Satu bulan sudah, Alisa dan Arga berkenalan. Seiring waktu berjalan, perkenalan mereka semakin dekat. Namun, Alisa selalu menolak ketika Arga ingin mengantarnya ke Kampus, ataupun pulang dari kampus. Alisa lebih memilih menaiki Vespa'nya, ketimbang naik mobil sedan mewah Arga. Bahkan diwaktu tertentu, malah Arga yang membonceng Alisa dengan Vespa'nya.
Pagi ini, hari Minggu. Dimana hari libur, hari bersantai bagi Alisa. Alisa sengaja, mematikan alarm juga meningkatkan suhu pendingin ruangan agar tidurnya nyenyak hingga menjelang siang. Alisa terbiasa bangun jam sembilan pagi, saat hari libur. Bahkan kedua sahabatnya, tidak ada yang berani mengganggu sebelum Alisa yang menghubunginya lebih dulu. Jika tidur, Alisa hanya memakai dress mini transfaran tanpa menggunakan pembungkus gunung kembarnya, hanya menggunakan segitiga yang membungkus bagian inti tubuhnya. Dengan masih berbalut selimut, Alisa damai dengan mimpinya walaupun waktu telah menunjukan pukul tujuh pagi.
Sedangkan Arga, saat ini tengah bersiap ingin memberikan kejutan untuk Alisa dengan datang tiba-tiba, dan akan membawa Alisa ke tempat wisata yang Alisa suka. Setelah siap, Arga gegas berangkat menuju tempat Kos Alisa. Kini Arga, dalam perjalanan menuju tempat Kos Alisa. Setelah dua puluh lima menit, akhirnya Arga sampai di depan kos-kosan Alisa. Namun Arga merasa aneh, sebab pintu dan jendela masih tertutup semua. Arga mencoba menghubungi Alisa, suara phonecell terdengar dari dalam, namun tidak ada jawaban. Arga mencoba mengetuk pintu, mulai dari suara biasa hingga akhirnya Arga seakan menggedor pintu kos Alisa, yang membuat penghuni lain keluar dari kamarnya. Arga merasa malu, ada banyak pasang mata yang terganggu karena ulahnya. Namun, ada salah satu penghuni kos Ibu setengah baya memberi tahu bahwa Alisa bila jam segitu belum bangun.
"Mas mau ketemu Alisa ya? Jam segini, kalau libur belum bangun dia. Apalagi semalam, dia habis jalan sama kedua sahabatnya, pasti pulangnya malem. Dan tidurnya biasanya sambil memakai headset, jadi dia gak bakal dengar Mas ketuk pintu kencang juga"
"Oi'yah Bu, kalau gitu makasih infonya Bu"
"Sama-sama, lain kali sebaiknya kasih kabar dulu sebelumnya kalau mau datang. Sebab Neng Alisa, jarang banget jalan sama cowok. Udah lama dia jomblo, jadinya gitu bangun tidur siang kalau gak ada jadwal kuliah"
"Ko Ibu bisa tahu, kebiasaan Alisa?"
"Kan dia suka minta tolong cuciin baju ke saya, lumayan buat nambah penghasilan. Kadang juga, suka minta dimasakin kalau lagi kangen masakan rumah. Orangnya baik, santun, meski anak orang kaya tapi humble"
Mendengar keterangan dari siibu tetangga Alisa, Arga semakin menginginkan Alisa, terlebih Alisa anak Orang Kaya. Setelah sedikit termenung sesaat, Arga pun berpamitan juga menitip pesan agar disampaikan pada Alisa, jika dirinya hendak menemui Alisa.
"Yaudah, makasih info'nya ya Buu. Kalau gitu, tolong sampaikan kalau Alisa udah bangun, nitip pesan sama dia jika saya Arga sempat datang kesini. Tolong ya Bu"
"Iya, nanti saya sampaikan, kalau Neng Alisa udah bangun"
"Iya Buu, kalau gitu saya permisi"
Kini Arga melajukan mobilnya menuju Rumah Bayu sang sahabat. Taklama Arga sampai di halaman Rumah Bayu. Arga memarkirkan mobil di depan rumah Bayu, tanpa dimasukan ke garasi Rumah Bayu. Ketika berjalan, dan tepat di depan pintu Rumah, Arga mendengar percakapan Bayu dengan seorang wanita, yang sangat Arga kenal. Suara itu sangat mirip dengan Anggita mantan Arga, ketika SMA dulu. Arga pun mengendap-ngendap agar tak menimbulkan suara, dan semakin dekat suara itu terdengar, kini yang tadi percakapan biasa, berganti menjadi sebuah suara erangan kenikmatan. Mendengar suara erangan, seketika Arga terpancing emosi, nafas Arga memburu, menahan amarah yang kini bergemuruh di dadanya. Namun Arga tak mau gegabah, dia membuka perlahan knop pintu dan mengintip apa yang terjadi di dalam. Dan ternyara dugaannya benar, kini Anggita sang Mantan tengah dibawah kungkungan Bayu. Anggita mendesah manja, ketika bayu melumat dan menyesap pucuk gunung kembar Anggita. Yang dulu, ketika berpacaran dengan Arga, Anggita tak pernah sekalipun memberikannya pada Arga. Bahkan Anggita, tak pernah mau berciuman dengan Arga. Namun kini, apa yang disaksikan Arga, sangat mengejutkan sekaligus menyakitkan. Arga membeku, tak kuasa bersuara hanya mampu menyaksikan pergumulan mereka. Kini Bayu, tengah menikmati lembah kenikmatan Anggita, dengan sesapan lidahnya, juga sedotan bibirnya. Yang membuat Arga, semakin marah sekaligus ikut terpancing birahi. Akhirnya Arga, menutup pintunya kembali secara perlahan. Lanjut Arga duduk di teras rumah Bayu, untuk menenangkan pikirannya. Sementara di dalam Rumah, Bayu berbisik pada Anggita.
"Sayang, kamu merasa gak tadi ada yang lihatin kita?"
Tanya Bayu, pada Anggita.
"Merasa, itu kayaknya Arga deh. Tapi, biarin aja nanggung lagi enak-enaknya"
Jawab Anggita enteng.
"Kamu mau gak, kalau balik lagi ama dia Sayang?"
"Ogah, Cowok pelit kayak dia males amat. Jajan Bakso aja, harus aku yang bayar. Udah ich Ayang, ayo tusuk terus jangan ngomong melulu, lagi enak"
Bayu tengah menggoyangkan pinggulnya, diatas tubuh Anggita. Mereka tengah menyatukan tubuh, beradu peluh.
Arga mendengar sedikit percakapan mereka, bergantian dengan desahan serta erangan mereka berdua. Arga pun semakin kecewa, dengan keduanya. Arga serba salah, mau marah Anggita bukan lagi kekasihnya. Namun, sebagai lelaki Arga tetap mempunyai rasa cemburu, melihat sang mantan menggeliat nikmat dibawah kungkungan sahabat sendiri. Kini Arga meninggalkan Rumah Bayu, langsung melajukan mobilnya untuk kembali pulang. Namun, ditengah jalan terdengar bunyi phonecell berdering tanda panggilan masuk. Arga langsung menekan headset bluetooth'nya, dan menjawab.
[Iya Hallo]
[Hallo, Kak Arga. Tadi Kak Arga ke Kosan Alisa ya? Maaf ya, tadi Alisa masih tidur]
Rupanya Alisa, yang menghubunginya.
[Iya Al, sata tadi ke Kosan kamu. Tapi kata tetangga kamu, gak mudah bangunin kamu. Hehe]
[Iya Kak, biasa jomblowati. Jadinya dipuas-puasin tidur, mumpung libur]
[Sekarang kamu lagi dimana, boleh kan kalau aku main ke kosan kamu?]
[Boleh Kak, kalau mau main ayo aja. Kebetulan Lisa juga, lagi gak sibuk]
[Yaudah, aku meluncur ya kesana]
[Iya Kak, hati-hati]
~Ehm, Lumayan nih buat dimanfaatin. Tapi kali ini, harus pake tak tik biar gak kelihatan. Entar ditinggal lagi, kayak dulu sama Anggita. Gapapa sedikit keluar modal, untuk meraih yang lebih besar nanti~
Arga bergumam sendiri.
Arga melajukan kendaraannya dengan kecepatan sedang, menuju kosan Alisa.
Sementara Alisa, kini mengganti bajunya dengan yang lebih anggun karena mau kedatangan Arga. Alisa memakai Dress ketat lengan pendek, dengan panjang selutut, warna hitam. Kontras dengan kulitnya yang putih bak pualam, serta taklupa Alisa memoleskan sedikit make-up pada wajahnya, juga lipstik warna pink pada bibirnya. Lalu Alisa menyemprotkan sedikit parfum, di pergelangan tangannya dan diusapkan pada leher.
Sementara Anggita, dan Bayu terus beradu peluh dengan berbagai posisi. Sebenarnya, ada satu hal yang tidak Arga ketahui. Jika sebenarnya, Anggita dan Bayu berhubungan ketika satu bulan sebelum putus dengan Arga. Anggita selalu curhat pada Bayu, ketika ada masalah dengan Arga. Selama berpacaran dengan Arga, satu tahun. Arga sangat jarang mengeluarkan uang, selalu beralasan ketinggalan dompet, ataupun pinjam dulu. Namun, ketika meminjam Arga tak pernah mengembalikannya. Bahkan pernah satu kali, mereka jalan berdua ke Mall, Arga waktu itu meminta Anggita untuk membayar dulu Celana yang Arga inginkan, dan janji mau mengembalikan. Namun, ditunggu hingga dua minggu Arga tidak mengembalikannya. Sejak itulah Anggita sadar, bahwa Arga hanya memanfaatkannya. Anggita mencurahkan semua kekecewaannya pada Bayu, hingga akhirnya mereka saling tertarik dan berpacaran. Bayu sangat Royal pada Anggita, bahkan Bayu telah melamar Anggita semenjak tiga bulan berpacaran. Hingga akhirnya Anggita menyerahkan, kesuciannya disaat malam setelah lamaran mereka. Bayu merupakan anak yang cukup berada, Papah Bayu seorang Direktur Perusahaan besar, sehingga uang jajan Bayu tidak sedikit yang diterima.
Kini Arga telah sampai di depan Kosan Alisa, setelah turun dari Mobil Arga langsung berjalan mengetuk pintu.
"Tok, Tok, Tok"
"Ceklek" Suara knop pintu dibuka, terlihat Alisa yang sangat Cantik dimata Arga. Hingga tak sadar, Arga melontarkan pujian.
"Cantik banget kamu Alisa"
Alisa tersipu malu, tak kuasa menjawab. Hanya bisa mempersilahkan Arga masuk, tanpa bisa menanggapi pujian Arga.
"Silahkan masuk Kak, maaf ya gini Kosannya"
"Iya, makasih Al. Kalau gitu, aku masuk ya"
"Iya, silahkan Kak"
Arga masuk ke dalam Kosan Alisa, ada ruang tamu yang berukuran sedang hanya cukup satu shet sofa bentuk L. Dan dua kamar, juka kamar mandi, dan dapur. Arga merasa disebuah Rumah, bukan Kosan seperti pada umumnya Mahasiswa. Ruangannya tertata dengan rapih, bahkan ada sebuah LED TV yang berlayar besar, membuat betah bertamu.
Arga pun mengungkapkan kekagumannya.
"Ko aku merasa kayak bukan disebuah Kosan, tapi ini seperti di rumah keluarga kecil Al. Ini pasti mahal sewanya ya, salut aku sama kamu"
"Gak juga Kak, ini kebetulan Ayah yang pilihkan. Agar kalau Ayah nengokin aku kesini, beliau tidak repot mencari tempat nginap lagi"
"Ohw gitu, terus bisa rapih gini kamu sendiri yang beresin?"
"Enggak Kak, seminggu sekali diberesin sama tetangga aku yang ketemu tadi sama Kakak. Kebetulan aku kurang bisa, kalau ngurus Rumah, masak juga belum bisa aku"
"Gapapa, fokus aja belajar kan kamu sibuk kuliah. Lagian, kalau mampu bayar orang kenapa harus susah-susah kerjain sendiri. Kan itung-itung bantu Ekonomi orang lain juga, uang yang tampak tidak berarti bagi kamu, mungkin baginya sangat berarti"
"Iya Kak, yaudah bentar ya aku ambil minum dulu. Kakak mau minum apa, disini ada orange juice, leci, sama Cappuchino"
"Cappuchino aja, biar enak merokok. Boleh merokok enggak, disini?"
"Boleh, pintunya buka aja"
"Iya, saya buka dulu ya"
Arga membuka pintu, agar bisa merokok. Lalu Alisa kebelakang, membuat minuman. Arga menelan salivanya, ketika melihat bokong Alisa yang begitu sintal menggoda, terbentuk sempurna karena dress yang dikenakan Alisa begitu ketat. Juga ketika Alisa kembali dengan membawa minum, lalu meletakannya dimeja, gunung kembar Cinta sedikit mengintip ketika menaruh gelas keatas meja, karena Dress Alisa sedikit berdada rendah.