Chereads / Memburu hasrat 3 Bidadari / Chapter 6 - Berpisah sementara.

Chapter 6 - Berpisah sementara.

Di kantor Tante Ina, aku tak masuk ke ruangannya, tapi menunggu di kantin, sambil ngerokok dan ngopi, Tante ku tak komentar apa-apa saat melihat ku merokok, dia senyum sambil menghampiri ku

" Dari tadi sayang??" Sambil mencium tangan ku, aku mencium keningnya, itu di lakukan karena ada beberapa pasang mata memperhatikan kita di kantin.

"Baru, nih kopi juga belum habis"

Tante Ina mengambil minuman dingin dan duduk di sebelah ku.

"Kebetulan kamu yg jemput,aku mau minta Anter sama kamu ke suatu tempat" jelasnya penuh misteri.

" Kemana?" Tanya ku

"Iiih rahasia, pasti kamu suka" sambil dia tersenyum bahagia, aku menatapnya penuh tanda tanya.

Di jalan, Tante yg menentukan kekiri atau kekanan bahkan lurus tanpa memberi tahu tujuan, seperti google map gayanya. Aku di suruh parkir di pelataran parkir Diler mobil Peugoet. "Ketemu temen yg mana lagi, Tante", batin ku berkata. Tapi ketika aku pilih di luar aja, dia melarang. Ina menghampiri seorang gadis pirang yang agak sexy penampilannya, mereka cipika cipiki, dan memperkenalkan aku. Sambil bersalaman dengan nya, dia mengajak Ina ke satu ruangan yg berisi beberapa mobil type terbaru, dia menghampiri aku

" Kamu suka yang mana??" Tanyanya manja ke aku, aku mengerutkan kening, dia berbisik di telinga ku

" Aku dapat jatah mobil dari kantor, jadi kita bisa beli mobil" sambil mencubit pipi ku, ku lihat di bahagia, dan aku bisa membayangkan kebahagiaan itu karena aku ada di dalam kebahagiaan itu, aku senyam senyum, ingin rasanya memeluk Tante ku.

Setelah liat ini dan itu, ada satu type 206 yg dia suka, dan aku setuju saja, tapi warna putih yg dia mau harus nunggu 3 bulan, dia kecewa dan tak mau mengganti dengan type lain. Temanya bilang besok dia berjanji mencarikan warna putih. Kita keluar dengan sedikit agak kecewa, di jalan aku ajak ke dealer Volkswagen, dia setuju saja aku masuk dan meminta type Polo, saat dia melihat contoh mobilnya, dia senyam senyum dan bilang suka. Aku tanya warna putihnya, kita di ajak ke ruang lain syukur ada , Tante Ina memeluk ku, dan mencium pipi ku, tanya ini itu dan persyaratan ini dan itu terjadi transaksi langsung.. lusa mobil di kirim, kelanjutan transaksi di kantor Tante Ina,

Sepanjang perjalanan Tante memeluk ku erat, seolah mobil itu, aku yg beli, padahal cuma menunjukan pilihan lain dan kebetulan cocok dan warna yg dia suka ada. dia cencel ke temennya yg tadi, kebetulan temannya juga bilang warna putih lagi kosong, harus inden 3 bulan.

Sampai di rumah, Tante Ina langsung bercerita ke Aki dan Ninik tentang mobil barunya, di situ ada papa dan mama, mereka tampak bahagia, hanya Ninik yg agak sedikit berbeda, tidak tulus bahagianya. Papa menghampiri Ninik, di sela Tante bercerita antusias ke Oca, Ica dan mama ku.

"Kenapa Nik?" Tanya papa

"Kenapa engga nikah dulu baru beli mobil" Ninik protes,

"Kenapa engga rumah dulu baru mobil" nadanya sedikit kecewa.

"Ibu, Lina tuh di kasih fasilitas dari kantor, mobil untuk antar dan jemput Lina kerja, dari pada kantor sewa mobil untuk Lina, Lina memilih beli mobil dengan DP uang pribadi, cicilan dari kantor, jadi Lina hanya keluar uang sedikit buat mobil itu" jelas papa ke Ninik yg mulai paham.

" Nah kalo kenapa engga nikah dulu, tanya nih sama orangnya langsung" papa memanggil Tante Ina.

"Lina, ini ibu mau tanya?" Tante langsung berhenti cerita, dan menghampiri Ninik

"Apa ibu??" Muka Tante jadi serius

"Engga apa-apa kok, mas mu aja yg iseng" Ninik tak mau merusak momen bahagia Tante Ina.

" ibu tanya, di kantor ada juga engga fasilitas "suami idaman", biar kamu Nikah dulu baru beli mobil" tanya papa dengan nada dan mimik serius, Tante cemberut manja ke papa dan Ninik, Ninik hanya senyum melihat itu.

"Tadi ibu ngomong sama aku, kenapa kamu engga nikah dulu baru beli mobil," papa menjelaskan sambil tersenyum, Tante menghampiri Ninik sambil memeluknya,

"Aku beli mobilnya murah ibu, di bayarin kantor, tapi kantor engga menyediakan Suami Idaman buat Lina, gimana atuh?" Tante Ina pasang muka manja ke Ninik

"Emang engga ada temen kantor kamu lelaki" tanya Tante sambil pasang muka serius.

"Ada, tapi Lina engga suka" jawab Lina serius

"Kamu cari yg kaya apa sih?"

" Mau kaya Aa Daniel, Tapi engga ada di sana" sambil Tante Ina memandang aku, semua orang memandang aku, sambil tersenyum, wajah ku memerah, karena aku tau sesungguhnya Tante Ina mengatakan yg jujur, tapi semua orang menganggap cuma bercanda, kumpul di lanjut ke meja makan, aku sempat menatap Mata Oca yg melirik penuh arti ke arah ku, sepertinya dia masih membayangkan kejadian pagi tadi ketika rumah ini kosong dan hanya kita berdua di sini. Dari pada ada tatapan curiga dari mereka semua ke kita, mending aku segera menghindar dari ke ruangan ini, aku ijin untuk Mandi dan masuk kamar Tante Ina. Segera aku menyiapkan air hangat di bathtub, aku langsung menceburkan diri dan berendam sambil menyalahkan rokok sedang asik melamun membayangkan duduk bareng di mobil baru Tante Ina, tiba- tiba pintu di ketuk dan di buka Tante Ina sudah memakai kimono mandi, sambil senyum melihat muka ku yg kaget, alih-alih dengan santai, ina melepas kimononya di gantung di sebelah pintu, tubuh Tante sudah polos tanpa sehelai benang pun. menghampiri aku, dan masuk ke bathtub duduk di depan ku, kepalanya di sandarkan ke dada ku, aku matikan rokok ku, dan memeluk tubuhnya dari belakang, perlahan belibis mendesis, tersentuh kulit Ina,

"Aku dah bilang ya sama mereka kalo aku mau nikah sama kamu" Tante Ina memandang ku serius.

"Bikin aku malu aja, muka ku merah kayanya" sambil aku cubit perutnya.

"Auuww, tapi aku bilangkan serius bukan bercanda" Ina memegang pipi ku

"Iya tapi mereka semua ketawa, engga ada yg menganggap serius" kilah aku sambil mengecup lehernya.

"Salah mereka, aku serius kok"

"Aku juga, aku mau nikah sama kamu, tunggu aku kuliah dulu ya" jawab aku serius

"Kamu beneran, aku ngomong beneran loh engga bercanda, jangan PHP in aku" wajahnya menatap aku dalam.

"Kamu mau bukti apa, dari aku kalo aku serius" aku menatap matanya jauh ke dalam, karena memang aku mencintai Tante ku ini.

"Aku percaya kamu, buktiin aja kalo kamu terus sayang dan cinta sama aku" Ina merangkul leherku dan mencium bibir ku.

Ina memutar tubuhnya, sekarang dia duduk di paha ku, merangkul leher aku, satu tangan memastikan kalo penis ku sudah sempurna bisa dia gunakan, dia menggesek-gesekan kepala penis ku ke belahan vaginanya, sambil menggigit bibir bawahnya, masih dia bertanya pada ku

" Kamu suka ga sama mobilnya?" Mukanya mulai berubah menandakan libidonya sudah tinggi.

"Suka lah, nanti bolehin aku bawa mobil kalo aku udah punya SIM ya" sambil aku menekan tiba- tiba saat tepat berada di posisi tepat, hingga Ina terperanjat tak menyangka gerakan ku, matanya melotot mulutnya terbuka, menahan serangan dadakan ku

"Uuughhhhhh, Aa Nakal iiih" sambil dia memegang dada ku wajahnya tersenyum

" Bikin kaget aja iiih kamu"

"Hmmmmmm...uuuuuuhhhh, enak banget sih sayang " aku tak mampu lagi ber kata-kata, mulut ku sudah ku sumbat dengan jilatan dan remasan di buah dadanya yg tepat berada di muka aku, Ina langsung bekerja cepat memaju dan mundurkan pinggulnya, ini tarian yg selalu membuatku tak tahan lama, meliuk-liukan perut pinggul dan pantatnya seperti di urut,

"Uuuuhhhhhh.."

"Aaaaahhhhhh"

'Hsssssshhhhh" tak henti-henti Ina mendesah, yg membuat ku semangat bercinta dengannya, gaya bercinta Tante, tak perlu lama-lama yg penting mendapatkan klimaks, setelah itu klimaks lagi dan lagi Ina selalu siap menerima. Dada yg bergoyang seolah memanggil ku untuk segera meraihnya menjilati putingnya menggigit lembut, aku coba memasukan seluruh buah dadanya ke dalam mulut ku, ternyata tak bisa masuk semua, aku jilatin putingnya di dalam mulut ku, aku terus memainkan buah dada montoknya, aku tak kuasa menahan genjotan yg bertubi-tubi aku yakin hanya sedikit orang yg bisa bertahan ketika Tante Ina mulai menari di pangkuan , karena penis mu akan terasa di urut dari bawah ke atas dan itu semakin cepat semakin cepat dan tetap begitu rasanya..

"Aaahhhh" kita hampir berbarengan keluar Tante Ina jatuh ke pelukan aku, nafas nya tersengal-sengal, aku memeluknya dengan sayang, karena memang dia cinta pertama ku, aku begitu kagum dengan segala yg dia milikinya, sexy, cantik, ramah, pandai, dan tak pernah aku melihat dia marah, semoga aku tak pernah melihat saat itu.

"Udah yuk, nanti kamu masuk angin, kita mandi dulu, nanti aku mau pijitin kamu ya" Tante Ina menatap ku,

"kok kamu, aku dong yg pijitin kamu,"

Aku menggeleng,

"kali ini aku yg pijitin kamu, kamu ga boleh protes harus nurut sama aku" Ina menatap ku manja, kita bangkit dan aku menggosokkan sabun ke seluruh tubuh Ina, dia diam menatap ku, aku ambil spon dan seluruh badannya aku sentuh dengan lembut, dia hanya menatapku dengan pandangan sayu entah merasakan sentuhan ku atau perasaan yg lain, setiap pandangan mata kami bertemu dia senyum tapi lebih banyak bermain dengan pikirannya, dia mulai membasahi rambutnya dan meratakan shampoo di rambutnya aku masih sibuk dengan tubuhnya saat bertemu daerah sensitif aku menciumnya, selesai dengan shampoo aku membilas dia, dengan shower terkadang sengaja penis ku yg mulai tegang lagi di sentuhan ke pahanya, bokongnya, tanganya segera menangkap nya terus di pegang nya, bagai menangkap ikan dia mengelusnya. Setelah itu dia berkimono kini aku duduk di toilet, dia menggosok seluruh tubuhku, saat mulai menyabuni penis ku tanganya lembut menggosoknya

"Aku keluarin ya" sambil Ina menatap aku

"Nanti aja di tempat tidur ya" jawab aku, dia tersenyum dan membilas dengan air hangat, keramas dengan Ina serasa di salon.

Aku dan Ina pake kimono, saat akan mencari pakaian dalam, aku melarang, nanti aja aku urutin dulu, ku buka kimononya, aku suruh dia tidur tertelungkup, dan mulai memijit tubuhnya dari belakang memberi minyak gosok

"Aa..enak banget sih ngurutnya" puji Tante Ina sambil menengok ke arah ku

"Iya dong, kan calon suami yg baik"

"Hmmmmm..semoga segera di kabulkan impian aku...Aamiin" Ina bergumam

"Aamiin.." jawab ku juga, saat mulai kaki yg ku pijit hingga pangkal paha, aku menikmati semua sentuhan dapat melihat dengan jelas seluruh badannya yg polos, dan giliran tangan aku membalik badannya, semua polos dapat ku lihat, dan Ina seperti pasrah menyerahkan seluruh tubuhnya untuk aku nikmati, dan ku sentuh, Payudaranya yg tanpa bra terlihat tumpah membesar dengan puting kecil berwarna pink, perutnya rata,di ujungnya ada rambut halus bagai kepakan sayap, vagina yg berdaging tebal tampak memerah aku menikmati itu semua, tak sadar aku terus menikmati itu tanganya sudah dekat dengan penis ku, dia meraih nya, sambil menatap aku.belibis ku sudah hampir sempurna lagi.

"Aa taroh di sini, punya kamu" pinta Tante

Tante menunjuk belahan dadanya. Aku menuruti

"Uuuhhh.." rasanya luar biasa, dia menjepit penis ku di antara dadanya yg terasa hangat, di meminyaki dengan babyoil penis ku, juga belahan dadanya, pantatku di tarik hingga melewati jepitan dadanya, tanganya menekan, saat timbul di dada atasnya, masuk ke mulutnya, dan di hisap. rasanya tak mampu aku jelaskan. Ada seperti di urut, hangat di mulutnya, lidahnya ikut menari, terus begitu aku lakukan, makin nikmat, aku makin agresif menekan dengan ritme cepat, mulutnya menganga menanti kepala penis masuk ke mulutnya, semakin cepat kini tanganya yg menjepit makin merapat, dan tetap masuk ke mulutnya, nikmatnya membuat ku merem melek, samkin cepat kini tangannya yg mengocok mulutnya terbuka siap menampung sperma ku,dan

"Aaagggggrrhhhhh.." aku keluar, mulutnya langsung menghisap semua sperma ku, terasa sedotannya bikin ngilu, tubuh ku lemas jatuh di sebelahnya, Tante masih asik menghisap dan mengurut lembut penis ku hingga lambat lain mengecil, masih saja dia hisap, mendorong saluran di pangkal zakar ku menarik ke atas, nikmatnya permainan Ina. kita tertidur dalam keadan polos.

Jam 4 pagi Tante Ina membangunkan aku, tampak mulai terdengar ada kegiatan di dapur, Ina sudah mengenakan kaos berpotongan rendah pada dadanya, menutup denag sweater dan memakai celana selutut yg ketat membentuk tubuhnya.

"Papa bilang, hari ini mereka mau pulang?" Kamu kok engga bilang sama aku

" Papa bilangnya kalo engga hari ini besok"

"Iiih.. aku kan mau jalan dulu sama kamu"

" Nanti aja kamu ke Jakarta, pake mobil baru"

" Beneran mau tinggalin aku sendiri di sini?"

" Teh Ina sayang, Bandung Jakarta deket"

" Aku masih butuh kamu"

" Aku juga mau terus ada di deket kamu"

"Denger aku Ina" aku memegang pipinya "Aku janji sama kamu, aku butuh waktu untuk lulus sekolah, cuma 2 tahun dan akan kuliah di Bandung, kita bisa hidup bersama lagi, dalam kurun waktu 2 tahun kapan pun aku ada libur, aku pasti ketemu kamu, aku janji, sebentar kok 2 tahun ya sayang" aku coba menenangkan Ina yg sudah mulai memerah wajahnya, dia meraih tubuh ku, dan menangis di pundak ku, aku hanya bisa mengelus pundaknya,

"Kita bisa lewati ini, bersama Ina"

"Iya aku tungguin kamu, kalo engga tahan aku ke Jakarta walau cuma Sabtu atau Minggu ya" Ina memohon ke pada ku, aku menganggukan kepala, dan menghapus air matanya. Dia menundukkan kepala. melepas perlahan pelukan ku, kulihat tanganya melepaskan sebuah cincin berukir dari jarinya dan memasukan ke jari manis ku, aku tau dia selalu memakai cincin itu bersamaan dengan cincin batu duri bulan, dia bilang itu cincin nikahan papa mamanya, mamanya menyimpan cincin batu duribulan itu, papanya memakai cincin ini.

"Engga boleh di lepas, engga boleh hilang, juga di jaga sepenuh hati kamu, seperti janji kamu ke aku" banyak komitmen yg iya sampaikan saat memakaikan cincin itu.

"Kalo papa dan mama tanya, bilang aja dari aku, nanti aku yg jelasin ke mereka" kata ina

"Makasih sayang" ku kecup keningnya, dan kita bergabung dengan kesibukan persiapan sarapan dan packing perjalanan balik ke Jakarta. Ku mencari sosok Ica tak aku temukan, ternyata sedang memandikan Rio adek ku di kamarnya, aku masuk dan membiarkan itu semua, Ica sekilas menatap ku, selanjutnya lebih memilih tak mau melihat ku, dia tau ada aku di kamarnya, seolah tak melihat terus sibuk mengurus Rio hingga selesai, saat mau keluar kamar aku tahan tangannya, tetap di kamar, dan menghampiri Rio, aku bilang Tante Ina cari kamu, dia menganggukan kepala dan segera turun ke bawah,

"Kenapa" sambil aku peluk Ica dan menatap dalam ke matanya

"Engga apa-apa?" Jawabnya berbohong

"Aku sayang kamu" sambil mengecup bibirnya

"Engga usah, kamu pulang nanti akan sibuk dengan hari-hari kamu, dan akan lupaiin aku" jawab Ica mulai berkaca-kaca matanya

" Ica, kita masih pacaran, kontraknya belum abis, kamu punya hutang nonton di BIP" aku coba mengalihkan pembicaraan, aku memeluknya meletakan kepalanya di bahu ku, Ica hanya menangis tanpa memeluk ku,

"Icaaaa... Aku mau tetep Deket sama kamu, aku beneran suka kamu, aku harus gimana buktiinnya ke kamu?" Berondong tanya ku

" Aku engga bisa milikin kamu, aku hanya ambil kesempatan saat kamu ada di sini" sepertinya Ica benar-benar mencintai aku

" Ica emang kita ML engga pake rasa, kamu kan tau aku sayang kmu. "

" Aku juga sayang kamu, tapi aku engga mau janji apa-apa sama kamu, dan aku engga mau menanti terus janji kamu tanpa ada yg pasti, kita masih muda, banyak yg akan terjadi dalam perjalanan kita, aku engga tau kedepan seperti apa" Ica makin menangis dan memeluk aku

" Ica sayang, aku akan sesering mungkin hubungin kamu, dan ke Bandung untuk temuin kamu, bila kamu ada di Jakarta kabarin aku, aku ga mau putus sama kamu." Aku peluk dia dan menciumi lehernya, menjilati di balik telinganya.

"Aa...iiihhh" desah Ica, terus saja aku menempelkan tubuhnya ke balik pintu, kaki ku masuk di antara pangkal pahanya, terus menekan dan menggosokkan penis ku di situ, tangan ku masuk ke balik kaosnya meremas dadanya, dia mengunakan bra transparan berwarna hitam, ku remas ku jilati

"Aaaaa... Uuuhhhh, udaaaahh" rintih Ica tak aku dengar aku membuka boxer ku dan kaos ku sambil berdiri.

"Aa...mau apaaahh iiiihh"

Aku melumat bibirnya, bra hitamnya ku lepas, dengan gairah besar aku menyerang payudaranya yang tampak mulai mengeras puting juga berwarna merah muda segar. gerakan peting ku semakin menekan Ica merangkul leherku dan menarik tubuhku lebih rapat, ku pegang belahan vagina yg masih memakai CD, terasa basah, aku gesek-gesekan jari ku di situ

"Aaaahhhhhhh uuuuuhhhh" desah Ica

Aku lepas kan CD nya , langsung aku bimbing penis ku ke lubang itu.

"Aa..iiiihhh , udahhh" Ica coba bertahan tapi tak kuasa dengan cumbuan ku yg semakin beringas, aku masukan perlahan dan terus ku tekan ke dalam

"Hhhaaaaahhhh, sssshhhhh" Ica tampak mulai bisa menikmati percintaan terakhir ku.

Ku pompa agak cepet, dia makin merintih, aku putar tubuhnya menghadap pintu, dan sedikit menunggingkan pantatnya, aku masukan dari belakang, dan memeras payudaranya yg terus bergoyang sesuai hentakan pantat ku

"Aa..iiiihhhh, ennnaaaakkkk" aku semakin semangat dan makin cepat ritme hentakan ku, seakan masuk semua batang penis ku terus memompa makin cepat.

"Aaaaahhhh, aku mau keluar Aa..."

Semakin ku percepat dan

"Aarrgghhhh"

"Uuuhhhhhh" kita berbarengan keluar, aku biarkan keluar di dalam,

"Aa iihhh keluarin di dalem?" Tanya Ica

" Iya, biar kalo hamil aku bisa nikah sama kamu" jawab ku di telinganya

"Iiiihhhh Aa??" Mukanya manja menatap ku

"Abis susah di ajak pacarannya, harus di DP in biar engga kemana-mana" sambil aku melepaskan penis ku dan merapihkan kembali pakaian nya

'iiiihhh jahat kamu" Ica menatap ku dengan senyum, aku mengambil CD nya yg basah, menciumnya dan memasukan ke dalam saku celana boxer ku.

"Aa..iiih balikin CD nya, aku pake apa??"

" Buat obat aku, kalo kangen kamu" jawab ku

"Jijik Aa, itu udah basah, nih tuker sama yg bersih aja," wajah Ica memohon

"Engga mau, mau yg ini aja" sambil aku memeluk dia dan mencium bibirnya,

"Love you sayang.."

"Aa nakal iiih,jorok" aku mulai membuka pintu siap untuk turun di depan pintu wajahku masih ada di pintu menatapnya

"aku bilang I love you Ica" Ica menoleh dan menatap ku senyum

"Iyaaa, aku denger" jawab Ica

Aku menatap matanya tajam meminta jawaban, dia tersenyum dan menghampiri aku dengan senyum

"Love you too, Aa jelek.." dia mencium bibir ku, aku pergi dengan senyum.

Aku kembali ke kamar Tante Ine, memasukan semua barang ku ke koper ku, tak luput aku menyelipkan CD Ica ke sela koper ku, setelah ku cium aromanya sekali lagi. Hampir selesai Oca memasuki kamar, dan menutup pintu, aku menoleh terkejut dan dia langsung memeluk ku erat, tanpa ada kata yg dia ucapkan, ia mengenakan sweater gantung warna krem dan celana pendek putih ketat, aku bisa merasakan perutnya yg menempel di dada ku dan dadanya tepat berada di leherku, karena aku tak sempat bangun ketika sedang duduk membereskan baju, dia duduk di pangkuan ku,

"Nanti kamu ke Jakarta kalo libur kuliah ya, nginep di tempat aku" sambil aku mengusap rambutnya. Tangan ku yg lain memeluk pinggangnya, dia tak berkata apa-apa memeluk tubuhku erat dan melepaskan ku, lalu mencium bibir ku, aku membalasnya dengan lembut dan segera bangkit lalu menaruh kota kecil merah di koper ku lalu pergi, aku sempat melihat dia coba menahan air mata, mungkin tak mampu dia berkata-kata khawatir tak akan menahan tangisnya. Aku mengerti perasaannya,

Setelah semua sudah masuk ke dalam mobil, aku berpamitan pada semua, pertama aki dan Ninik ku, lalu Ica dan Oca, hanya sebatas peluk dan cipika cipiki karena ada mama dan papa ku, terakhir dengan Tante Ina aku melakukan hal yg sama,terakhir dia memeluk ku agak lama, sambil berbisik di telinga ku,

"Kabarin aku kalo udah sampe, dan malam telpon aku" aku hanya menganggukan kepala. Tanda mengerti.dari dalam mobil aku melihat mereka melambai, tampak Oca tak mampu menahan air mata, entah apa yg Oca rasakan saat itu, Tante Ina mencoba tersenyum meski terasa tidak tulus seolah tak menginginkan perpisahan ini.