Chereads / Memburu hasrat 3 Bidadari / Chapter 8 - Bercinta di atas Langit

Chapter 8 - Bercinta di atas Langit

Sesuai ke sepakatan kemarin, aku pamit sama papa dan mama untuk pergi bermalam di villa teman ku, juga pamit dengan Tante yg pagi itu baru selesai sarapan, Tante Ina sempat menawarkan untuk berangkat bareng aja, tapi aku tolak aku lebih pilih berangkat sendiri, pake gojek meski sekarang bukan lagi pagi sudah jam 8:30, di jalan lumayan sepi aku masuk ke warung kopi yg ada di dalam pombensin, sisi samping lumayan santai bisa sambil sarapan dan ngerokok, yg kupesan kopi dingin dan 2 croissant, karena baru matang roti bulan sabit ini nikmat sekali, rokok melengkapi kenikmatan pagi itu, tidak sampai satu jam kulihat mobil VW putih masuk mengisi bensin, aku melambaikan tangan ke arah mobil itu, seorang perempuan berkaos putih polos dan jeans ketat melambaikan tangan juga ke arah ku, selesai mengisi bensin dia menghampiri ku,

"Iiiihhh, belum mandi ya" ledek aku

"Abiiis kamu pagi banget jalannya, takut kamu nunggu lama"

"Mau kopi ga?"

"Mau kopi dingin ya" sambil dia duduk di samping ku, cara menghempaskan tubuhnya ke kursi bikin aku bergetar, pantat besar terbentuk sempurna oleh skinny jeans bersentuhan dengan dasar kursi, bis aku bayangkan hempasan empuk itu mendarat di pangkuan ku, dan kaos putih tipis terlihat busungan bentuk sempurna dadanya di balut bra hitam berenda dan transparan, bergoyang karena mepasan tubuhnya, sempurna sekali kekasihku ini, dia lah Tante tercantik ku, meski belum pernah menikah dan belum genap 25 tahun, tapi posisinya memaksa aku menyebut Tante ke Ina, papa mama sering memanggil dengan sebutan Lina, padahal namanya Carolina Kusumadinata,

"Aa..kopi, bukan ngelamun" tangan Ina melambai di depan muka aku.

"Eh.maaf" aku kaget seperti terhempas dari langit, segera aku masuk ke warung kopi, dan memesan pesanan Ina. Aku sangat mencintai dia, dan ingin segera menikah dengannya, biar bisa hidup bersama sepanjang hari, saat aku antar kopinya dia sedang menciumi rokok ku,

"Mau coba tanya ku"

"Enak ga sih?" Jawab dia sambil meminum kopi cappucino dingin.

"Enak lah, tapi kalo temen ku biasanya yg perempuan menthol rokoknya" sambil aku sodorkan croissant yg tinggal satu, ke dekatnya.

"Engga mau makan, mau minum aja" dia dorong lagi piring roti itu ke aku.

"Boleh ga aku coba?" Dia menatapku minta ijin. Sambil menunjuk rokok aku

"Mending kalo pertama, yg menthol aja" saran ku, rasanya tak masalah punya pacar ngerokok, jadi lebih seru ngobrolnya berasa Deket. Dia tersenyum dan menarik tangan ku untuk mengantarkan membeli rokok, setelah melalui banyak pertanyaan dan banyak pertimbangan, jatuh pada rokok menthol berbatang kecil, perempuan kalo beli apapun selalu penuh pertimbangan, seperti anak kecil yg baru beli permen, di lihat dan di ciumin, tak peduli beberapa pasang mata lelaki berbirahi tinggi, melirik ke tubuh dia, memperhatikan goyangan dada dan pinggul yg bergerak sesuai irama langkahnya, membuat orang membayangkan seperti apa bentuknya di balik semua yg tertutup itu, Ina menghentikan langkah, saat menyadari aku tak di sebelahnya, dia mundur dan menggandeng lengan ku ke dadanya, matanya tetap saja menyelidiki bungkus rokok membaca semua tulisan yg ada di bungkus itu, setelah duduk kembali aku baru mau mulai menyalahkan rokok, dia menatap aku,

"Iiih..cobain yg ini dulu dong" Ina protes.aku menunda dan membalikan rokokku ke dalam bungkusan nya, aku senyum memperhatikan dia mencari cara membukanya,

"Gimana bukanya" sambil tak memberikan untuk aku yg membuka.

"Ujung ini yg keluar di tarik, untuk buka plastik penutup atas" sambil aku tunjukan dan dia merapatkan tubuhnya ke arah ku, setelah melewati berbagai tahapan dia mulai paham dan mencium aroma rokok itu,

"Aneh aromanya, kaya permen" dia memberikan sebatang kecil ke pada ku, sebelumnya dia mencium batang itu, menempelkan ke hidungnya sangat dekat, aku membiarkan proses pengenalan itu dengan senyum.

"Kamu ga mau di nyalahin" tanya ku lagi.

"Kamu aja, aku liatin dulu" mata nya tak lepas mengamati ku dari proses menyalahkan korek hingga menyalahkan rokok, juga menghembuskan asap rokok.

"Aku mau coba" dia meminta rokok yg sudah aku bakar. Di menghisap dalam rokoknya dan

"Ughu ughu ughu" batuk-batuk karena di tarik terlalu dalam..sambil terus batuk di berikan rokok itu pada ku, aku ambil Tumbler ku dan memberikan padanya pada posisi siap di minum, dia meminum air putih, aku tersenyum menatapnya

"Iiiihhh kok ga enak" protes dia, dia mengambil kopi nya dan coba meminumnya.

"Engga enak ah.." sambil menggosok lidahnya, aku menerangkan jangan terlalu dalam tariknya, aku memberi contoh, dan memberikan lagi padanya, dia menolak

"Nanti aja di hotel" jawab dia sambil minum air putih ku

"Yuk ah, berangkat" dia mengingatkan ku kalo ada hari yg lebih menarik, kita bisa berdua bersama sepanjang hari.

Dia sempat menawarkan ke aku, apa aku mau membawa mobil nya, aku menolak membiarkan dia yg membawanya, aku menggandeng bahunya, menyentuh lehernya, memainkan anak rambut di lehernya, di dekat telinganya, dan merapihkan rambutnya dengan jari ku, sepanjang perjalanan, jari aku tak henti menari di sekujur tubuhnya, dari sekedar menyentuh wajahnya, hingga tangan kiri ku mulai bermain di perutnya masuk ke dalam kaosnya, dia bercerita tentang berbagai hal, aku mendengarkan sambil tangan ku mulai naik masuk menyentuh bra nya, dia diam tak perotes dengan segala kesibukan aku, saat mulai memasuki jari ke dalam bra nya dan mencari puting, Aku mencubitnya

"Auuww ssshhhhaa" di sela ceritanya dan tetap dia melanjutkan cerita itu

Memasuki lobby hotel, tangan Ina selalu bergelayut di lengan ku, merapatkan tubuhnya, bagai honeymoon pasangan muda, aku membawa koper Ina dan meletakan ranselku di atasnya, rencana kita Sabtu-Minggu ini selalu bersama, hari yg ku nantikan terwujud tak ada lagi yg bisa mengganggu kita berdua, bisa melakukan apa saja tanpa menunda atau bisa berbuat apa-apa saja untuk kita berdua, setelah mendapatkan kunci kamar di lantai tertinggi, saat berada di depan pintu kamar Ina berdiri menghalangi aku.

"Ada aturan yg harus kita lakukan, selama ada di sini," sambil Ina senyam senyum menatap aku.

"Apa aja" kata ku

"Pertama, melakukan yg kita suka, jadi kalo ada sesuatu yg harus kita lakukan karena tidak suka, sampaikan kita cari solusinya, jangan melakukan karena terpaksa, jujur dalam setiap ucapan, meski itu harus menyakitkan, kita cari solusi agar baik buat kita berdua, jangan marah lebih dari 1jam segera cari solusi agar bisa normal." Ina mengatakannya sambil berdiri di hadapan aku dengan wajah serius.

"Terus kita sedang honeymoon" mengatakan ini Ina berbisik di telingaku.

"Terus karena kamu belum kerja, urusan biaya aku yg tanggung selama di sini" baru aku mau komentar di meletakan jari di bibir aku.

"Ga ada debat, itu keputusan aku" aku coba mengeluarkan kartu kredit yg aku punya buat bulanan aku ke dia, dia cuma menatap ku dan menggelengkan kepala.

"Engga ada debat" kembali dia sampaikan, aku mengangkat pundak aku, tanpa berkata apa-apa.

"Ada yg mau kamu tambahin di luar itu semua?" Dia senyum manis ke arah aku.

"Hmm apa ya, aku mau aturan itu berlaku untuk selamanya buat kita, setelah hari ini dan seterusnya, kecuali poin terakhir tadi" sambil aku menunjukan kartu aku, dia senyum.

"Nanti kita bahas di dalam bila Memeng aturan itu untuk selamanya, kitaberdua yg buat." Dia menggeser tubuhnya mempersilakan aku memasukan kartu kunci pintu, sebelum masuk aku mencium bibirnya dan bilang

"Aku setuju aturan ini" sambil aku peluk dan mendorong dia masuk ke kamar. Dan menutup pintu kamar hotel. Saat lidah ku mengajak menari di mulutnya, dia menolak

"Aa...aku belum mandi, mau mandi dulu bentar" Ina merasa tak nyaman dengan badannya padahal bagi ku tak masalah aroma tubuhnya, tapi terserah dia deh kan aku ga boleh maksa.

Aku langsung melemparkan tubuh ke ranjang lebar itu, berayun-ayun memastikan tak bersuara gaduh, Ina memperhatikan sambil tersenyum karena gaya ku berayun seperti ketika Ina beradadi atas pinggang ku, aku melihat view' dari kaca wow malam kan terasa indah ini, ada teras kecil di luar buat smoking area. Ina menyusun baju yg ia bawa, dan membongkar ransel yg aku bawa. Selagi santai aku tiduran di sofa menonton TV, Ina melepas kemejanya dan jeans nya hingga lepas di depan lemari tempat menaruh baju, dan memasukan ke kantong plastik baju kotor, aku segera menghampiri karena Ina memakai G-string hitam senada dengan bra nya, Ina melihat ku dan coba menghindari ku, tapi terlambat tubuhnya sudah ku peluk dan menyudutkan ke dinding.

"Aa.... iiiihhh" Ina coba menahan tubuh ku untuk tidak menempel dengan badannya.

"Badan aku bau, belum mandi" perotes Ina.

"Ijinin aku, melepas semua underwear kamu, dan mencium ketek kamu" aku berbicara tepat di depan wajahnya, saat berkata bibirku menyentuh bibirnya

"Iyaaa..tapi engga boleh cium ketek" protes Ina

"Aku mau, dan sesuai perjanjian cari solusinya" kata ku serius.

"Buat apa cium ketek aku?" Tanya Ina juga serius.

"Buat ngeyakinin kamu, kalo aku suka aroma tubuh kamu, meski di tempat terbau sekali pun" jawab aku diplomatis.

"Iiiihhh..Aa, jangan " tatapannya memohon

"Aku mau" sambil tangan ku mulai naik mendekati ketek nya.

"Iya..iya...iya, tapi ga boleh di pegang, geli" wajahnya mulai panik. Aku melepas pelukan ku perlahan, tangan ku mencari kaitan bra di belakang punggungnya, mata ku tetap menatap Ina seolah siap mencumbunya kalo dia menolak ke sepakatan tadi , wajahnya memelas, setelah bra nya lepas, aku memegang CD di sudut pinggulnya, tubuh ku turun perlahan aku bisa mencium keringatnya dari leher ke dada, iya memejamkan mata dan menggigit bibir bawah nya, aku mencium aroma keringat di perutnya di pusarnya terakhir di vaginanya yg sudah polos, aku menarik dalam nafasku di situ, saat ku lihat Ina menatap ku Solah menahan sesuatu, nafasnya tersengal-sengal ada gejolak yg dia rasakan, aku genggam tangan kanannya,dari bawah naik ke atas tercium lagi aroma tubuhnya,dari pinggang mulai ke atas.

"Aa...iiihh udah dong, jangan" wajah Ina memohon, mata ku langsung menatap nya, tanganya coba bertahan tidak membuka keteknya, aku turun ke sikunya dan menaikan lengannya, ketiaknya bersih tidak gelap dan sama sekali tanpa ada bulu, aromanya sama dengan tubuhnya.aku mendekat.

"Aa..udaaaah" rintihannya coba menghentikan tingkah ku, aku menjilati ketika itu, Ina kaget dan menghindar..

"Aaaaaa Aa, bilangnya cuma cium" Ina protes aku memeluk dia, rapat

"Aku sayang kamu " bisik aku di telinganya

Dia memeluk aku, saat ku lepas dia berjalan ke kamar mandi menjelang di pintu kamar mandi di menatap ku dan menjulurkan lidahnya.

"Aa..jelek" lalu menutup pintu kamar mandi.

Aku hanya mengenakan boxer tanpa kaos ada sesuatu yang mulai tak bisa tidur melihat tubuh polos Ina. Aku tiduran di ranjang menunggu Ina selesai mandi. sambil menonton MTV membiarkan alunan musik menghiasi kamar honeymoon kita, Ina keluar dengan kimono mandi, mulai terbiasa aku melihat dia dengan baju ini, aku menatapnya, dia kembali menjulurkan lidahnya meledek aku, aku menepuk kasur di sebelah aku, memintanya duduk di sebelah aku.

"Nanti dulu" jawab dia sambil melepaskan kimononya dan polos lah tubuh Ina, dia memakai lingerie hitam yg bahanya transparan, juga CD yg hampir sama transparan nya, tubuhnya makin terasa indah di banding ketika polos, memang lingerie bagai pita sebuah kado, tampak lebih spesial tubuh wanita ketika memakai lingerie, dia menghampiri ku duduk di tempat yg ku pinta, aku menciumnya dan memeluk tubuhnya, ku letakan tubuhnya di tengah, di antara kedua kaki ku, dia menyandarkan kepalanya dada ku kepalanya, aku memeluk tubuhnya yg terasa segar, sedetik kemudian perlahan darah birahi ku mengalir ke seluruh tubuh ku

"Kamu engga jijik jilat ketek tadi" tanya nya penasaran, sambil wajahnya menatapku sendu.

"Apa aku keliatan jijik" aku bertanya balik

"Engga tau" jawab dia

"Aku mau,jilatin semua tubuh kamu dari ujung jari kaki sampai ujung rambut kamu"

"Engga aku engga mau" jawab nya cepat dan menatap tegas ke arah aku

"Ya udah, jilatin ini aja" sambil tangan ku menyentuh vaginanya.

"Aku juga mau ciumin ini, tanganya mengelus pangkal boxser ku, burung belibis telah mendesis bergerak saat jemari lentik menyentuhnya.

Aku menggeser ke samping, hingga dia tiduran, aku mencium bibirnya dan turun ke tanganya, perutnya dan aku memiringkan tubuhnya, hingga aku leluasa menciumi selangkangannya, ada rambut halus dan gundukan vaginanya yg masih di tutupi CD transparan hitam, aku ciumin dan jilatin masih dari balik CD nya, hingga basah, Ina juga melakukan hal yg sama, mengelus belibisku dan menggigit boxer ku, tepat di batang penis ku, tanganya sudah masuk kedalam boxer ku dan mengelus kepala penis ku, nikmatnya permainan oral sex ina tak perlu di ragukan lagi, dia bisa cepat membuat Penis ku berdiri sempurna, dalam hitungan menit, dia tau mana yg harus di sentuh, seperti sekarang ini, yg dia lakukan hanya menyentuh dari kepala penis hingga batang terbawah di antara buah zakar, menjilati lingkar kepala helem penis ku, itu terasa ngilu dan nikmat, belum ujung lubang penis ku, di jilatin di hisap, terkadang giginya sengaja menggigit lembut keseluruhan kepala, ini ngilu tapi mampu menghidupkan syaraf -syaraf di kelamin ku, saat di masukan kedalam mulutnya terasa hangat, ini semua membangkitkan hasrat birahi ku, belum lagi tangan yg lembutnya bisa mengurut batang penisku menjadi besar dan berurat, mungkin karena seringnya dia melakukan ini membuat penisku makin membesar dan panjang, dia lah sosok di balik besar dan panjang penis ku, selain itu vagina Ina seperti mempunyai cincin yg dapat menjepit dan melepas penis ketika masuk, aku meneliti vagina ini aku masukan jari ku perlahan.

"Sssshhhh..Aaaaa" Ina mendesah panjang

Aku menekuk jari ku di dalamnya dan menyentuh sesuatu di balik dinding dalam, tampak Ina,melakukan gerakan tiba-tiba dan menjepit jariku.

"Aa...iiiihhh di apain sih, geliiii tauuu" Ina mulai bergelinjang tubuhnya, aku tau titik itu yg bisa membuat dia tak tahan, aku terus memasukan dan menyentuh itu berkali-kali hingga jari ku terjepit di dalam, lembut jepitanya karena hanya satu jari, terbayang jika penis ku yg masuk, aku menambah menjilati klitorisnya, menghisap sambil menyentuh berulang titik itu.

'Udaaaaahhh, aku engga kuat" Ina kembali duduk di hadapan aku, menahan kepala ku untuk menghentikan rangsangan itu.

'Aaaaa.. ampuuuuunnn, udahhhhhh" rintihnya memohon pada ku, dia menarik tubuhku untuk duduk dan dia naik di pangkuan aku, membimbing penis ku dan memasukan perlahan.

"mmmmmm,ssshhhhh, aaaaahhhh" Ina merintih panjang menikmati Penisku masuk sempurna ke seluruh lubang vaginanya. Ina selalu minta pertama untuk di puaskan selanjutnya dia akan melakukan apa saja untuk memuaskan hasrat ku, dan aku menikmati hal itu, menurutku bukan egois, justru ketika aku mampu memuaskan Ina, aku merasa bangga akan hal itu, nikmat yg dia rasakan juga nikmat yg aku rasakan, terpuaskannya dia, menjadi pemicu birahi ku yg terus meletup, perempuan bisa mendapatkan klimaks beberapa kali dalam sekali bercinta, wajar kalo mereka menghendaki klimaks di saat pertama, lelaki butuh beberapa saat, jeda waktu untuk bisa memulihkan penisnya kembali tegak siap bekerja, dan Ina selalu mampu membuat penisku siap dalam waktu singkat, so kita sangat enjoy dengan prioritas masing-masing.

Wajah Ina ketika dalam posisi ini, sangat menggairahkan, saat sedang menikmati proses mendapatkan klimaks, matanya sendu, mulutnya seperti menahan sesuatu yg nikmat menggigit bibir bawah atau berteriak tanpa suara, terkadang desahan nya atau rintihannya membuatku bersemangat bercinta, penis ku sudah masuk sempurna di lubang yg hangat dia perlahan menikmati goyangannya, tarian Ina seperti belaian juga pijitan yg kurasakan di Batang penis ku, tak butuh waktu lama tarian Ina makin membuat batang penis ku terplintir, kali ini dia memutar pinggulnya, aku terkejut atas gaya yg dia lakukan kali ini, rasanya berbeda, selain penisku turun naik tapi juga berputar di lubang itu, Ina menikmati gerakan barunya, aku tak kuasa merasakan ini, payudaranya ikut bergoyang tangan ku merampas payudara itu, aku merasakan nikmat ku remas dan terus merangsang putingnya, Ina melakukan hal sama selain pinggulnya berputar, jarinya mencubit puting ku, semakin cepat pinggulnya berputar ada rasa yg tak biasa membuat aku seperti di paksa mengeluarkan sperma ku lebih cepet, tariannya semakin cepat, dan puncaknya gerakan itu tetap kembali ke awal, aku mengangkat sedikit tubuhnya, dia merebahkan ke dada ku, aku bantu memompa dari bawah.. hanya sesaat kecepatan itu pecah di dalam,

"Aaaaaghhhhhh..." Kita sama-sama sampai dalam waktu bersamaan. Nafas tersengal-sengal jantung berdebar keras, keringat bercucuran membasahi tubuh polos kita, aku menikmati tubuh lemahnya ada di dada ku, seperti coba memasukan tubuhnya ke dalam tubuh ku,

"Kamu udah keluar?"tanya Ina senyum

"Iya ..enak banget" jawab ku sambil memulihkan nafas ku

" Tumben bisa bareng" Ina mengelus rambut ku.

"Gaya putar dari mana sih.?" Tanya ku penasaran. Dia tertawa sambil mencubit pipi ku gemes atau mengekpresikan pujian ku

"Panjang ceritanya, nanti aku ceritain tapi kamu suka engga?" Wajahnya menatap ku dengan dagunya bersandar di dadaku.

"Engga usah di jawab ya, hasilnya aja membuktikan aku crot di gaya pertama" aku senyum ke Ina, yg menanti jawabannya, Ina mencium bibir ku lembut. Tubuhku masih terasa lemas, sepertinya hal sama dengan apa yg dia rasa, aku mengambil selimut dan menutupi tubuh polos kita. Benar saja kita tertidur dalam waktu sebentar.

Saat aku terbangun Ina sudah mengenakan sweeter dan jeans ketat asik merawat kuku kakinya, saat aku bangkit dia menoleh.

"Eeeh Aa udah bangun, Laper ya? Yuk kita makan" ajak Tante Ina sambil terus membersihkan kuku kakinya.

"Yuuk, aku baru terasa laper"

"Mau makan apa?atau kita liat aja yuk yg ada di resto bawah" ajaknya.

Aku bangkit dari ranjang besar dalam keadaan polos. Mencari kaos yang nyaman dan mengenakan celana jeans.

Sepanjang perjalanan dari luar kamar, selalu saja Ina menggandeng lengan ku. Ternyata menu yg di tawarkan di tempat makan hotel kurang menggugah selera kita. Ina memutuskan makan di luar. Sepenjang perjalanan Ina selalu tersenyum dan aku menikmati masa kebersamaan ini, untuk libur akhir semester. Ina mengajak ke Bali atau Yogyakarta. Dia ingin ambil cuti seminggu. Dan itu 5 bulan ke depan. Aku tak pernah merasa bosan atau ke habisan kata-kata saat bersama Ina, selalu saja ada yang di ceritakan, aku tak pernah merasa perbedaan umur di antara kita, menjadi suatu kendala, rasanya sama saja mungkin kita telah menemukan ke samaan yg banyak, dan saling mengisi satu sama lain. Aku sangat mencintai Ina. Semua yang iya miliki aku suka, dan kalo pun ada kekurangan selama ini belum aku temukan, rasanya aku akan menerima karena kelebihan yang ia miliki mampu menutup kekurangannya.

Saat kembali ke Hotel baru sampai di depan pintu kamar, aura ke romantisan terasa di setiap aliran darah kita. Aku merasakan getaran berbeda, yg tanpa sebab libido menjadi tinggi mengaliri darah di setiap organ tubuh ku. Aku memeluk Ina dari belakang. Saat ia hendak membuka pintu, dan saat berada di dalam aku langsung melumat bibirnya menyudutkan dia di dinding tangan kanan ku menarik tubuhnya untuk lebih rapat lagi dengan tubuhku. Tangan kiri ku memegang pipi dan telinganya bibirku menari di mulutnya, kita saling menghisap menjilat dan menari lidah. Birahi ku langsung makin meningkat, aku langsung menarik lepas kaosnya, melepas bra hitamnya, melepas kancing jeans nya dan melepas kan semua, hanya tertinggal G-string putih nya, dia juga seperti aku melepaskan kaos ku dan Jeansnya hingga boxer pun telah lepas. Dia turun menelusuri dada ku, menjilati puting ku, perut ku, hingga dia jongkok menciumi penis ku yg mulai mengeras, urutan tanganya di penisku membantu mempercepat proses berdiri sempurna.

"Udah ahhh... Aku mau mandi" Ina berdiri sambil meraih kaos yg tergeletak di lantai coba meninggalkan aku yg sedang menikmati rangsangan yang dia perbuat.

"Inaaaa.. lanjutin dulu iiiih" aku protes, dia berlari kecil aku segera menghampiri nya dan memeluknya langsung aku gendong ke ranjang. Di ranjang aku menindih tubuhnya dia berputar, memposisikan dia di atas tubuhku.

Kita bercinta malam itu bagai pasangan baru menikah, entah berapa kali, sempat juga keinginan dia tercapai kita bercinta di teras atas, saat tengah malam. Aku puas bercinta dengannya. Sampai Minggu saat aku bangun tidur, aku dengar dia sedang berbicara dengan temanya di hp. Karena hanya mengenakan lingerie putih, birahi ku memuncak. Setiap pagi penisku selalu saja dalam posisi berdiri sempurna, tadinya hanya ingin memeluk tubuhnya dari belakang. Tapi Tante Ina malah meletakan penis di vaginanya, dan dia menjepitnya jelas membuatku blingsatan tapi tetap saja dia telepon temannya. Aku pun tak mau menunggu langsung aku masukan, meski sempat di gesekan ke vaginanya, ada suara desahan tertahan. Di sela dia berbicara, aku memasukan. Dia menatap ku dengan lembut, aku menikmati hangatnya lubang vagina Ina, dia mengelus pipi ku. Aku terus memompa dengan perlahan, menikmati sensasi yang ku dapat, aku tersenyum saat ada desahan di antara pembicaraan Ina dengan temannya. Ina berusaha mengakhiri percakapan di telepon dengan sopan, tapi masih saja temennya bercerita. Aku makin tak kuasa menahan nikmat percintaan ini, semakin cepet hujatan ku ke vagina Ina yg mulai basah, Ina coba menatapku seolah menahan sesuatu mulut nya di tutup rapat oleh tanganya, matanya tak bisa berbohong kalo dia menikmati senggama ini, dia mencengkram keras paha ku tak berapa lama dia mendesah keras, berbarengan cairan hangat ku rasa di dalam, aku mempercepat gerakan aku, ini coba menjelaskan ke temannya, kenapa dia mendesah keras berusaha bersuara normal. Aku mulai mencapai klimaks kenikmatan, kali ini aku mencabutnya keluar dari lubang vagina Ina, tangan Ina mengocok dan mengurut batang penis ku agar sperma ku keluar semua. Aku tersenyum memandang Ina, dan Ina mencubit pipiku.