ritme ku makin cepat dia menatap ku sendu dan mulai membuka mulutnya, tangannya membantu ku menekan pantat ku agar bisa masuk lebih dalam, saat aku ingin keluar, tangannya meremas pantatku hampir bersamaan dia keluar lagi, Ina mencabut penis ku dan mengocok dengan cepat ke arah dadanya, aku tak kuasa melepas semua semburan sperma ku ke tubuh Ina, dia masih mengocok selama penisku mengeluarkan sperma lalu berganti

Mengurut hingga tetes terakhir. Tanganya menggosok sperma ku ke seluruh permukaan badannya juga semua dadanya, seolah memakai obat pengencang kulit, di buat merata, hingga tubuhnya beraroma sperma ku, aku jatuh tertidur di sebelahnya tanganya merangkul pundak ku, mendekatkan tubuh ku ke tubuhnya, Ina tersenyum manis memandang ku, dan kembali ia berbisik di wajahku

" Makasih ya sayang " kali ini aku balik bertanya,

" Kenapa makasih, " tanya ku ingin tahu

" Yaaa.. karena kamu udah bisa membuat aku klimaks, bahkan dapat lebih, aku suka dan puas dengan cara bercinta kamu, dan terimakasih telah mencintai ku . Selama ini. " Aku sayang kamu Ina.." aku mengecup keningnya, dan puas dengan jawaban yg iya berikan. Kita tertidur dalam kondisi lemas dan puas dalam bercinta.