" Cih". Desis Alvaro tak suka, diri nya belum pernah di hina seperti ini sebelum nya . ' berani banget lo mikir kalo gue ga sanggup bayar pakaian murah kayak gini, gue seorang ceo'. Batin Alvaro dengan marah sembari mengeluarkan kartu milik nya dan memberikan nya pada kasir untuk membayar pakaian Maya.
Lalu mengedipkan sebelah mata nya ke arah Maya juga tak lupa menunjukkan senyum manis nya yang Justru terlihat memuakkan bagi Elena.
" Lo selalu manjain gue, Varo". Kata Maya berusaha menunjukkan pada Elena jika diri nya telah menemukan pendamping hidup yang lebih baik dari pada pasangan Elena .
Sayang nya, Elena justru tampak bosan dan tidak merasa tertarik.
Elena tidak menyukai Alvaro, ia justru merasa senang karena batal menikah dengan pria seperti dia.
Elena tersenyum dan menyerahkan kwitansi setelah kasir selesai memproses pembayaran. " Terima telah berbelanja di mall kami, jika ingin berbelanja lagi, jangan paksa gue minta bayaran kayak tadi ya!!". Kata Elena dengan keramahan nya, juga menyatukan ke dua tangan nya, tak lupa membentuk senyuman lebar yang seakan seperti hinaan bagi Maya dan Varo.
Maya dan Alvaro pun segera pergi dari toko dengan rasa malu mereka ketika di perhatikan oleh banyak nya pengunjung mall.
Beberapa menit kemudian, ketika Elena hendak keluar dari toko, tiba - tiba seorang pria memakai kursi roda menghadang jalan nya . ketika Elena menatap ke arah pria itu, jantung nya tanpa sadar berhenti berdetak dan napas nya tersengal.
" Jadi kamu yang nama Elena Rosalina Smith". Suara lembut pria itu, menyeruak masuk ke telinga Elena.
Elena sempat terdiam beberapa saat dan berfikir siapa pria itu dan bagaimana dia bisa tau nama nya ? ..
Tunggu!
Apa dia Malvin kevlar Narendra? Ya— Elena hanya mendengarkan tentang pria itu di berita dan tv tetapi tidak pernah melihat nya secara langsung.
Astaga!
Meski terikat dengan kursi roda, pria itu memancarkan aura mendominasi yang kuat , meski lengan nya bertumpu pada sandaran lengan kursi roda.
Elena bersumpah jika diri nya belum pernah melihat pria setampan itu sebelum nya.
Meski Malvin memperlihatkan raut wajah datar dan tampak seperti seorang pemarah. Hal itu justru malah terlihat semakin mengagumkan di mata Elena.
' Astaga dia kayak dewa Yunani yang sering gue tonton '. Pekik Elena di dalam benak nya.
Pria itu mengenal slam- fit hitam dan meskipun dia duduk, Elena tahu jika pria itu cukup tinggi. Kaki nya yang panjang terlihat kesulitan jika di batasi pada pijakan kaki kursi roda. Namun pria itu tetap terlihat mengesankan.
Tak heran, jika banyak wanita di luar sana yang selalu menyanjung akan ketampanan pria itu.
Elena di buat berdebar saat menatap wajah poker face yang Malvin pancarkan.
Setelah beberapa detik hening yang canggung, suara serak pria itu terdengar ke indera pendengaran Elena.
" Saya calon suami kamu, itu pun jika kamu tidak keberatan, menikah dengan pria cacat seperti saya ". Kata pria itu di akhiri seringaian mengejek.
Degh!
Mendengar perkataan pria itu, perasaan Elena merasa aneh. Kepopuleran pria itu berada di puncak dunia tetapi dia merasa di bawah karena kondisi nya sekarang.
Ya— memang sering kali, hidup tidak berjalan sesuai rencana kita. Menjadi penyandang cacat bukan akhir dari dunia dan Elena merasa tidak suka ketika mendengar pria itu meremehkan diri nya sendiri.
Elena tersenyum dengan sopan. " Hai tuan Malvin. Yaa... anda benar nama ku Elena Rosalina Smith dan ya... saya adalah tunangan anda. Itu pun kalo ga keberatan, menikahi gadis tidak berguna seperti saya ". Balas Elena, meniru kata - kata Malvin.
" Dari apa yang saya lihat barusan, bagi saya kamu sangat hebat ". Puji Malvin.
Mendengar pujian dari mulut Malvin. Bibir Elena terkantup, tak menduga jika pembicaraan nya dengan adik nya tadi juga dilihat oleh seorang Malvin kevlar Narendra.
" Bisa kita bicara? Saya dengar tunangan saya yang bertanggung jawab atas mall ini, jadi saya datang untuk melihat nya". Kata Malvin sembari melihat ke sekeliling, memecah keheningan di antara mereka.
Meski Elena merasa gugup, namun gadis itu menyetujui nya. " Tentu, ayo kita ke kantor ku saja".
Elena berjalan beriringan dengan Malvin dan seorang asisten mendorong kursi roda.
Johan nama nya, pria itu merupakan asisten Malvin, dulu pria itu bekerja pada Malvin ketika Malvin tengah berada di luar negeri dan di saat Malvin pulang ke negara ini. Johan di pindah tugas kan untuk terus bekerja pada Malvin, hingga Malvin terkadang menganggap Johan seperti asisten pribadi nya yang harus ikut ketika diri nya keluar, kapan pun itu.
Johan adalah pria bar - bar namun hati nya baik dan selalu menjaga image nya.
Di perjalanan menuju ruang kerja nya, Elena bertanya - tanya pada diri sendiri. Apakah Malvin akan membahas perihal tunangan nya yang tiba - tiba di ganti? Dan apa kah pria itu ternyata tidak setuju jika tunangan nya di ganti?.
Ketika Elena masuk ke dalam lift bersama dengan Malvin dan asisten nya. Gadis itu malah merasa tidak bisa bernapas dengan tenang.
Pasal nya, jantung Elena berdebar kencang sepanjang waktu ketika tak tahan melihat aura kuat yang terlihat dari Malvin.
Bagaimana mungkin seorang pria tetap terlihat begitu tangguh meski dalam kondisi fisik nya yang seperti saat ini ?. Malvin mampu membawa diri nya dengan sikap percaya diri nya bahwa tidak ada yang berani meremehkan diri nya.
Pintu lift terbuka.
Dan akhirnya Elena dapat bernapas lega setelah melewati suasana canggung di antara mereka di dalam lift.
" Ikuti aku!". Kata Elena pada Johan dan berjalan menyusuri lorong dengan mengumpulkan kepercayaan diri nya.
Sesampai nya di ruang kerja Elena, Gadis itu mendorong meja dan menarik kursi sofa agar kursi roda Malvin dapat masuk di antara kursi dan meja.
" Apa anda mau teh atau jus? ". Tanya Elena menawarkan, namun dengan sopan Malvin menolak nya.
' kenapa gadis ini begitu baik pada ku ? Apa karena status ku ? Atau mungkin merasa kasihan pada ku karena kecacatan ku ?'. Dalam benak Malvin ada banyak pertanyaan tentang gadis yang tengah berdiri di hadapan nya itu.
Malvin akan merasa kesal jika ternyata Elena bersikap baik pada nya, hanya karena kecacatan nya saja.
Sebenarnya, Malvin tadi berada di toko pakaian yang sama dengan Elena dan kebetulan diri nya menyaksikan percakapan Elena dengan saudara tiri nya.
Dari apa yang Malvin lihat, Elena bukanlah wanita yang lemah dan bersikap lemah lembut seperti yang di katakan banyak orang, bukan berarti Malvin menganggap Elena bersikap kasar tadi. Namun, gadis itu mampu menghadapi musuh - musuh nya dengan rasa percaya diri dan sama sekali tidak merasa takut.