Chereads / CEO CACAT / Chapter 3 - BAB 3.

Chapter 3 - BAB 3.

    Memang tidak ada gunanya menolak karena hal itu juga tidak dapat di hindari. Namun bukan berarti Elena akan diam dan menerima nya begitu saja tanpa memperjuangkan hal lain.

    Dalam benak nya, Elena juga merasa beruntung dalam rencana yang telah di buat Maya dan Amanda untuk nya. Dan kini gadis itu tengah menyusun kata untuk melawan ibu tiri nya saat berdebat.

    Elena menatap ayah nya, serius. " Aku akan menggantikan Maya asal ayah menugaskan ku untuk bertanggung jawab di pusat perbelanjaan milik mendiang ibu ku yang telah di wariskan untuk ku ". Pinta nya dengan berani.

    Mendengar permintaan Elena, Amanda seketika terkejut melihat keberanian yang gadis itu tunjukkan secara tiba tiba.

    Amanda yang terlihat tengah marah dan kesal pada Elena, terpaksa harus memperlihatkan sisi lembut nya di depan suami nya.

    " sayang ". Panggil Amanda dengan lembut pada Elena. " kenapa kamu menyebut pusat perbelanjaan? Kamu bahkan tidak tahu bagiamana cara menjalankan pusat perbelanjaan dengan baik, jangan kekanak - kanakan Elena. Itu tidak kaitan nya dengan persetujuan pernikahanmu dengan Malvin ".

    Tak sampai di situ, Amanda pun menatap dengan raut wajah memelas pada Bryan. " suamiku, Elena masih terlalu muda, dia masih bertingkah seperti kanak - kanak dan setiap kali dia menemukan sesuatu yang tidak bisa membuat nya merasa puas, Elena akan merasa kesal". Kata Amanda dengan manis nya.

    Wanita itu benar - benar tidak melepaskan kesempatan untuk berusaha menjatuhkan harga diri Elena. 

    Memang senyuman yang terpancar di wajah Amanda , namun api kebencian di dalam diri nya terhadap Elena sangat jelas membara.

    ' Berani nya gadis jalang kecil ini mencoba merebut gedung pusat perbelanjaan yang menguntungkan bagi ku '. Kata Amanda di dalam benak nya.

    Amanda berniat memberikan pusat perbelanjaan itu pada Putri nya. Hanya Maya yang berhak mewarisi pusat perbelanjaan dan seluruh bisnis yang di miliki oleh Bryan. Amanda sama sekali tidak berniat memberikan sepeser pun warisan Bryan pada Elena. Tidak akan pernah!.

    Sekali pun pusat perbelanjaan itu adalah milik mendiang ibu Elena, tetapi Amanda lah yang membuat toko itu ramai pengunjung, sekarang.

    Amanda setuju untuk menikah dengan Bryan yang saat itu berstatus duda anak satu bukan karena cinta melainkan kekayaan pria itu yang harus jatuh ke tangan nya dan putri nya.

    Bryan menghela napas, mengusap punggung tangan Amanda dengan ibu jari nya. " ibu mu benar, Elena. Tanpa keterampilan kualifikasi yang tepat, bagaimana kamu akan menjalankan pusat perbelanjaan? Selain itu, kamu juga berbeda dengan adik mu, kamu seorang introvert dan tidak memiliki koneksi. Bagaimana kamu bisa meningkatkan pusat perbelanjaan jika kamu tidak dapat mendatangkan klien besar?".

    Elena mengejek diri nya sendiri dalam benak nya setelah mendengar kata - kata yang keluar dari mulut ayah nya sendiri.

    Bukan salah Elena jika gadis itu tidak begitu dikenal banyak orang. Dan bukan salah Elena jika diri nya lebih memilih murung di kamar daripada keluar yang nanti nya akan dapat menjadi alasan bagi Amanda untuk kembali menjelekkan diri nya di depan Bryan.

    Semenjak Bryan menikah dengan Amanda, di saat itu lah mental Elena terganggu akan kehadiran Amanda.

    Amanda selalu tidak mengizinkan Elena keluar bahkan untuk melanjutkan kuliah sekali pun.

    Sebalik nya, Maya di perbolehkan keluar kapan pun dia mau dan Amanda memberikan pendidikan yang terbaik untuk Maya.

    Jika saja Elena tidak mengikuti kursus bisnis online secara diam - diam, pasti Elena tidak mendapatkan kualifikasi atas nama nya hingga sekarang.

    ' gue harus kembali dapetin pusat perbelanjaan milik ibu  dengan cara apa pun!. Gue ga akan biarin Maya sama Mak lampir itu ambil alih semua milik nyokap gue!'. Kata Elena, berjanji pada diri nya sendiri.

    Selama bertahun - tahun, Elena sudah menyaksikan Amanda yang dengan terang - terangan mengambil alih semua kontribusi milik mendiang ibu nya. Hingga yang seharusnya menjadi hak milik Elena hilang di ambil oleh Amanda, semua.

    Pusat perbelanjaan Rosella di wariskan pada Elena secara sah.

    Elena tidak akan pernah memaafkan diri nya sendiri jika itu jatuh di tangan orang yang salah.

    " Ayah, aku nggak akan hancurin pusat perbelanjaan ini, lagian itu kan milik ibu ku , Apalagi pusat perbelanjaan itu sangat menguntungkan. Selain itu, Malvin adalah pria yang luar biasa. Dia sangat kaya dan terlihat begitu luar biasa. Aku khawatir kalo dia ga akan liat aku sebagai pasangan dia karena aku tidak memiliki nama untuk di banggakan ". Balas Elena.

    " Gimana kalo dia batalin pernikahan nya ? Setelah aku menikah sama Malvin nanti , aku yakin dia pasti akan bantu aku menjalankan pusat perbelanjaan itu. Ayah, ini adalah kesempatan besar untuk keluarga kita ". Sambung Elena tersenyum lebar setelah mendapatkan alasan yang masuk akal.

    Elena akan terus membujuk ayah nya dan gadis itu tidak akan menyerah begitu saja tanpa bertarung.

    Kini, keadaan tiba - tiba  terlihat sunyi saat Elena menunggu balasan dari Bryan dengan napas nya yang tertahan.

    Mengingat masa depan nya terletak pada keputusan ayah nya.

    Beberapa saat kemudian, Bryan menghela napas nya dan Elena dapat melihat jika Amanda berpura - pura tersenyum guna menghilangkan kegugupan nya akan keputusan Bryan.

    " sayang, kamu tidak akan berfikir untuk memberikan tanggung jawab atas mall tersebut pada Elena, kan ?". Tanya Amanda, menggigit bibir bawah nya.

    " Ya, Elena benar sayang. Keluarga Narendra tidak akan menerima istri yang tidak memiliki kualitas yang pantas, meski mereka di jodohkan dari kecil". Bryan beralih menatap Elena. " sayang, kamu akan menjadi direktur pelaksana mulai sekarang". Sambung Bryan, membuat senyum Elena melebar.

    

    " apa ? Dia tidak memenuhi syarat!". Cicit Amanda, menjatuhkan harga diri Elena.  Elena tidak pantas mendapatkan jabatan tertinggi di mall itu karena hanya Maya lah yang berhak.

    Bryan kembali menatap Amanda dengan tatapan penuh tanya, saat Amanda terlihat sangat tidak setuju dengan keputusan nya.

    Wanita itu pun dengan segera mengubah sikap nya dan mulai berbicara dengan lembut. " maksud ku... jangan ambil keputusan secara gegabah, sayang. Karena yang sedang kita bicarakan saat ini adalah sebuah bisnis yang telah berkembang , kita mungkin akan kehilangan klien dan pendapatan jika tidak di kelola dengan baik ". Kata Amanda menjelaskan dan berharap jika Bryan mau mengubah keputusan nya.

    " Jangan khawatir, Malvin adalah pengusaha yang hebat. Aku yakin dia bisa membantu Elena menjalankan pusat perbelanjaan itu agar lebih berkembang lagi. Siapa tau jika Malvin nanti nya akan menjadi investor dan mampu membuat bisnis itu semakin berjaya dan bercabang". Kata Bryan, lalu memberi isyarat jika diskusi mengenai hal ini telah selesai.

    membuat kebencian terlihat jelas di mata Amanda. Wanita itu merasa kesal, namun dirinya tidak bisa berbuat apa - apa.

    Ada batasan di mana Amanda tidak dapat sepenuhnya mengendalikan pikiran Bryan , selain itu , Amanda tidak ingin Bryan mencurigai diri nya jika ia terus bersikeras.

    Amanda bersumpah akan berusaha menyingkirkan Elena, bagaimana pun cara nya.

    Di saat yang sama, Elena menghela napas lega nya. Karena akhirnya ia mendapatkan mall yang memang seharusnya menjadi milik nya, kini dia hanya perlu memastikan diri nya sendiri mampu mengambil kendali sepenuh nya agar tidak jatuh ke tangan ibu tiri nya. __