Chereads / CEO CACAT / Chapter 6 - BAB 6.

Chapter 6 - BAB 6.

Gadis itu terlihat seperti seseorang yang tidak mudah diintimidasi dan tidak mau menuruti kemauan lawan bicara nya begitu saja tanpa alasan yang jelas.

    Yang Malvin lihat dari Elena adalah seorang gadis kuat yang mampu mempertahankan diri nya sendiri.

    Kilauan mata nya saat berhadapan dengan adik nya terlihat bersinar. Malvin dapat merasakan kelegaan yang di dapat Elena dari hal itu. Seolah - olah diri dia sudah lama untuk menempatkan adik nya di tempat nya.

    Sebelum nya, diam - diam  Malvin telah mengamati latar belakang tentang keluarga Smith dan mengetahui jika Elena tidak di sukai di rumah nya sendiri.

    Menurut informasi nya, Elena adalah gadis yang lemah, dia juga tidak pernah melawan saudara tiri nya atau bahkan ibu tiri nya.

    Namun, Elena yang Malvin tau  sekarang ini, terlihat jauh lebih berbeda.

    Dia cerdas, memiliki pikiran bisnis yang mumpuni dan tahu cara menghadapi musuh - musuh nya.

   Seperti apa kepribadian Elena Rosalina Smith yang sesungguhnya?.

    Malvin sebenarnya lebih menyukai sikap Elena yang bar - bar tadi.

     Dan yang mengejutkan bagi Malvin adalah ketika sikap yang Elena tunjukan, dia sama sekali tidak membeda - bedakan Malvin karena kecacatan nya. Sebalik nya, Elena sangat baik dan perhatian.

    

    Sejujur nya dalam beberapa bulan terakhir, ada banyak wanita yang mendekati nya hanya karena uang dan status nya. Malvin tau jika mereka merasa jijik dengan keadaan nya yang tidak bisa berjalan itu.

    Wanita - wanita itu tidak benar - benar mencintai Malvin .

    Hari ini, Malvin sengaja datang ke mall ini hanya untuk memperhatikan reaksi dan sikap Elena terhadap diri nya.

    Beruntung nya, kebaikan yang Malvin temukan dari gadis itu, tetapi Elena justru memasang raut wajah datar nya menatap ke arah Malvin.

    Di sisi lain, cara Malvin yang juga memandangi Elena. Membuat Elena berfikir jika ternyata Malvin tidak setuju dengan pertukaran tunangan seperti yang di rencanakan oleh saudara tiri nya itu.

    ' Apa tuan Malvin juga lebih milih Maya ketimbang gue ya ?'. Hati Elena berdebar memikirkan hal itu.

    Lagi pula memang semua orang lebih menyukai Maya dari pada diri nya, pikir Elena lagi.

    Elena mendudukkan diri nya di kursi sofa single yang bersebrangan langsung dengan Malvin.

    

    Gadis itu berdehem sebelum buka suara. " aku tahu, anda seharusnya menikah dengan Maya sesuai perjodohan yang dulu telah di atur oleh mendiang orang tua anda dan orang tua kami, tapi aku juga nggak punya pilihan selain menerima perjodohan baru yang di buat ibu tiri ku, karena Maya telah jatuh cinta sama orang lain. Jadi kalo hal ini buat tuan Malvin tidak suka, silakan menolak ".  Elena memberi jeda sebentar, lalu kembali buka suara. " Apa pun keputusan yang tuan Malvin pilih, itu nggak akan jadi masalah untuk aku ". Sambung nya lagi, mendongak menunggu balasan dari Malvin.

    Malvin terdiam, seakan tengah mempertimbangkan sesuatu.

    Setelah kecelakaan yang pernah di alami nya, membuat kakek Malvin merasa sering cemas dengan keadaan cucu nya dan berharap  agar Malvin bisa segera menikah dan memiliki anak. Pria paruh baya itu terus mendesak Malvin untuk memenuhi perjanjian pernikahan yang telah di buat oleh ayah nya dengan Bryan Smith.

    Dan untuk menghilangkan kekhawatiran kakek nya yang tidak berdasar itu, Malvin pun akhirnya menyetujui perjanjian pernikahan yang telah di buat itu.

    Pada awal nya, Malvin tak masalah akan menikahi siapa pun jika tidak ada Elena.

    Namun setelah bertemu Elena. Timbul rasa penasaran yang mendalam dalam diri Malvin terhadap Elena.

    Elena adalah gadis yang berhasil membuat Malvin merasa begitu penasaran sedalam ini.

    Meski ia akui, umur mereka tertaut beberapa tahun. Dan itu tidak masalah bagi Malvin.

    Terlihat, Malvin sama sekali belum menjawab pertanyaan yang Elena ajukan pada nya, pria itu hanya menatap Elena sembari memikirkan jawaban yang tepat untuk gadis itu. Lalu menyeringai kecil.

    " Kita akan bertemu di lain waktu, Elena". Kata Malvin dengan suara bariton nya yang dalam.

    Lalu membiarkan Johan menarik kursi roda nya dan keluar begitu saja dari ruangan Elena, membuat gadis itu berdiri dalam kebingungannya.

    " Bukan nya di jawab dulu, kok malah pergi gitu aja ". Elena kembali mendudukkan diri nya di kursi. " Dia kira - kira setuju ga ya?". Gumam Elena, bermonolog.

    ***

    Besok nya..

    Elana berangkat untuk bekerja seperti kemarin, ini adalah hari ke dua Elena pergi bekerja. Dan Elena tampak menikmati hal itu.

    Bayang - bayang akan ibu nya tersimpan apik di dalam memori ingatan nya, membuat Elena semakin ingin memajukan bisnis peninggalan ibu nya ini .

    Gadis itu nampak masuk ke dalam ruangan nya dan sedikit terkejut karena ternyata Sarah sudah ada di dalam ruangan nya dan sedang merapikan beberapa berkas yang berserakan.

    Wanita itu terbalik badan saat mendapati Elena masuk. Tersenyum ramah pada bos nya itu.

    " Nona, sudah sampai". Sapa nya .

    Elena tersenyum dan menganggukkan kepala nya, berjalan mendekati meja kerja nya..

    " kamu, berangkat pagi banget?". Tanya Elena sembari meletakkan tas nya di atas meja.

    " Iya nona , saya berangkat lebih awal ". 

    Lalu, Elena memperhatikan jika sarah tengah berjalan menuju kursi sofa dan meraih tas nya. 

    Wanita itu kembali berjalan mendekati Elena dengan sebuah amplop coklat di tangan nya. " ini untuk, nona ". Kata nya sembari menyodorkan amplop tersebut pada Elena.

    " Apa isi nya ?". Tanya Elena, menerima amplop yang masih di segel dengan lambang keluarga Narendra tersebut lalu membuka nya. " Siapa yang kasih?".

    " Sekertaris tuan Malvin yang mengantar nya pagi ini".

    " Malvin?".

    Setelah amplop terbuka, Elena mendapati sebuah kertas dan lantas membuka nya. 

    Tertera sebuah undangan jamuan makan malam untuk merayakan pelantikan Malvin kevlar Narendra sebagai CEO Narendra Corporation.

    Elena di undang sebagai tamu VVIP Malvin. Setelah membuka undangan itu, mata Elena menyipit.

    ' apa artinya ini ?'. Tanya Elena pada diri sendiri.

    Kemarin, saat pertemuan nya dengan Malvin, pria itu sama sekali tidak menjawab pertanyaan nya. Jadi Elena masih belum mengerti apakah Malvin menerima atau tidak melakukan tukar pasangan seperti ini.

    ***

    Tiga hari kemudian, lebih tepat nya saat acara makan malam tersebut di laksanakan hari ini.

    Elena yang sempat merasa ragu itu pun akhirnya memutuskan untuk menghadiri undangan tersebut.

    Gadis itu telah bersiap dengan gaun berwarna gading dan tatanan rambut nya yang ia gulung dengan hanya menyisakan anak rambut yang di biarkan menggelantung.

    Membuat penampilan Elena terlihat begitu cantik, bak seorang princess di banyak cerita dongeng.

    Malam itu, Elena pergi bersama sopir ayah nya. Beruntung sekali karena ibu nya sedang tidak berada di rumah.

    Mungkin jika ibu nya di rumah, Elena tidak akan di beri izin keluar apa lagi dengan dandanan yang seperti ini. 

    

    Dan bisa dengan bebas, meminta sopir untuk mengantarkan nya pergi  menuju kediaman Malvin dengan bantuan alamat yang tertera pada kartu undangan nya.

    Sesampai nya di sana, ada seorang penjaga yang telah menunggu kedatangan Elena dan langsung menunjukkan jalan pada gadis itu. 

    Makan malam di adakan di halaman belakang, Saat Elena masuk dengan di antar seorang pria penjaga. Gadis itu terkejut karena ternyata ada banyak tamu undangan yang hadir.

    Elena pun berterima kasih pada penjaga sebelum akhir nya, bergabung pada tamu undangan yang lain guna mencari keberadaan Malvin. 

    " Oh, sayang lihat siapa yang kita temui di tempat mewah ini ". .