" Oh, sayang lihat siapa yang kita temui di tempat mewah ini ". Kata Maya dengan lagak angkuh nya.
Elena memutar bola mata nya malas lalu berbalik menghadap adik tiri nya yang berdiri di samping Alvaro dan sahabat nya yang menyebalkan — Alisha.
Elena sama sekali tak terkejut jika mendapati Maya di tempat ini, gadis itu selalu ingin terlibat dalam acara kelas bangsawan seperti saat ini, anggap saja begitu.
Senyum mengejek terlihat di bibir Alisha.
Maya merangkul lengan Alvaro dan menyeringai. " Aku gak menyangka banget, akan melihat mu di sini, Elena". Maya tersenyum. " Kamu pasti masuk secara diam - diam, kan ?".
Tentu saja, Maya mengira jika Elena tidak akan mungkin mendapatkan undangan ke acara kelas atas seperti ini.
Karena acara ini tidak terbuka bagi sembarangan orang dan hanya beberapa undangan yang di kirim untuk orang - orang penting.
Maya datang karena Bryan di undang, tetapi ayah nya itu justru berhalangan hadir dan Maya pun meminta agar ayah nya mengizinkan dirinya lah yang menggantikan kehadiran ayah nya di acara makan malam itu.
Melihat Elena datang, serasa kejutan bagi Maya yang tak mengira kakak nya itu akan datang .
" Setahu ku, Malvin belum pernah menemui. Bahkan setelah kecelakaan atau pun setelah berita tentang perjodohan ini, dia juga belum mengumumkan diri mu sebagai tunangan nya di depan awak media. Kamu tau karena apa?Itu karena dia tidak mengakui mu". Maya melipat ke dua tangan nya di dada, masih melayangkan tatapan tak suka nya pada Elena. " Lalu katakan pada ku dengan sejujur nya, bagaimana kamu bisa masuk ke dalam acara ini ?". Tanya Maya dengan sinis .
" Lebih baik urus - urusan mu sendiri, Maya . Karena yang jelas aku datang ke sini bukan untuk berdebat dengan mu". Balas Elena dengan raut wajah datar nya.
Sementara itu, Alvaro yang mendengar balasan Elena mengernyitkan dahi nya. Alvaro berfikir jika Elena tidak akan merusak kesepakatan mereka berganti pasangan. Namun Alvaro merasa jengah saat Elena selalu ada dimana diri nya berada, itu sangat menganggu, pikir Alvaro.
" Jangan bilang, jika kamu sebenarnya menguntit ke mana pun kami pergi? Jika tidak, bagaimana kamu bisa masuk ?".Tanya Alvaro dengan nada menghina. " Cepet pergi dari sini, sebelum ada yang melihat mu di sini". Titah pria itu. "Hanya mereka yang memiliki undangan yang bisa hadir di tempat ini , berhenti mempermalukan diri mu sendiri dengan mencoba mendekati ku, aku sudah jatuh cinta dengan adik mu ". Sambung Alvaro, sembari mengeratkan pelukan nya di pinggang Maya.
Elena kembali memutar bola mata nya, seraya menggeleng - geleng kan kepala nya sebelum akhir nya gadis itu berbalik badan dan kembali melangkah pergi meninggalkan tiga orang yang menurut nya tidak penting untuk di ladeni.
Setelah melihat Elana yang justru pergi begitu saja, terlihat kilatan api amarah di mata Maya.
Elena berani mengabaikan diri nya ? .Dia pikir dia itu siapa ?.
" Varo , Aku haus. Bisa tolong ambilkan aku minum ?" Pinta Maya pada Alvaro dan pria itu langsung menyetujui nya.
Setelah Alvaro pergi, ekspresi kejam terpampang di wajah Maya saat ia menatap ke arah yang di tuju nya— Elena yang tengah celingukan mencari seseorang.
" Aku sangat membenci dia! Siapa yang berani memberi dia izin masuk ke dalam acara bergengsi ini ?. Maya berdesis, mengepalkan tangan nya.
" Dia bertunangan dengan Malvin, jadi mungkin karena itu lah dia datang ke sini ". Jawab Alisha. " Tapi may... dia terlihat berlagak sombong. Kamu melihat nya kan tadi ? Dia juga telah berani mengambil alih pusat perbelanjaan Rosella. Kita perlu kasih pelajaran untuk nya". Sambung Alisha, mulai mengompori pikiran sahabat nya itu.
" Aku ingin dia memperlakukan diri nya sendiri sampai dia tidak akan pernah mau hadir di acara kelas atas lagi ". Timpal Maya .
Sementara Alisha menganggukkan kepala nya, setuju. " Kamu benar, dia pikir dia sudah jadi nyonya Narenda ? Ayo kita kasih paham ke dia ".
Sementara itu, di tempat lain. Elena meraih satu gelas berisi bir, lalu mencari kursi setelah cukup lama tidak dapat menemukan keberadaan Malvin di halaman yang luas ini.
Lalu datanglah seorang pelayan pria yang menawarkan beberapa cemilan pada Elena, gadis itu pun tak menyia - nyiakan nya, Elena hanya mengambil puding dan mulai memakan nya setelah mengatakan terima kasih pada pelayan itu.
Elena mulai merasa menyesal karena datang ke acara ini, karena ia tahu betul. Diri nya tidak akan cocok untuk hal - hal semacam ini.
Meski pun Maya sering menghadiri acara seperti ini, Elena lebih suka tinggal di rumah untuk membaca buku atau pun menonton film kesukaan nya.
Setelah beberapa menit berlalu, Elena mulai merasa canggung. Tidak ada siapa pun yang ia kenali di tempat ini, kecuali adik dan ke dua orang tadi tentu nya.
Ia juga kesal karena Malvin tak kunjung datang menemui diri nya padahal pria itu telah mengundang nya.
Namun, tiba - tiba indera pendengaran nya menangkap suara Maya yang berbicara melalui sebuah mikrofon, berdiri di sebuah panggung kecil yang menjadi pusat perhatian banyak orang di sana.
" Selamat malam, hadirin sekalian. Kakak ku, Elena Rosalina Smith sangat mengagumi Tuan Malvin. Dia pernah mengatakan pada ku bahwa dia ingin bermain piano untuk tuan Malvin sebagai hadiah penyambutan kedatangan nya kembali ke negara ini. Kakak ku sangat pandai bermain piano. Dia akan membuat kalian terpesona dengan kemahiran nya".
Dengan suara ceria dan lantang, mata Maya tertuju pada Elena. Gadis itu tersenyum lalu mengulurkan tangan nya, menunjuk ke arah Elana berada. " Tolong berikan tepuk tangan kalian untuk kakak ku, Elena. Saat dia maju ke panggung ini ketika bermain piano untuk CEO baru kita ".
Para tamu mengikuti arah pandang yang Maya tunjukkan hingga semua sorot mata tertuju ke arah Elena. Lalu para tamu undangan tersebut pun memberikan tepuk tangan mereka untuk Elena.
Maya menyeringai sembari menatap Elena yang tampak diam ketika sebuah lampu menyorot ke arah nya.
' Mampus kamu jalang! Masih berani sombong di depan ku sekarang?'. Kata Maya dalam benak nya, mengejek kakak tiri nya dengan sangat puas.
Elena belum pernah mengikuti les piano sebelum nya, Maya sangat yakin dengan rencana nya ini. Elena akan mempermalukan diri nya sendiri di depan banyak orang penting.
Pikiran nya di penuhi dengan pikiran jahat, tetapi Maya masih tetap mempertahankan senyum manis di wajah nya saat dia bersorak untuk Elena agar naik ke atas panggung.
Pada saat yang sama, Elena hanya memasang raut wajah poker face nya ketika banyak tamu undangan bersorak untuk diri nya.
Dia tahu ini rencana Maya. Tetapi tidak ada pilihan untuk Elena menolak nya saat ini karena banyak mata tertuju pada nya.
" Tunjukkan pada mereka keahlian mu, kak !". Cicit Maya dengan senyum palsu di wajah nya.
Elena pun berjalan menuju panggung dan berdiri tak jauh dari Maya.
' mari kita lihat! Apa kamu masih berani menunjukkan muka mu di tempat umum lagi setelah ini jalang? '. Maya mencibir di dalam benak nya.
Elena menegakkan tubuh nya juga mengangkat bahu nya. Berdiri dengan memegang mikrofon setelah seseorang memberikan nya pada Elena.
" akan ku coba, sebenarnya aku tidak begitu pandai bermain piano". Kata Elena.
Maya diam - diam tertawa mendengar perkataan Elena. ' belum melakukan apa pun kamu sudah menyerah ? Dasar jalang!'. Gumam nya lagi.
Maya sangat bahagia ketika membayangkan Elena yang akan mempermalukan diri nya sendiri juga membayangkan ketika Malvin mengetahui nya dan tidak akan mau menerima Elena sebagai calon istri nya, karena malu.